Gundah gulana hati ia setelah ditaburi oleh duri-duri tajam. Perih dirasa. Pilu dilihat. Semua panorama indah mulai memudar bagai sinar; ia mulai meredup sendu dalam gelap gulita. Diam sang suami sungguh membuat hati ia terasa diiris-iris. Dari mana ia harus memulai percakapan pada sarapan pagi hari ini? Dua netra ia tiada berpendar pada ia. Sementara ia begitu penuh harap. “Mas?“ gumam Ares terdengar getir. Cemas jikalau pernikahan ia hancur dalam sekejap. Didiemin emang nggak ngenakin, batin Ares.
“Itu—“
“Dek? Terserah kamu mau gimana. Mas nggak bakalan ngomong apa-apa lagi. Jangan minta pendapat mas lagi soal ini,“
“Hm,“
Suara sang suami saja terdengar begitu dingin. Ia berdiri setelah menaruh gelas minum di atas meja. Bulir air mata Ares pun luruh jua. Dada ia terasa dipenuhi oleh beban ribuan kilogram. Sang suami, Rakha, berangkat bekerja tanpa berpamitan sama sekali. Ia sengaja membiarkan diri ia naik angkutan umum saja menuju kantor agar sang istri bisa pergi ke sekolah tepat waktu dengan motor. Entah di mana letak salah pada diri ia? Cuma ingin bekerja seperti orang kebanyakan, tetapi mengapa Rakha terlihat begitu tidak suka?
Suara bising di ruang kelas membuat ia bertambah risau dan gusar. Ia telah mencoba berbagai cara demi menepis semua rasa itu, tetapi nihil. Ia pun keluar dari kelas mencari udara segar. Diburu oleh rasa bersalah beserta egoisme dalam diri membuat darah ia mendidih. “Pesen jus mangga satu,“ ucap Ares. Ia hampir saja menabrak seseorang saat ingin memutar badan. “Eh? Din, maaf,“ ucap Ares meminta maaf. Ia gugup. Semoga lengan ia tiada mengenai dada Dinda. Duh, bisa-bisa dicap cabul nih gue, batin Ares.
“Eerrr ng-nggak papa, kok,“ sahut Dinda tersipu. Ia pun mengajak Ares duduk di meja yang sama. Tiba-tiba tamu tidak diundang—pun datang, dan duduk di sebelah Ares. Dia lah Keanu. Keanu menatap Dinda dari ujung kaki sampai ujung rambut, lalu tersenyum remeh dan mengejek. Dinda mengerutkan dahi dan mengerjap-ngerjapkan mata. Dih, nggak sopan banget liatin kakak kelas sendiri kek gitu?, batin Dinda. Keanu pun bersedekap di dada. “Dada lu gede juga, ya?“ ucap Keanu. Ares langsung menoleh dengan mulut setengah menganga. “Ssttt ahhh jadi pengen,“ ucap Keanu lagi. Tentu saja ia sedang bercanda. Jujur Keanu serasa ingin muntah mengucapkan kalimat tadi di hadapan Dinda. Beberapa orang memicingkan mata, lantaran suara ia tadi terdengar cukup keras.
Berbeda dengan Keanu; Dinda merasa sangat malu. Beberapa orang mulai memperhatikan diri ia. Benar. Bisa dibilang seragam putih dan abu-abu ia cukup ketat dan sempit. Bibir ia juga terlihat ranum merah muda bagai buah ceri. Siapa bilang itu adalah olesan gincu atau lipbalm? Dengar-dengar ia menggunakan spidol. Padahal ia sempat ditegur oleh guru BP. “Lu, mah! Bisa nggak, sih, jangan frontal?“ ucap Ares. Keanu mana perduli. Keanu pun menoleh dengan malas. “Terserah gue, mulut-mulut gue,“ sahut Keanu, lalu kembali menatap Dinda dengan tatapan datar. Ares menghela nafas sembari geleng-geleng kepala. Gila gila nih anak, heran gue ama Barra mau-maunya ama model ginian, batin Ares.
“Oh, iya, Res? Kue bikinan inak gue gimana? Enak, nggak?“
“Lu jangan tanya. Udah gue abisin ludes nggak ber-sisa,“
Dinda sangat pintar dalam mengalihkan pembicaraan. Sesuatu banget nih cewek, batin Keanu. Ia terus menatap Dinda tanpa berpaling sedikit pun barang sebentar. Dinda terlihat kurang nyaman ditatap seperti itu oleh Keanu. “Gue penasaran ukuran lu berapa? A cup? B cup? C cup? D cup? Errr ato jangan-jangan E cup?“ ucap Keanu. Beberapa orang tertawa setelah mendengar ucapan Keanu barusan. Dinda merasa telah dilecehkan secara tidak langsung. “Lu jangan lancang, ya, ama gue?“ ucap Dinda mulai tersulut emosi. “Oh, gitu? Jadi, gue udah lancang gitu, ya, ama lu?“ sahut Keanu sambil menaikturunkan alis.
“Din? Nggak usah diambil hati, ya? Nih anak otaknya emang rada-rada nggak beres,“ ucap Ares.
“Gue mending pindah tempat duduk aja, Res,“ sahut Dinda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ares [BL]
Romance[TAMAT] Cerita ini ngambil latar belakang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Seumpama cerita ini nggak sesuai dengan ekspektasi kalian-atau kalian nganggep cerita ini jelek, karna banyak typo, nama tokoh ketuker, dan banyak tokoh di mana-mana. Darip...