Senyuman Adithama merekah seketika tatkala ia berinteraksi dengan anak-anak di jalanan. Ia bahkan bertos ria dan mengusap kepala anak-anak tersebut. “Bisa juga tuh orang senyum? Gue kira bisanya ketus mulu.“ batin Ares.
Saat ini keduanya tengah membagikan siomay yang sudah dibungkus tadi kepada orang-orang yang membutuhkan. Begitu mulia hati Adithama, batin Ares. Meskipun dari luar ia terlihat sangar dan selalu saja bersikap kasar. Pepatah seburuk-buruknya orang pasti ada baiknya ternyata benar. Andai Adithama adalah seorang perempuan, mungkin Ares akan jatuh cinta padanya.
“Kenapa lu liat-liat?“ seru Adithama dengan raut muka datar seperti semula.
“Gak. Ngapain gue liatin elu. Kurang kerjaan banget.“ ucap Ares berkilah. Ia tidak ingin Adithama tau kalau sesungguhnya Ares sedikit kagum, dan terharu mungkin? Kalau tidak Adithama pasti akan lebih bangga diri dan semena-mena pada dirinya.
“Ngapain lu kesini?“ seru Ares ketika mobil Adithama singgah di salah satu toko mainan anak-anak.
“Gue mo beliin mainan buat adek lo.“ ucap Adithama tanpa menoleh. “Lo tunggu disini. Nggak usah kemana-kemana.“ ucap Adithama lagi penuh penekanan.
“Siapa juga yang mo turun ckckck.“ gerutu Ares.
Setelah membeli seabrek mainan dan boneka, Adithama pun masuk ke dalam mobil, lalu kembali menyetir menuju rumah sakit. Ares sempat tercengang karena Adithama membeli mainan begitu banyak. Ayolah adik Ares itu satu orang saja. Tapi, ini seperti mainan untuk lima orang.
Ares dan Adithama masuk ke dalam rumah sakit menuju ruangan adik Ares dirawat. Tebak siapa yang membawa mainan yang baru saja dibeli oleh Adithama? Yap, betul. Ares lah yang menenteng plastik-plastik besar berisi mainan. Adithama? Mana dia peduli. Bahkan Adithama malah tebar pesona kepada setiap suster yang lewat.
Dalam hati Ares mengutuk Adithama keras-keras. Dasar iblis wujud manusia, batin Ares kesal dengan bibir yang sengaja ia manyunkan. “Assalamu'alaikum.“ ucap Ares masuk ke dalam diikuti oleh Adithama.
“Duh Ares? Kamu ngapain bawa mainan kok banyak kek gini?“ seru Vera melongo.
“Ini Ad yang beliin Inak. Nih.“ sahut Ares malas sambil menunjuk pria jangkung di sebelahnya.
“Temen Ares?“
“Iya bu.. Saya Adithama.. Bisa dipanggil Ad aja.“
“Nggak usah repot repot nak Ad..“
“Nggak papa bu.. Rezeki buat Icha.“
Ares memberikan mainan yang dibelikan oleh Adithama tadi pada Icha. Icha sangat senang. Kedua matanya berbinar. Ini pertama kalinya bagi Icha mempunyai banyak mainan dan tentunya dengan harga yang tidak murah.
“Bilang makasih dulu sama om Ad nya.“ ucap Ares.
“Ma-a-tih om Et.“ ucap Icha masih belum fasih berbicara. Adithama tersenyum lalu mengacak-acak rambut Icha. Di luar dugaan Icha langsung cemberut dan menata rambutnya kembali dengan jari jemarinya yang masih kecil nan mungil.
Adithama sedikit terkejut melihat reaksi Icha. “Uhm.. Maafin Icha ya Ad? Dia itu paling nggak suka rambutnya diberantakin. Katanya nggak cantik lagi hehe.“ ucap Vera dan Adithama pun maklum saja.
“Kan om nya sayang sama Icha? Kok gitu sih?“ tanya Ares sengaja, karena ia ingin melihat reaksi aneh Icha pada Ares. Ares menatap Adithama sebentar sambil tersenyum jahat. Adithama? Datar sekali tanpa ekspresi. Dasar manusia batu, batin Ares.
“Om Et jahat.“ ucap Icha.
“Pfttt.“ Ares menahan tawa.
“Ares.. Kamu tuh ya ngajarin adeknya yang baik-baik dong..“ tegur Vera. Ares langsung diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ares [BL]
Romance[TAMAT] Cerita ini ngambil latar belakang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Seumpama cerita ini nggak sesuai dengan ekspektasi kalian-atau kalian nganggep cerita ini jelek, karna banyak typo, nama tokoh ketuker, dan banyak tokoh di mana-mana. Darip...