ARES 18

1.9K 159 7
                                    

”Lu yakin kita bisa masuk ke ruang gym?” tanya Barra ragu. Disana termasuk tempat yang dijaga ketat oleh seorang penjaga yang juga merupakan siswa sekolah ini. Kabarnya siswa itu sangat galak.

”Liat aja~” sahut Ares percaya diri. Ia dan Barra pun menghampiri Keanu, si penjaga galak, segalak anjing liar. Ugh, Keanu malas sekali meladeni si Ares yang satu ini. Lagi? Siapa ini? Barra? Ah, yang dikeroyok Adithama beberapa waktu lalu ya?

”Paan?” cetus Keanu ketus.

"Santuy~” ucap Ares tersenyum penuh arti. ”Gue sama Barra mo masuk,”

”Gak bisa,”

”Gak bisa ya..” gumam Ares. Ia pun meraih ponselnya dari saku celana dan menunjukkan sebuah foto pada Keanu. Keanu langsung bangkit dengan mata membola setelah melihat foto tersebut. Darimana Ares mendapatkannya?

”Darimana lu dapet tuh foto?” tanya Keanu melotot-lotot. ”Ehm,” Ares berdehem. ”Gak darimana-mana~ Gue sendiri yang jepret,” ucap Ares. Itu adalah foto Keanu asli di luar penampilan culunnya di sekolah. Kalau di sekolah ia berpenampilan seperti seorang siswa sering dibully. Ugh, culun sekali. Lihatlah gigi kawat serta kacamata yang Keanu kenakan. Semua siswi mungkin berpikir 'jelek jijik'. Tapi, siapa sangka kalau semua itu hanyalah topeng belaka? Di luar Keanu persis seperti seorang artis dengan pakaian modis dan tanpa kawat gigi.

”Kalo gue sebarin keknya cewek-cewek bakal ngejer lu deh,” ucap Ares mengancam. Ares pun tersenyum penuh arti.

”Mau lu apaan?” Keanu tidak ingin berbasa-basi.

”Gue mo ngegym di dalem,”

Keanu menghela nafas pasrah. Kini kartu as berasa di tangan Ares. Bisa gawat kalau foto-foto dirinya itu sampai tersebar. Keanu sungguh tidak bisa membayangkan kalau dirinya dipuja-puji oleh banyak gadis. Bising, jijik, cih. Ia pun mengizinkan Ares dan Barra masuk ke dalam.

Lagi-lagi Keanu harus menahan diri untuk tidak marah. Ketenangannya kembali terusik oleh keberadaan makhluk berupa gadis-gadis berhamburan menuju ruang gym hanya untuk melihat duo Ares dan Barra. ”Sok kegantengan banget,” batin Keanu geleng-geleng kepala.

Ami berdiri di depan jendela kamar. Ia menatap selembar foto USG. Ya, Ami dinyatakan hamil. Kejadian di Bali beberapa waktu lalu ia lakukan di saat ia sendiri dalam masa subur. Itu artinya sudah dipastikan kalau janin di dalam kandungannya adalah anak Irfan.

”Ami.. Irfan di depan, nak,” seru Zada membuka pintu kamar Ami. Setelah kejadian hari itu. Irfan hampir setiap hari ke rumah Ami. Dia membawa apa saja yang dia bisa. Dari pakaian, skincare yang aman untuk bumil, tas, sepatu, pakaian bayi, dan lain-lain. Kali ini entah apa lagi yang ia bawa.

Hati Ami terasa berat hanya untuk menemui Irfan. Terkadang Ami memang mempermasalahkan latar belakang ekonomi Rakha. Namun, jauh dari dalam lubuk hati, Ami sangat sangat mencintai Rakha dengan tulus. Ami tidak kuasa menahan air mata. Ia sungguh merindukan Rakha berada di sisinya.

Menyesal? Sudah terlambat untuk menyesal. Ami tidak ingin menemui Irfan. Biarkan saja Irfan di bawah sana menunggu. Ami tidak sudi. ”Anak ini nggak boleh lahir,” batin Ami. Mata dan hatinya mulai menggelap. Ia kalap. Ia mencari-cari sesuatu di laci. Apa saja obat yang bisa membuat kandungannya keguguran.

”AMI!” seru Irfan. Irfan langsung memeluk Ami dengan erat. Jangan sampai Ami lepas kendali. Di lantai obat-obatan berhamburan. Beruntung Irfan datang tepat waktu sehingga Ami tidak sempat menelan obat-obatan itu.

”Gue gak mau lahirin anak lu Fan! Gue gak sudi!” bentak Ami dengan mata melotot tajam. Dada Ami terasa sesak sekali. Ia benci. Sungguh Ami sangat membenci Irfan. ”Lu udah ngancurin hidup gue Fan. Lu udah misahin gue sama Mas Rakha. Lu.. Lu udah..” Ami sesenggukan sambil memukul-mukul dada Irfan dengan keras.

Ares [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang