ARES 62

783 55 0
                                    

Hubungan antara Ares dan Rakha mulai merenggang, meski keduanya berada di atap yang sama. Ares lebih banyak diam, dan cuma akan berbicara seperlunya saja. Kecuali di depan Fadhli dan Sarmini. Barulah Ares akan berbicara banyak hal. Setiap hari: pagi, siang, sore, dan malam. Chat dari nomor tidak terkenal terus saja masuk, meski Rakha telah memblokir nomor tersebut, namun rupanya si pelaku tidak jua menyerah. Dia akan mengirimi chat berisi godaan—pun seolah-olah telah lama kenal dengan nomor hp yang berbeda-beda.

Bahkan dia mengetahui masa lalu Rakha dengan sangat detail seperti: di mana Rakha sekolah, apa makanan kesukaan Rakha, dulu dia dekat dengan siapa saja, dan lain-lain. Setelah meminta tolong dengan Mba Tere pun masih belum membuahkan hasil. Huft, Rakha menghela nafas berat. Hal ini pun mempengaruhi kinerjanya di kantor. “Rakha, ke ruangan saya sebentar,“ ucap Hardhan, CEO di kantor ini. Duh, kenapa, ya? Langsung Pak CEO pula yang manggil aku?, batin Rakha cemas. “Semangat!“ ucap Tere pelan memberi semangat. Huh, entah mengapa perasaan Rakha kali ini kurang enak.

“Beberapa hari ini sepertinya kamu kurang fokus kerja? Kenapa? Lagi ada masalah?“ tanya Hardhan. Benar, karna beberapa hari ini Rakha memang tidak terlalu teliti dalam menulis file, sehingga membuat banyak kesalahan, meski ia mampu menangani masalah tersebut dengan baik. “Kamu tau, saya paling nggak suka sama karyawan yang kerjanya nggak beres. Sekalipun kamu udah jadi manager—atau kualifikasi kamu sebelumnya memang sudah bagus. No, yang saya liat itu kinerja kamu saat ini, bukan yang ada di masa lalu. Ngerti?“ ucap Hardhan.

“Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, pak. Karna saya sudah mencampuradukkan masalah pribadi dan kantor,“

“Kamu sudah sadar, tapi tetep kamu lakuin? Coba deh kamu cerita ke saya masalah kamu apa. Saya tau itu privasi. Tapi, seenggaknya saya tau akar masalahnya apa,“

Rakha pun mulai menceritakan masalah apa saja—yang sedang menimpanya saat ini. Hardhan geleng-geleng kepala. “Mending kamu ambil cuti, trus tenangin diri kamu di rumah. Sebelum itu, tolong kasih tau saya nomor hp orang yang udah hubungin kamu berkali-kali itu. Biar saya bantu lacak,“ ucap Hardhan memberi solusi. “Tapi, pak?“ ucap Rakha. “Mau resign atau terima bantuan dari saya?“ tanya Hardhan sekaligus mengancam. Tentu saja Rakha memilih menerima bantuan. Di jaman sekarang, mencari pekerjaan dengan gaji di atas 10jt itu susahnya minta ampun.

Sebelum Rakha pulang; ia mengirim sms kepada Ares terlebih dahulu. “Dek, ini mas mau pulang ngantor. Kamu mau titip apa?“ tanya Rakha di sms. Beberapa saat kemudian; ia pun mendapat balasan sms dari Ares. “Terserah mas aja,“ tulis Ares. Setelah bersiap-siap; Rakha pun mulai tancap gas. Entah mengapa; mendengar Hardhan, sang atasan ingin membantu menyelesaikan masalahnya, ia merasa begitu bahagia. Karna Hardhan berjanji, semua bukti akan segera didapat dalam waktu 2X24 jam.

Ares terlihat sedang berdiri di teras rumah. Tentu saja karna ia menunggu kepulangan Rakha. Inilah yang selalu Ares lakukan, yaitu menunggu suami pulang kerja. Sungguh istri yang sangat berbakti kepada suami, bukan? “Assalamu'alaikum,“ ucap Rakha. “Wa'alaikumussalam,“ sahut Ares sembari mencium tangan Rakha—pun Rakha memberikan kecupan manis di kening Ares. “Ini mas beli salted egg chicken sama jamur krispi,“ ucap Rakha sembari memberikan bungkusan plastik tersebut kepada Ares.

Rakha pun mengekori Ares hingga ke dapur. “Dek, mas lagi pengen nih,“ ucap Rakha sembari melingkarkan tangannya di pinggul Ares. Rakha malah memeluk Ares dari belakang dengan manja. Padahal Ares sedang mengambil beberapa piring, dan menaruh makanan—yang Rakha beli tadi di atasnya. “Nanti ah, mas. Kamu baru pulang kerja juga,“ ucap Ares. Lihat, Ares masih saja bersikap cuek kepada Rakha. “Hm? Ya? Sayang~“ ucap Rakha manja. “Iya~“ sahut Ares.

“DEK! TOLONG AMBILIN HANDUK MAS DONG!“ ucap Rakha berteriak dari dalam kamar mandi. “DEK! HANDUK MAS, DEK!“ Rakha berteriak lagi. “Sabar napa, mas?“ ucap Ares sembari memberikan sehelai handuk itu kepada Rakha. Namun, sejurus kemudian, Rakha pun menarik pergelangan tangan Ares, dan menceburkannya ke dalam bathtub. “Mas!“ ucap Ares protes. Dia terlihat sangat kesal. Tapi, di sisi lain dia juga terlihat sangat imut secara bersamaan. Rakha pun ikutan masuk ke dalam bathtub. Sungguh melihat Ares basah-basahan seperti ini saja, telah mampu membuat sesuatu—yang ada di bawah sana menegang.

Ares [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang