Pada tanggal 12 Juli 20XX. Di pagi hari yang cerah. Darren dan Irfan mengucap janji suci pernikahan di Golden Gate Park. Keduanya berdiri di depan bangunan seperti kubah berwarna putih. Saling berhadap-hadapan sambil menggenggam tangan. Hari ini juga bertepatan satu bulan Irfan tinggal di sini. Entah kenapa Irfan tidak kuasa menahan tangis; hingga Sarah pun memberikan sapu tangan kepada Irfan. Irfan memang belum memiliki perasaan cinta dan sayang kepada Darren. Tapi, suasana haru ini membuat hatinya terenyuh, dan tak kuasa menitikkan air mata.
Setelah mengucap janji suci pernikahan, mereka pun berfoto bersama. Jayden terlihat sangat tampan dengan setelan jas putih, dan dasi kupu-kupu. Jayden berdiri di antara Darren dan Irfan. Sedangkan Irfan menggendong Bella sambil menatap sang puteri penuh cinta. Pose pertama biasa-biasa saja; menghadap kamera sambil tersenyum. Sedangkan pose kedua; Darren menyentuh kepala Bella sembari memberi kecupan di pucuk kepalanya. Lalu, pada pose ketiga; Darren menggendong Jayden. Uh, rasanya lengkap sudah kebahagiaan Darren. Beban di hati pun perlahan berkurang. Eisha, aku janji bakalan jagain Irfan dan Jayden, dan mencintai mereka seumur hidup aku, batin Darren sembari memberi kecupan manis di kening Irfan.
Di acara nan membahagiakan ini cuma dihadiri oleh kerabat dekat dan rekan bisnis saja. Di luar dugaan, ternyata ada beberapa rekan bisnis Darren yang Irfan kenal-pun mereka bercakap-cakap bersama. "Papa Irfan, gendong!" seru Jayden. Irfan pun menoleh. Namun, berbeda dengan Darren. Dia terlihat tidak senang. "Jay, Daddy sama Papa Irfan lagi ngobrol. Main sama grandma dulu, ya?" ucap Darren tegas. Ini adalah cara halus yang digunakan oleh Darren; untuk melarang Jayden memotong percakapan orang tua.
Jayden pun memberengut, lalu lari ke arah Jim dan Sarah. "Om," gumam Irfan kecewa. Jayden cuma meminta digendong saja. Tapi, Darren malah melarangnya. Sedangkan Darren bersikap acuh akan tatapan kecewa dari Irfan. Tiba di rumah; Irfan langsung menuju kamar; ingin berganti pakaian dengan pakaian biasa. Sedangkan Darren ke kamar Jayden terlebih dahulu, karna saat ini Jayden tengah tertidur dalam gendongan Darren. Setelah ia rebahkan di atas ranjang, lalu ia naikkan selimut hingga ke d a d a.
"Irfan?" seru Darren. Irfan sedang memasang baju kaos. Irfan pun menoleh. "Boleh minta sesuatu?" tanya Darren terlebih dahulu. "Boleh," sahut Irfan sambil menyisir rambut. "Tolong mulai dari sekarang jangan manggil om. Tapi, panggil mas aja, ya?" ucap Darren. Irfan terdiam. Uhm, mas, ya? Hah, jujur Irfan belum terbiasa dengan sebutan mas untuk Darren. Ini terdengar sangat aneh. Tapi, di sisi lain Irfan memang harus memanggil Darren seperti itu, kan? Toh, ia sudah menjadi istri seorang Darren Scott. "Uhm, i-iya mas," gumam Irfan. Darren pun tersenyum tipis.
Saat malam hari tiba. Irfan agak sedikit canggung rebahan di sebelah Darren. Irfan pun memutar badan memunggungi Darren. Sejurus kemudian; tangan Darren melingkar di perut Irfan. Hidung Darren menyentuh tengkuk leher Irfan, dan hal itu pun malah membuat Irfan geli. "Mmh," gumam Irfan saat Darren membenamkan wajahnya di leher. "Om-mas," gumam Irfan hampir saja memanggil Darren dengan sebutan mas. "Kamu mau ngapain?" tanya Irfan gugup. Uh, Irfan semakin merasa geli. "Malam p e r t a m a pernikahan, nurut kamu ngapain lagi? Kalo bukan itu?" sahut Darren. "Nggh ohm," gumam Irfan melenguh saat Darren menggigit kuping. "Mas~" ucap Darren mengoreksi. Kenapa aku malah ngeluarin suara aneh gitu, sih?, batin Irfan.
Pada keesokan harinya. Irfan menggeliat setelah nyawanya berhasil terkumpul sepenuhnya. Ia pun membuka mata perlahan, namun ia tidak menemukan Darren sama sekali di sana. Paling-paling dia udah bangun trus ada di lantai bawah, batin Irfan. Saat Irfan ingin beranjak dari kasur. Tiba-tiba ia meringis sambil memegang p i n g g u l. Pinggul nya terasa begitu pegal sekali-pun lubang itu terasa sangat perih. Irfan pun terdiam sejenak. "Tadi malem..," gumam Irfan mendadak gugup, dan panas dingin; tatkala mengingat kejadian tadi malam; bermesraan sepanjang malam di malam pernikahan?
Entah bagaimana caranya Irfan menaruh muka di hadapan Darren nanti. Dia benar-benar sangat malu. Masih jelas di ingatan Irfan, bahwa tadi malam ia telah menyemburkan cairan putih itu di dalam mulut Darren, saat Darren mengulum si j a g o a n. Huft, mau ngehindar kek gimana pun aku bakalan tetep liat Darren tiap hari juga kali, batin Irfan. Ia pun mencoba berusaha untuk tidak memperdulikan hal itu. Ia pun memilih untuk membersihkan diri di kamar mandi, berganti pakaian, lalu turun ke bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ares [BL]
Lãng mạn[TAMAT] Cerita ini ngambil latar belakang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Seumpama cerita ini nggak sesuai dengan ekspektasi kalian-atau kalian nganggep cerita ini jelek, karna banyak typo, nama tokoh ketuker, dan banyak tokoh di mana-mana. Darip...