Di sebuah ruangan keluarga bernuansa krem—yang di mana area dinding terdapat ornamen kaca dengan pola garis-garis. Di sebelah kiri dan kanan sofa terdapat tanaman hias jenis monstera—pun di atas meja ada satu pot cantik Soleiroli. Dzafina berbicara empat mata dengan sang ibu, Diomira. Selama ini ia telah lama memendam rasa di dalam dada. Bagai sebuah tanaman—yang disiram siang dan sore hari. Ia terus tumbuh subur tanpa henti. Bahkan cahaya matahari nan terik itu pun tak mampu membuat tanaman itu layu.
Saat tanaman itu kian membesar dan tinggi menjulang. Sementara hati Dzafina tidaklah sebesar itu. Ia selalu saja hampir tidak mampu menahan gejolak dalam dada. Benar-benar sangat menyiksa. Hari ini lah Dzafina berencana ingin jujur terhadap apa yang ia rasa terhadap Darren kepada Diomira. “Dza? Kalau kamu ngerasa apa yang mau kamu ceritain ke mama itu malah bikin kamu berat hati. Jangan paksain, nak,“ ucap Diomira. Tapi, di sisi lain, Dzafina benar-benar tidak bisa menahannya lagi, minimal Diomira saja yang tau akan hal ini.
“Pertama maafin Dza, ma,“ ucap Dzafina meminta maaf. Kedua mata Dzafina mulai berkaca-kaca. Diomira terhenyak melihat pancaran kesedihan dan sesal dari kedua mata Dzafina. Seberat apa beban yang ia tanggung? Sehingga membuat ia menahan air mata seperti ini?, batin Diomira seraya mengusap sudut mata Dzafina—yang sedikit berair. “Sebenernya.. Dza, suka sama Darren, ma,“ ucap Dzafina kemudian. Diomira sempat terkejut. Namun, ia mencoba mengontrol ekspresi wajahnya sendiri, supaya Dzafina tidak merasa sakit hati.
“Maaf, Dza. Mama nggak bisa ngasih tanggepan apa-apa ke kamu sekarang. Kalo kamu mau kamu bisa tanya langsung ke papa. Tapi, satu hal yang harus kamu tau, Dza. Cinta Darren ke Eisha itu murni. Selama lima tahun ini, jangankan berniat nikah lagi, deket ke cewek mana pun aja nggak ada sama sekali,“ ucap Diomira. Benar. Darren tidak pernah goyah barang sedikit pun. Mau secantik dan sesempurna apapun perempuan di luar sana. Di mata Darren cuma ada Eisha seorang.
Di hamparan rerumputan hijau. Seorang perempuan berkulit sawo matang tersenyum manis sambil memegang bunga matahari. Dia memakai dress putih selutut. Sedangkan Darren mengenakan stelan jas berwarna keemasan. Dia adalah Eisha. Eisha merasa bebas dan sangat bahagia. “Darren,“ panggil Eisha. Darren pun tersenyum. Saat Darren ingin memeluk Eisha; Eisha pun menahan dirinya. “Maaf, kita udah nggak sama lagi, Darren,“ ucap Eisha. Kedua alis Darren saling bertautan.
“Eisha maksud kamu—“
“Kamu tau sendiri, aku udah nggak ada di dunia kamu, Darren,“
Eisha pun tersenyum lebar. Kini ia dan Darren sudah berbeda jalan. “Darren, tolong jaga mereka buat aku, ya? Jangan pernah sakitin mereka sedikit pun. Tolong bikin mereka bahagia seumur hidup mereka Darren,“ ucap Eisha menunjuk ke kanan. Di sana ada seorang pria dewasa tengah bermain layang-layang dengan anak kecil seusia Jayden. Tapi, Darren tidak tau siapa mereka. Tiba-tiba cahaya terang benderang nan menyilaukan pun muncul. “Eisha!“ teriak Darren saat melihat Eisha menghilang bersamaan dengan cahaya itu.
Darren pun terbangun. Ia telah bermimpi. Pramugari di pesawat ini berkata, bahwa pesawat akan segera landing. Kenapa aku mimpiin Eisha?, batin Darren. Lalu, ia pun menoleh ke samping. Irfan masih tertidur. “Irfan? Irfan?“ seru Darren. Irfan pun perlahan-lahan membuka mata. Irfan melihat keluar jendela. Ternyata pesawat sedang landing. Di San Francisco saat ini masih pagi, dan matahari belum terbit. Di sini sekitar pukul 4 pagi. Sedangkan di Indonesia sekitar pukul 5 sore, karna Indonesia lebih cepat 14 jam dari San Francisco.
Darren dan Irfan pun turun bersama-sama dari pesawat. “Daddy!“ seru seorang anak kecil berlari ke arah Darren. Itu Jayden. Darren pun langsung menggendong sang putera. “Daddy! Tadi grandma bikin fish tacos sama burrito, lho!“ ucap Jayden bersemangat. “Seriously?“ tanya Darren. Jayden menganggukkan kepala dengan cepat. “Does he Om Irfan?“ tanya Jayden. “Yup,“ sahut Darren. Mereka pun melangkahkan kaki keluar bandara, lalu masuk ke dalam mobil bersama-sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ares [BL]
Romance[TAMAT] Cerita ini ngambil latar belakang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Seumpama cerita ini nggak sesuai dengan ekspektasi kalian-atau kalian nganggep cerita ini jelek, karna banyak typo, nama tokoh ketuker, dan banyak tokoh di mana-mana. Darip...