Rakha mondar-mandir di depan pintu. Ia berkali-kali menelepon Ares namun tidak diangkat sama sekali. Kekhawatiran Rakha pun semakin menjadi-jadi ketika ia mengetahui bahwa ada tawuran di tempat Ares biasa berjualan. Semoga Ares tidak apa-apa, batin Rakha.
"Nih anak kemana sih,” gumam Rakha.
”Assalamu'alaikum,” ucap Ares. Rakha pun langsung membukakan pintu. Ia langsung memeluk Ares. ” Wa'alaikumussalam.. Kamu nggak kenapa-napa, kan?” tanya Rakha cemas. ”Nggak kenapa-napa kok kak.. Emangnya kenapa?” ucap Ares bertanya balik. Ia mampu melihat kegusaran dari raut muka Rakha.
”Tadi kakak liat di fb ada tawuran di tempat kamu biasa jualan. Kamu juga nggak bisa kakak telpon, kenapa coba?”
”Oh itu.. Batere hp aku low kakak~”
”Kamu mandi dulu, abis itu kita solat bareng, baru makan.”
”Hmm,” sahut Ares. Rakha pun tersenyum lalu mengecup kening Ares sekilas. Sambil menunggu Ares selesai mandi untuk salat bersama, Rakha berkutat dengan laptopnya, mempersiapkan bahan untuk rapat besok pagi.
Di meja makan Ares dan Rakha makan dengan tenang. Mereka juga bercakap-cakap ringan. Saling berkenalan satu sama lain. Satu hal yang membuat Ares penasaran. Berapa umur Rakha sekarang? Ugh, bohong sekali kalau Ares hanya ingin tau umur saja. Namun, Ares juga tidak ingin dicap terlalu mengorek-ngorek informasi. Jadi, biarkan saja ia dan Rakha saling mengenal sedikit demi sedikit dan mengalir apa adanya.
”Uhm.. Umur kakak sekarang berapa?”
”Menurut kamu umur kakak berapa?” sahut Rakha sambil menyuap makanan sekaligus menatap Ares bersamaan.
”25?”
”Salah.. 29 Ares~”
”Oh~”
”Udah tua yah? Jauh banget dong selisihnya sama kamu? Hehehe masih mau sama yang tua kayak kakak???”
”Apaan sih kak~ Trus masalah gitu kalo kakak udah tua 29? Nggak, kan? Pernah nggak denger pepatah cinta nggak memandang usia? Nah, itu dia!”
”Kita beda 13 tahun loh dek~” goda Rakha. Ia sengaja ingin memancing-mancing Ares. Ia gemas sekali tiap kali melihat kedua alis Ares berkerut dan hampir saling bertautan.
”Tau ah rese,” sahut Ares sebal. Rakha pun tertawa. Lihat? Menggemaskan, bukan?
Ares dan Rakha mencuci piring bersama. Raut muka Ares mendadak memerah tatkala ia mengingat kembali kejadian waktu itu di dapur, yang dimana Rakha mengecup bibirnya dengan sensual. ”Kok mukanya merah?” seru Rakha. Oh tuhan, mengapa Rakha bisa sepeka itu?
”Mau kakak cium lagi?” ucap Rakha mendekatkan wajahnya sambil tersenyum penuh arti. Ares menarik wajahnya ke belakang. Rakha benar-benar menyebalkan. Bagaimana bisa ia menggoda Ares seperti itu? Tolong jangan membuat wajah Ares semakin memerah. Ares tidak sepandai itu mengontrol perasaannya sendiri.
”Apaan sih~” sahut Ares sambil meletakkan piring-piring di rak untuk menitiskan sebelum nanti diletakkan di lemari. ”Kita tidur berdua loh dek~ Nggak takut kamu? Kakak bisa makan orang loh~” ucap Rakha seduktif tepat di telinga Ares. Ares bergidik. Pikirannya jadi kemana-mana. Maksud Rakha berkata seperti itu apa? Memangnya apa yang akan Rakha lakukan pada Ares?
Jujur saja Ares agak panas dingin rebahan persis di sebelah Rakha. Ares meneliti seluruh sudut kamar Rakha. Ia baru menyadari kalau tidak ada lagi satu pun foto mantan istri Rakha menempel di dinding atau bertengger di nakas.
”Jangan tegang, dek. Kakak nggak ngapa-ngapain kok.” ucap Rakha. Jelas sekali kalau Ares terlihat kaku. Ini pertama kali bagi mereka tidur di kasur yang sama setelah mereka menyatakan perasaan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ares [BL]
Romance[TAMAT] Cerita ini ngambil latar belakang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Seumpama cerita ini nggak sesuai dengan ekspektasi kalian-atau kalian nganggep cerita ini jelek, karna banyak typo, nama tokoh ketuker, dan banyak tokoh di mana-mana. Darip...