ARES 86

733 55 21
                                    

📍NOTE📍
Gue beberapa kali dapet komentar kurang ngenakin dari beberapa karya gue, yang intinya gue nulis ini sekedar buat hiburan aja. Seandainya apa yang gue tulis bertentangan sama prinsip lu, skip aja nggak papa.

Di antara lu lu pada pasti bertanya-tanya, ini cerita alurnya kek mana? Gue sendiri sebagai penulis kagak tau nih alurnya kek mana. Kalo dibilang nggak nyambung ya emang iya. Kek yang gue bilang di atas, gue nulis cuman buat hiburan doang bukan buat seriusan hehe.

***

Dengarkanlah teriakan mereka dalam hingar bingar musik. Dia dipuji dan dielu-elukan kehadirannya. Sebentar lagi ia kan berusia tujuh belas tahun. Oh, rupanya usia muda—yang dianggap belia tak lantas membuat ia kehilangan jati diri. Duduk di bangku menengah atas—pun memiliki seorang istri; Keanu tetap menjalani hari-harinya seperti anak muda pada umumnya—apalagi ia berprofesi sebagai seorang dj. Oh, lihatlah bagaimana jari-jemarinya begitu pandai mengendalikan controller seperti: mengganti lagu, memperlambat tempo, atau mengubah pitch.

Stelan serba hitamnya pada malam hari ini rupanya membuat dirinya terlihat semakin berkharisma. Oh, Keanu begitu mempesona, meskipun hanya tersenpum tipis. Lihatlah jua bagaimana gadis-gadis remaja di tengah sana berteriak histeris; meneriaki si gondrong nan tampan lagi romantis. Sebuah keromantisan yang hanya kan ia peruntukan tuk sang istri, Barra. Sekelompok pemuda dan pemudi yang tengah berkumpul di salah satu meja pun melambaikan tangan pada dirinya sebagai isyarat agar ia segera turun dan bergabung bersama mereka.

“Cheers!“ ucap mereka bersama-sama termasuk Keanu.

Di tengah-tengah pesta bir nan pahit, namun banyak digemari—pun terdengar suara dengungan mic. Puluhan pasang mata pun menoleh ke arah podium. “Tes tes satu dua tiga,“ ucapnya. Keanu mengernyitkan alis. Siapa gerangan pemuda yang ada di atas podium sana? Jangan-jangan Sahri mengundang dj lain? Tetapi mengapa nada bicaranya terdengar begitu sangat familiar di telinga? Sial! Pandangan mata Keanu memburam tatkala melihat objek dari kejauhan sehingga membuat dirinya tak dapat mengenali siapa pemuda tersebut.

“Gue pengen persembahin musik yang gue bawain buat suami gue tercinta,“

Suami? Keanu pun tersenyum tipis tatkala ia teringat akan sosok sang istri, Barra. Keanu tak lantas meninggalkan tempat duduknya setelah pemuda itu selesai membawakan sebuah lagu. Keanu duduk dengan tenang ditemani minuman ber-alkohol di atas meja—pun telah membuat dirinya setengah mabuk. Pemuda yang tak lain dan tak bukan ialah Barra pun geram. Keanu sama sekali tak melirik ke arahnya barang sedikit pun sehingga ia pun memberanikan diri tuk turun, dan menghampirinya di sana.

Barra berdiri persis di samping Keanu. Segelas bir pun berhasil ia rebut dari tangannya, lalu meminumnya dengan sekali teguk. Keanu pun menoleh. Keanu hanya sedang ingin usil saja—yang di mana ia berpura-pura seolah-olah tak mengenalnya sama sekali. Sungguh di luar dugaan, ternyata game yang ia mainkan pun berhasil membuat sang istri meradang. Ditariknya tangan Keanu agar Keanu segera bangkit dari tempat duduknya. Kini ia dapat melihat sang istri dengan jelas dibandingkan saat Barra berada di podium tadi.

“Kenapa sayang?“ tanta Keanu.

Barra mendadak kehilangan kata-kata, sebab kilau matanya seakan membius raga dan sanubarinya hingga membeku tanpa sisa. Tiada kata terucap, meski bibir bergerak sedikit bak ada untaian kata yang ingin diucap. “Uhm, pu-pulang,“ sahut Barra pelan. Sungguh ia tak tau lagi harus berkata apa sehingga ia pun malah berkata lebih baik pulang saja. Oh, bagaimana ini? Barra merasa jikalau dirinya seolah-olah seperti anak kecil yang merengek meminta pulang kepada kedua orang tuanya. Bukankah tadi ia juga kesal lantaran Keanu bersikap seolah-olah tidak mengenal dirinya? Lalu, ke mana perginya amarah itu?

Ares [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang