ARES 79

816 62 20
                                    

Sebuah rasa entah itu senang, marah, atau bahagia. Bisa saja ditumpahkan melalui sebuah menu dessert populer—pun melambangkan sebuah filosofi penuh arti. Orang bilang dessert satu ini mampu meluluhkan hati calon mertua. Benar? Tentu saja. Sebagai seorang istri; Ares ingin terus belajar menjajal menu baru sebagai daftar santapan sehari-hari sehingga terhindar dari rasa bosan. Rakha, sang suami memang tidak begitu pilih-pilih soal makanan, tetapi Ares selalu ingin membuat hidangan beragam setiap harinya.

Se-piring martabak manis pun tersaji dengan lezat di atas meja dengan topping kacang, susu, dan keju. Rakha ber-santai di ruang tengah sembari menonton film. “Udah jadi aja?“ ucap Rakha. “Tadi sore, abis beres-beres langsung bikin adonan martabak, trus didiemin dulu beberapa jam biar ngembang,“ sahut Ares menjelaskan. Rakha lagi-lagi membuat sang istri merasa geli. Bagaimana tidak? Rakha menggunakan tangan kanan ia untuk menyantap se-potong martabak manis sedangkan tangan kiri menggaruk-garuk perut hingga membuat baju kaos oblong itu terangkat sedikit.

“Jorok, ih, mas. Taro dulu martabaknya kalo mau garuk,“ ucap Ares.

Rakha selalu menuli di saat sang istri ber-komentar demikian. Ibarat sebuah pepatah; masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Rakha berpura-pura bodoh. Setelah itu; Rakha malah menggaruk bagian intim alias si jagoan. Ares gemas sehingga ia pun memukul tangan sang suami. “Cuci tangan dulu sana!“ ucap Ares sebal. Tanpa memberi tanggapan apapun; Rakha langsung menuju dapur mencuci tangan sampai bersih dengan sabun. Ares berjalan menuju kamar sebentar mengambil cucian kering. Ia ber-niat ingin menyetrika semua baju-baju ia dan Rakha sambil menonton.

Beginilah salah satu rutinitas Ares di malam hari. Pasti ada saja pekerjaan rumah yang harus ia selesaikan. “Eh, mas,“ gumam Ares sembari menggelar kemeja kerja sang suami. “Hm?“ sahut Rakha. Sementara sorot mata ia fokus pada benda persegi di depan sana. “Uhm, kamu ada kenalan temen cowok jomblo gitu, nggak?“ ucap Ares. Rakha langsung menoleh curiga. Buat apa Ares bertanya tentang lelaki lain? Lalu, bujangan pula alias jomblo? “Jangan curiga dulu napa, mas? Buat temen aku. Dia minta cariin,“ ucap Ares lagi.

“Hm, ada, sih. Bos mas di kantor,“

“Ih, temen biasa nggak ada emang?“

“Udah sold out semua, istriku,“

Siapa teman Ares itu? Sampai meminta ingin dicarikan pasangan? Hm, pasti tuh orang jelek banget ampe akar, batin Rakha. “Siapa emang, dek?“ tanya Rakha. “I-itu..,“ gumam Ares sangsi. “Putra, mas,“ ucap Ares sampai membuat Paha menyemburkan air minum ia dari mulut saking terkejutnya. “Ini mas salah denger apa gimana, dek?“ ucap Rakha. Ares sebal. Semburan air dari mulut Rakha malah mengenai meja. “Lap dulu meja-nya bekas semburan kamu tadi, mas. Jorok banget!“ ucap Ares marah-marah.

Saat malam mulai larut—pun seluruh lampu di dalam rumah dimatikan kecuali dapur. Ares sudah lebih dulu rebahan di kamar. Suara decitan pintu pun terdengar. “Udah dimatiin semua, mas?“ tanya Ares. “Udah!“ sahut Rakha langsung meloncat ke atas ranjang hingga membuat tubuh Ares memantul. Rakha rebahan dengan posisi tengkurap sedangkan tangan kiri ia melingkar di perut Ares. “Dek? Beneran nggak kerasa, ya? Udah se-tahun aja kita nikah,“ ucap Rakha.

Rakha berencana ingin liburan bulan madu bersama sang istri saat Ares libur semester-an nanti sekaligus memperingati satu tahun pernikahan. “Hm, tapi kamu makin jadi, mas,“ sahut Ares membuat Rakha tertohok. Demi apapun, seluruh sifat asli Rakha terlihat semua. Ares sendiri benar-benar harus ekstra sabar. “Eh, kita bulan madu, yuk? Buat rayain anniversary kita?“ ucap Rakha. “Bisa diatur, mas, tapi mau bulan madu di mana dulu?“ sahut Ares.

Rakha mencoba berpikir sebentar. Ia ingin bulan madu kali ini menjadi bulan madu—yang sangat ber-kesan. Betapa indah malam saat ber-bulan mandi ditemani oleh lampu-lampu temaram nan romantis? “Gili Nanggu ato Pantai Tangsi aja, ya, dek?“ ucap Rakha. “Boleh, mas,“ sahut Ares. Ares masih asik ber-sosial media sedangkan Rakha mulai terlelap perlahan. Ares pun menoleh. Sebab ia penasaran; mengapa sang suami tiada ber-suara lagi? Ternyata Rakha sudah tertidur. Ares usap surai rambut sang suami sayang, lalu memberi kecupan manis di kening. “Semangat cari nafkah sayang ku, muach,“ gumam Ares.

Ares [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang