Hunian seharga 1,2 miliar dengan luas 192 meter persegi—yang berlokasi di Sandubaya itu pun berhasil Keanu beli dengan sistem cicilan bulanan. Keanu memiliki alasan tersendiri—mengapa ia lebih memilih mencicil saja, dibandingkan harus membayar lunas sekaligus. Hal itu pun yang membuat Barra penasaran dan bertanya-tanya. “Ke, lu beli ini rumah berapa, Ke?“ tanya Barra penasaran sembari menatap Keanu dengan mata menyipit. “1, 2 miliar, trus cicilan bulanan juga, hahahaha,“ sahut Keanu malah tertawa. “Kok malah cicilan, sih? Kan lu banyak duit? Kenapa nggak langsung dilunasin aja?“ cerca Barra.
Sebelum menjawab pertanyaan Barra. Keanu membuka pintu kaca balkon setinggi 3 meter itu lebar-lebar. Keanu menghirup udara dalam-dalam sembari berpegangan pada pagar besi hitam. Barra pun menyusul dan berdiri di sebelah Keanu. “Gue emang masih 15 tahun, Bar..,“ gumam Keanu menerawang jauh ke depan sana. Sejurus kemudian ia pun menoleh ke samping. “Tapi, gue mau nyusun masa depan gue ama elu dari sekarang. Mulai dari beli rumah ini misalnya. Gue bisa aja minta duit bokap gue buat lunasin ini rumah. Tapi, gue mikir lagi, kalo gue niat serius sama elu, gue harus usaha sendiri, dan nggak boleh minta sama ortu sepeser pun. Karna gue musti belajar mandiri buat jadi suami elu nanti,“ ucap Keanu panjang lebar sembari tersenyum penuh arti.
Barra tertegun setelah mendengar penuturan Keanu. Mulai dari tatapan dan nada bicara, terdengar sangat tulus. Suami? Uh, Keanu ini ngomong apa, sih? “Pipi elu merah, Bar,“ goda Keanu mengulum senyum. “Paan si ah nggak ada,“ ucap Barra salah tingkah. Kontan kedua mata Barra pun terbuka lebar, saat Keanu meraih pinggulnya, dan mendusel-duselkan hidungnya di hidung Barra. “Kita pulang, kemasin barang-barang kita, trus tinggal di sini, ok?“ ucap Keanu. Karna memang rumah ini adalah rumah siap huni.
“Lepasin, Ke,“ gumam Keanu antara geli dan manja. “Nggak~ Nggak mau~“ sahut Keanu sambil menciumi wajah Barra gemas. “Ke, paan si ah! Udah! Ck!“ ucap Barra sebal. “Dua tahun lagi dua tahun lagi,“ ucap Keanu sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah berbentuk v. Barra mengerutkan alis. “Dua tahun apa?“ tanya Barra heran. Memangnya apa yang akan terjadi setelah dua tahun ke depan? Huh, Keanu ini kalo ngomong kenapa nggak to the poin aja coba?, gerutu Barra dalam hati. “Nikahin elu lah,“ sahut Keanu.
Sejurus kemudian, Keanu pun langsung mengangkat tubuh Barra menuju kamar mereka berdua—yang di mana kamar ini bernuansa serba putih dengan bagian dinding pada headboard berwarna abu-abu. “Lu, lu ma-mau ngapain, Ke?“ gumam Barra panik. “Mau kuda-kudaan hehe,“ sahut Keanu menyeringai. “Ke! Lu! Lu ngapain! Aahh nggh! Ke! Stop! Aahhh st-tohp sa-kiht ahh! Ke! Haaaahh ngghh,“ teriak Barra saat Keanu terus saja memanjakan dirinya dengan sentuhan-sentuhan nan penuh gairah. Barra dan Keanu pun saling bermesraan di hunian baru selama beberapa jam. Barra terus saja berteriak kesakitan. Namun, Keanu sama sekali tidak peduli.
Yudi duduk di teras belakang rumah bernuansa kayu itu sambil mata memandangi kolam kecil di depan sana. Saat ini kepala Yudi serasa ingin pecah. Hingga Alena pun datang dengan segelas teh chamomile. “Mas, ini tehnya,“ seru Alena lemah lembut. Inilah salah satu alasan Yudi jatuh cinta kepada Alena. Dia selalu bertutur kata lemah lembut. Jujur Yudi sama sekali tidak pernah mendengar Alena berbicara dengan nada tinggi, meski ia sedang sangat marah sekalipun. Dia mampu bersabar terhadap berbagai macam situasi. Dan lebih membicarakan hal apapun secara baik-baik tiap kali ada masalah atau perbedaan pendapat.
Di sofa putih dan abu-abu itu—mereka berdua duduk bersebelahan. Hingga pandangan keduanya bertemu dan saling tersenyum satu sama lain. Alena menggenggam tangan sang suami. Pasti Yudi tengah memikirkan nasib rumah tangganya bersama Zada. “Mas, apa aku musti ngomong sama Mba Zada langsung?“ tanya Alena memberi usul. Yudi pun menoleh pada Alena setelah menaruh tehnya di atas meja. “Nggak usah, ma. Nanti masalahnya malah makin ribet,“ sahut Yudi. “Ma.. Apa menurut kamu aku musti cere sama Zada?“ ucap Yudi tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ares [BL]
Romance[TAMAT] Cerita ini ngambil latar belakang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Seumpama cerita ini nggak sesuai dengan ekspektasi kalian-atau kalian nganggep cerita ini jelek, karna banyak typo, nama tokoh ketuker, dan banyak tokoh di mana-mana. Darip...