Kalian tau? Hal-hal pahit dalam hidup kadang membuat seseorang lebih baik tetap berada di alam mimpi. Daripada harus menghadapi pahitnya realita kehidupan saat terbangun nanti. Semua ini terlalu pahit untuk seseorang—yang begitu rapuh seperti Irfan. Darren begitu setia menggenggam tangan Irfan; sejak ia terbangun tengah malam, dan mendengar Irfan bergumam tidak jelas. Irfan berkeringat. Dia juga demam. Darren pun langsung menghubungi seorang dokter, dan menjelaskan gejala apa saja—yang dialami oleh Irfan.
Setelah diperiksa oleh dokter pribadi. Demam dan keringat dingin itu disebabkan oleh stress, ucap si dokter. “Penting bagi keluarga untuk selalu berada di samping Pak Irfan, dan memberikan dukungan penuh,“ ucap si dokter lagi, lalu permisi untuk pulang setelah memberikan resep obat. “Irfan? Diminum dulu obatnya,“ ucap Darren. Irfan pun membuka mata perlahan. Lalu, ia pun duduk, dan meminum obat. Irfan lagi-lagi termenung. “Om pasti nganggep aku lemah, kan? Heh,“ ucap Irfan tersenyum pahit.
“CEO SANGADJI GRUP!“ ucap Irfan dengan suara lantang menahan tangis. “Sakit cuman gara-gara satu masalah sepele,“ ucap Irfan lirih. “Darren!“ seru Irfan menatap Darren nanar. Tatapan hancur dan luka, batin Darren. Hah, kapan terakhir kali Darren melihat Irfan sehancur ini? Dia terlihat sangat rapuh. Darren pun mengulurkan tangan mendekap tubuh nan rapuh itu. Tiang-tiang kayu di rumah saja lebih kuat. “Defran Sangadji,“ gumam Darren. “Dia nama putera kamu, Irfan. Kamu belum liat dia, kan? Dia mirip kamu, Irfan. Mata, hidung, bibir, semuanya mirip kamu. Dia butuh kamu. Dia butuh seorang ayah yang kuat. Tanggung jawab kamu ke depannya bakalan lebih besar lagi, dan jalan yang kamu laluin? Belum ada apa-apa nya dengan apa yang terjadi sama kamu saat ini,“ ucap Darren.
Defran.., gumam Irfan. Dua hari kemudian. Darren dan Irfan berkunjung ke rumah sakit; sebelum mereka terbang ke Amerika. Di sana ada Diomira, Dzafina, dan Thalia, istri dari kakak tertua Irfan, Prima. “Irfan,“ seru Diomira berdiri. Betapa ia sangat mengkhawatirkan sangat putera beberapa hari ini. Terlebih saat Darren mengatakan; jikalau Irfan terserang demam. Irfan berusaha tersenyum dan kuat di depan sang ibu, dan keluarga. “Ma, aku mau liat Defran,“ ucap Irfan.
Irfan masuk ke ruangan khusus bersama Diomira; didampingi oleh dua orang dokter spesialis anak dan jantung. Defran; dia berada dalam inkubator—pun dipenuhi dengan alat-alat di seluruh tubuh—yang Irfan sendiri tidak tau itu apa. “Gimana kondisi anak saya sekarang, dok?“ tanya Irfan. “Sampai detik ini; kondisi anak bapak terbilang stabil. Tapi, untuk beberapa minggu ke depan; tetap harus dipantau; mengingat Defran memiliki kelainan jantung bawaan,“ sahut si dokter menjelaskan.
Maaf, papa telat dateng sayang, batin Irfan. Meskipun terlambat; Irfan ingin mengumandangkan adzan. Setelah itu Irfan pun menegakkan badannya. Tatapan Irfan tajam lurus ke depan. “Ma, aku minta tolong, cariin ibu-ibu menyusui, yang bersedia nyumbangin asinya buat Defran. Tapi, aku mau, mama selidiki dulu latar belakang dia. Pastiin dia orang baik-baik, karna aku nggak mau Defran mewarisi sifat buruk mereka, apalagi Ami,“ ucap Irfan.
Papa janji, nak. Papa bakalan jadi orang yang lebih kuat. Papa janji. Papa bakalan lindungin kamu dari apapun, batin Irfan bertekad kuat. Ia pun berpamitan kepada Diomira, Dzafina, dan Thalia. Saat berada di dalam pesawat. Irfan melemparkan pandangannya keluar jendela. Ia memikirkan banyak hal. Terutama masa depan Defran. “Tunggu papa tiga bulan lagi sayang,“ batin Irfan. Darren menatap Irfan tanpa ia sadari. Seulas senyum tipis pun terukir di bibirnya.
Tiga hari lagi Rakha akan kembali bekerja seperti biasa di kantor. Meskipun ia masih dalam masa harus beristirahat total, tetap saja ia tidak bisa berdiam diri. Bahkan Rakha mengerjakan semua pekerjaan kantor di rumah. Sedangkan di luar; Ares dan Fadhli nguli berdua; menata halaman rumah yang masih belum terlalu rapi dan bersih. “Pak, kalo ada taneman yang menjuntai gitu, ditaro di depan teras ngadep pintu bagus lho, pak?“ ucap Sarmini memberi usul. “Kan sing depan kae to? Ornamen kayu? Nah, di atas digantungin taneman rumbai, pokoknya yang menjuntai-juntai lah bagus banget pasti,“ ucap Sarmini lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ares [BL]
Romance[TAMAT] Cerita ini ngambil latar belakang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Seumpama cerita ini nggak sesuai dengan ekspektasi kalian-atau kalian nganggep cerita ini jelek, karna banyak typo, nama tokoh ketuker, dan banyak tokoh di mana-mana. Darip...