ARES 08

2.6K 244 4
                                    

“Dek?“ panggil Rakha dari luar kamar. “Iya mas?“ sahut Ami dari dalam sembari merapikan pakaian di almari. “Ke ruang tengah ya dek, mas mau ngomong.“ ucap Rakha. “Iya mas.. Aku rapiin lemari dulu.“ sahut Ami.

Di ruang tengah Rakha tengah berkutat dengan laptop. Ami memperhatikan sang suami yang terlihat semakin sibuk setiap harinya. “Lagi ngapain sih mas? Sibuk banget?“ tanya Ami duduk di samping Rakha. Rakha pun menghentikan aktivitasnya sebentar dan mengalihkan perhatiannya pada sang istri.

“Mas lagi banyak kerjaan sayang..“ sahut Rakha. Rakha memutar badan sedikit sehingga kini ia saling berhadap-hadapan dengan Ami. Ia pegang tangan sang istri dengan erat. “Mas punya kabar baik buat kamu sayang.. Sama kabar buruk juga..“

Raut muka Ami berubah pias. Kabar buruk apa yang akan Rakha sampaikan nanti? Apakah Rakha akan dipecat dari kantor? Semoga saja tidak, batin Ami. “Kabar baiknya mas bakalan naik jabatan.“

“Naik jabatan?“

“Iya.. Naik jabatan..“

“Emangnya jadi apa?“

“Asisten manager.“

Ami diam. Asisten manager? Yang Ami tau kalau seorang asisten manager hanyalah bergaji 6,5jt pernah bulan. Dari jabatan biasa Rakha dengan gaji 3,5jt sampai 4jt, kini menjadi 6,5jt? Itu berarti hanya naik sekitar 2,5jt saja dong?, batin Ami.

Ami pun tersenyum paksa. Ia berusaha tersenyum dengan tulus di depan Rakha. Semoga saja berhasil, karena Ami bukanlah tipe orang yang pandai menyimpan sesuatu. Huh, dasar Rakha, apa yang perlu dibanggakan dari menjadi seorang asisten manager? Berbeda cerita kalau Rakha naik jabatan menjadi manager. Tentu gajinya lebih besar dia kali lipat.

“Trus.. Kabar buruknya apa?“

“Kabar buruknya.. Mas sore ini musti berangkat dinas dek.. Atasan mas ada pertemuan sama rekan bisnis di luar kota.. Dan mas kemungkinan lama, sekitar.. Seminggu.“

Deg. Ami langsung diam seribu bahasa. Memang terkadang ia kesal dengan diri sendiri dan suami. Namun, tetap saja ia mencintai Rakha teramat sangat, meski terkadang ia secara tidak langsung mempermasalahkan pekerjaan Rakha yang gajinya tidak seberapa.

Tapi, kalau ditinggal begini, Ami juga sanksi. Ia ingin Rakha selalu di sampingnya. Kenapa Rakha baru memberi tau dirinya sekarang? Kenapa tidak dari kemarin-kemarin saja? Apakah Ami tidak lagi penting bagi Rakha?

“Kok baru bilang sekarang sih mas?“

“Kalo mas bilang duluan.. Nanti kamunya larang-larang mas.. Inget dulu nggak sih sayang? Mas mau pergi dinas beberapa hari aja kamu larang mas mati-matian. Ya udah mas batalin.“

“Trus kenapa nggak dibatalin aja?“

“Dek.. Mas mau sukses demi kamu demi Bella.. Kalo mas nggak ikut dinas kapan mas bisa naik jabatan? Mas juga musti profesional sayang..“

Ami cemberut. Raut mukanya begitu kesal. Ugh, dasar Rakha menyebalkan. “Jangan cemberut dong sayang~ Itu pipi makin tembem aja hehehe.“ goda Rakha. “Tau ah.“ sahut Ami merajuk. Rakha pun langsung memeluk sang istri dan mengecup kening serta pucuk kepalanya berkali-kali. “Maaaass ih rese.“ protes Ami.

“Ugh kesayangannya mas muach muach.“ ucap Rakha sambil menciumi pipi sang istri dan hal itu membuat Ami kegelian.

Ares dan Barra berjalan berdua menuju kantin. Dalam hati Ares berharap ia akan bisa bertemu dengan Adithama. Ia ingin menanyakan perihal selembar foto yang dikirimkan oleh Adithama padanya kemarin. Dasar licik, batin Ares.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Ares berselihan dengan Adithama tepat setelah Adithama keluar dari toilet, sedangkan Ares hendak menuju kantin. Adithama mengangkat sebelah alisnya, mempertanyakan mengapa Ares menghalangi jalannya. Disana juga ada Barra.

Ares [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang