Di antara baju-baju Ares yang tersusun rapi di lemari, terdapat sebuah paper bag. Ini adalah hadiah dari Laras waktu itu, batin Ares. Ia ambil paper bag itu, lalu ia pun duduk dan membuka paper bag itu perlahan. Kira-kira isinya apa, ya?, batin Ares. Kalau dari paper bag nya saja, ini kelihatan seperti barang mahal.
Indah sekali jam tangan ini, batin Ares. Coba kita lihat ini kira-kira merk apa. Setelah Ares mengetahui merk jam tangan itu, ia pun berselancar di dunia maya, mencari info mengenai harga jam tangan tersebut. “15jt?“ gumam Ares dengan mulut menganga lebar karna terkejut. Ini harga yang sungguh fantastis hanya untuk sebuah jam tangan.
Sebagai tanda terima kasih, Ares berniat ingin mengenakan jam tangan ini nanti ke sekolah. Setelah mencium tangan ayah dan ibu, Ares pun keluar rumah menyusul Rakha yang sudah menunggu di depan sana. “Mas,“ seru Ares dengan senyuman termanis. Ia pun memeluk Rakha sebentar. Lalu, memakai helm yang diberikan oleh Rakha.
Seperti pasangan pada umumnya saat berkendara, Ares melingkarkan tangannya di pinggul Rakha, dan meletakkan dagunya di pundak Rakha. Sambil mengendarai keduanya sambil bercakap-cakap kecil. Sesekali keduanya tertawa entah membicarakan apa.
“Ke rumah kan sayang hari ini?“ tanya Rakha saat keduanya turun dari motor. “Hm,“ sahut Ares mengiyakan sembari melepaskan helm. Ah, tunggu dulu, kedua mata Rakha tidak sengaja menangkap sesuatu. Ares pakai jam tangan?, batin Rakha. Jam tangan itu terlihat sangat mahal. Ah, itu seperti jam tangan brand tag heuer, batin Rakha. Dan yang Rakha tau jam tangan itu bisa mencapai belasan juta rupiah. Darimana Ares mendapatkannya?
Walau Rakha naik gaji sekali pun, ia tidak akan mampu membelikan Ares jam tangan semahal itu. Muka Rakha berubah pias. Orang itu pasti sangat kaya raya, batin Rakha. “Kenapa mas?“ seru Ares saat melihat perubahan raut muka Rakha tiba-tiba. Rakha mencoba menetralkan ekspresinya kembali. Rakha pun tersenyum. Jangan sampai ekspresi aneh Rakha membuat Ares bersedih. Meskipun jujur dalam hati, perasaan Rakha campur aduk. Ya, Rakha cemburu. Dan hal itu wajar saja, kan?
Ares mencium tangan Rakha lalu mengecup pipinya sekilas. “Aku masuk dulu ya mas,“ ucap Ares. “Hati-hati sayang, belajarnya yang rajin ya,“ sahut Rakha mengecup kening Ares sekilas. Keduanya pun saling melambaikan tangan. Rakha pun langsung melesat jauh menuju kantor.
Suara-suara cibiran, cacian, dan makian, sayup-sayup terdengar di telinga Ares. Ia langsung menyampaikan telinganya dengan earphone miliknya. “Ares,“ seru Laras. Dalam hati Laras teramat sangat senang melihat Ares mengenakan jam tangan yang ia berikan. Ares pun menoleh ke Laras dengan tatapan penuh tanya. “Errr.. Gue malem ini ulang tahun, gue ngundang lu Res, dateng ya?“ ucap Laras.
Ares diam sebentar. Sebenarnya Ares tidak menyukai menghadiri acara-acara seformal itu, apa lagi acara itu kebanyakan dihadiri oleh orang kaya raya saja seperti Laras. Tapi, kalau mengingat kembali hadiah yang Laras berikan, Ares pun jadi tidak tega dan tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima undangan Laras. Mungkin Ares akan meminta Rakha untuk menemaninya nanti.
“Bisa, tapi gue boleh bawa orang, kan?“ tanya Ares. “Uhm.. Bo-boleh kok,“ sahut Laras terpaksa mengiyakan hal itu. Laras tidak bodoh. Ares pasti akan mengajak kekasih prianya itu. Hah, Laras tidak ingin menyerah, Laras ingin mendapatkan Ares seutuhnya. Lupakan bagaimana pandangan orang lain terhadap Ares. Laras benar-benar tulus mencintai Ares. Hah, cinta? Ya, mungkin ini adalah cinta bertepuk sebelah tangan. Tapi, tidak apa-apa, selagi Laras mampu memperjuangkan Ares.
Tatapan Ares langsung berubah menjadi dingin saat ia tidak sengaja berselisih dengan Barra dan membuat langkah Ares sendiri tertenti seketika. Keduanya saling tatap menatap—juga sama-sama keras kepala. Bahkan, tidak ada di antara keduanya yang menyapa lebih dulu. Ares pun berjalan begitu saja tanpa menoleh sama sekali. Barra mengepalkan tangan geram. Hah, Barra mendengus kesal. “Lu udah kehilangan Ares. Jangan ampe lu kehilangan gue lagi.“ Kata-kata Keanu waktu itu kembali berputar-putar di benak Barra. Kedua mata Barra memerah. Marah, kesal, sedih, semuanya bercampur aduk menjadi satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ares [BL]
Любовные романы[TAMAT] Cerita ini ngambil latar belakang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Seumpama cerita ini nggak sesuai dengan ekspektasi kalian-atau kalian nganggep cerita ini jelek, karna banyak typo, nama tokoh ketuker, dan banyak tokoh di mana-mana. Darip...