ARES 52

826 56 4
                                    

Evan pun tiba di depan rumah Deon. Semoga Deon mau menemui dirinya. “Deon, aku di depan,“ tulis Evan di sms. Sungguh Evan sangat merindukan Deon. Demi ingin kembali bersama Deon; ia bahkan rela memutusi perempuan-perempuan yang sempat menjalin hubungan dengan dirinya; ia juga menghapus serta memblockir nomor hp dan akun sosmed mereka. Kali ini Evan bersungguh-sungguh ingin Deon kembali dalam dekapnya.

Lima belas menit kemudian. Barulah Deon keluar dari rumah itu—menghampiri Evan ke depan. Suasana hening sesaat. Evan menatap Deon lamat-lamat. “Deon..,“ gumam Evan. Ia pun kontan mendekap tubuh Deon erat. “Van, lepasin,“ ucap Deon. Evan malah semakin mempererat dekapannya. Sungguh Evan rindu akan aroma—yang menguar dari tubuh Deon. “De, maafin aku, maafin semua kesalahan aku, De. De, aku janji nggak bakalan ngelakuin kesalahan yang sama lagi,“ ucap Evan tulus. Tapi, sayang seribu sayang, hati Deon sudah tertutup untuk Evan.

Di sana Edgar memperhatikan Deon dan Evan dari dalam mobil. Ingin Edgar turun begitu saja—menghampiri Deon. Tapi, Edgar tidak ingin gegabah, ia pun mencoba memantau keadaan terlebih dahulu. “De, aku mau kita balikan kek dulu lagi,“ ucap Evan. Kedua alis Deon pun seketika mengkerut. Heh, mudah sekali dia bicara seperti itu?, batin Deon. “Maaf, Van, gue udah nggak ada perasaan apa-apa lagi sama kamu—“ ucap Deon—yang langsung dipotong oleh Evan. “Bohong, De. Kamu bohong!“ ucap Evan tidak percaya. Deon tidak mungkin semudah itu melupakan dirinya. Deon pasti masih ada rasa cinta dan sayang di dalam hati. Evan yakin akan hal itu.

“De, aku udah jauhin cewek-cewek yang sempet deket sama aku dulu, aku juga udah blokir nomor hp mereka. Aku mau berubah, De, aku mau berubah demi kamu,“ ucap Evan sambil memegang tangan Deon. Beberapa minggu ini hidup Deon sudah tenang. Tapi, sekarang malah diusik lagi dengan kehadiran Evan di sini. “Lepasin Van,“ pinta Deon. Evan mengindahkan permintaan Deon itu. Dia malah mencengkeram pergelangan tangan Deon dengan kuat.

“Van, kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Kamu berlutut di kaki aku pun, aku nggak bakalan mau balikan sama kamu lagi, Van. Mendingan kamu pulang aja, sia-sia kamu ada di sini, Van,“ ucap Deon kemudian. “Lepasin,“ seru Edgar—yang akhirnya turun tangan jua. Evan pun menoleh. Dari mana datangnya si Edgar ini? Kenapa dia lagi-lagi mengganggu? “Lepasin tangan kamu ato saya patahin tangan kamu sekarang juga?“ ucap Edgar dingin. Perlahan Evan pun melepaskan cengkeramannya. Edgar menatap Deon yang tengah menunduk itu sebentar. “Pergi,“ ucap Edgar. “Ini rumah Deon. Kamu nggak berhak ngusir saya dari sini,“ ucap Evan tidak mau kalah.

Alena merasa seperti ada suara Deon yang sedang berbicara dengan seseorang di luar. Alena pun membuka tirai jendela, dan melihat siapa gerangan—yang sedang Deon temui. Hm? Kenapa di sana ada dua orang pria?, batin Alena. Kedua alis Alena saling bertautan. “Kenapa, ma?“ seru Yudi ikut melihat keluar dari jendela. “Itu pa.. Deon lagi ngomong ama dia orang cowok itu.. Keknya lagi marah-marah,“ sahut Alena. Alena dan Yudi pun cuma memantau saja dari sini. Hm? Itu kan Edgar? Pengawal Darren? Kenapa dia ada di sini?, batin Yudi heran.

“Ed, udah, jangan diladenin,“ ucap Deon. “De—“ gumam Evan. “Udah Van, aku nggak mau balikan sama kamu titik. Kamu cari aja cowok lain. Bukan aku,“ sahut Deon mantap. Evan tatap Deon tepat di kedua matanya. Benarkah cinta itu sudah tidak ada lagi? De, aku nggak mau kehilangan kamu, De, batin Evan. “Ok,“ ucap Evan, lalu pergi meninggalkan Deon dan Edgar dengan mobil pribadinya. Setelah mobil Evan melesat jauh. Deon pun termenung. Uh, dadanya tiba-tiba terasa sesak. “Deon,“ seru Edgar. Sejurus kemudian Edgar pun memeluk Deon. Deon itu cuma setinggi dada Edgar saja. Jelas karna perbedaan tinggi di antara keduanya sangat jauh, yaitu 190cm dan 167cm. Jauh sekali, bukan?

“Kamu masih sayang sama dia?“ tanya Edgar. “Hm,“ sahut Deon dengan deheman saja. “Kenapa kamu nggak mau balikan sama dia lagi?“ tanya Edgar lagi. Deon diam setelah mendapat pertanyaan menohok itu. Benar, kenapa aku nggak mau balikan sama Evan, sementara aku juga masih sayang sama dia?, batin Deon. Deon pun melonggarkan pelukan Edgar. Lalu, ia tatap kedua mata Edgar, dan berkata, “Dia udah jadi bagian dari masa lalu aku, Ed. Dia udah khianatin aku berkali-kali, dan aku nggak mau jadi orang bodoh buat ke sekian kalinya,“.

Ares [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang