Hari ini adalah hari ketiga pernikahan Darren dan Irfan. Semua berjalan normal seperti biasa. Jujur Irfan tidak tau harus bersikap bagaimana kepada Darren. Istri? Irfan bingung harus memulainya dari mana. Haruskah ia membuat sarapan? Uhm, atau memberi kecupan saat berangkat kerja? Dih, kok jatohnya jadi lebay, sih?, batin Irfan. Irfan masih rebahan di atas ranjang sambil main gadget. Ia mengerling sedikit. Darren sedang bersiap-siap ingin berangkat ke kantor. Saat ini dia sedang memakai stelan jas sambil melihat pantulan dirinya di depan cermin.
Saat pada bagian Darren ingin memasang dasi. Tiba-tiba hati Irfan tergerak untuk menghampiri Darren, dan membantunya memasang dasi. “Biar aku bantu pasangin dasi buat kamu, mas,“ ucap Irfan. Darren pun menatap Irfan. Irfan tau; dia cuma berpura-pura tidak tau saja. Ini pertama kalinya dia membantu orang lain memasang dasi, dan itu adalah suami sendiri. Eh? Su-suami?, batin Irfan. Tanpa sadar ia menyebut Darren suami, meski cuma di dalam hati.
“Udah,“ gumam Irfan. Setelah itu; ingin melakukan apa; Irfan lagi-lagi jadi bingung. “Mas, kalo gitu aku mau mandi dulu,“ ucap Irfan terdengar gugup. Saat Irfan ingin melesat ke kamar mandi; kontan Darren pun meraih pergelangan tangan dan lehernya. Lalu, ia k e c u p bibir itu selama beberapa detik. Barulah ia lepas lagi. Irfan terkejut. Bahkan ia tidak sempat menghindar saking cepatnya pergerakan Darren. “Nggak usah buru-buru. Kamu nggak harus nganterin mas ke depan. Kamu mandi dulu baru bantu mama jaga Bella sama Jayden, ok?“ ucap Darren mengecup pucuk kepala Irfan.
Irfan menganggukkan kepala dengan patuh. “Kalo gitu mas berangkat dulu,“ ucap Darren tersenyum tipis. Darren sudah berangkat kerja. Jadi, aku ngapain lagi dong? Huft, andai aku balik ke Indonesia udah pasti aku bakalan sibuk ngantor, batin Irfan. “Papa!“ seru Jayden menyembulkan kepalanya di balik pintu. “Jay?“ gumam Irfan. Jayden pun menghampiri Irfan dengan sangat antusias. “Papa, aku mau cerita sesuatu,“ ucap Jayden membuat Irfan jadi penasaran. Irfan pun berjongkok, menyamakan posisinya dengan Jayden. Lalu, Jayden pun membisikkan sesuatu di telinga Irfan. “Sebenernya aku udah punya calon istri,“ ucap Jayden.
Eh? Calon istri? Dari mana Jayden belajar istilah calon istri? Uhm, mungkinkah dia cuma bergurau saja, karna pernah main raja dan ratu bersama teman-teman sebayanya?, batin Irfan. “Siapa? Orang mana?“ tanya Irfan. “Errr,“ gumam Jayden. Tiba-tiba dia menggaruk pipinya yang tidak gatal. “Lupa hehe,“ sahut Jayden sambil nyengir. Jangankan dia siapa dan orang mana—pun namanya saja dia sudah lupa. Tapi, yang mampu Jayden ingat cuma satu; huruf awal dari nama si calon istri, yaitu huruf B.
Irfan pun tersenyum lebar; melihat tingkah Jayden yang amat sangat menggemaskan. Suatu saat; Defran juga akan menjadi sosok anak yang cerdas dan tampan seperti Jayden. Hm, tinggal di rumah tanpa melakukan apa-apa memang membosankan, ya? Irfan pun memilih untuk duduk bersama Sarah di ruang keluarga. Bermain bersama Bella dan Jayden. “Irfan, biar mama kasih tau salah satu rahasia Darren,“ ucap Sarah misterius. “Uhm, apa ma?“ tanya Irfan.
“Darren tulus sama kamu Irfan,“ sahut Sarah. Irfan malah tertawa. “Itu sih bukan rahasia ma~ Dikira apa udah serius juga,“ ucap Irfan. “Hahaha tapi beneran lho ini? Jujur dari awal nih ya Fan, papa sama mama udah ngeh banget, makanya pas Darren bilang mau nikahin kamu, respon papa sama mama biasa-biasa aja,“ ucap Sarah. Orang tua memang lebih perasa, ya? Sampai-sampai mampu menyadari hal itu. Irfan saja menduga kalau dulu Darren cuma murni karna rasa kekeluargaan saja. Jadi, dia bener-bener tulus? Uh, kok aku malah geer, sih?, batin Irfan.
Edgar memang tinggal bersama dalam satu atap dengan Deon dan kedua orang tua Deon. Edgar berpikir, bahwa saat Alena meminta dirinya tinggal di sini, itu artinya Alena merestui dirinya dan Deon. Di luar dugaan, ternyata itu cuma cara Alena untuk mengawasi Edgar dan Deon. Huft, dapet restu dari camer susah juga, ya?, batin Edgar. Sejak berselisih pendapat waktu itu, Alena jadi agak dingin terhadap Edgar. Terkadang dia juga menatap Edgar dengan tatapan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ares [BL]
Romance[TAMAT] Cerita ini ngambil latar belakang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Seumpama cerita ini nggak sesuai dengan ekspektasi kalian-atau kalian nganggep cerita ini jelek, karna banyak typo, nama tokoh ketuker, dan banyak tokoh di mana-mana. Darip...