[TAMAT] Cerita ini ngambil latar belakang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Seumpama cerita ini nggak sesuai dengan ekspektasi kalian-atau kalian nganggep cerita ini jelek, karna banyak typo, nama tokoh ketuker, dan banyak tokoh di mana-mana. Darip...
SEASON 2 FOKUS KE PERNIKAHAN TOKOH. SEASON 3 FOKUS KE PENCARIAN JAYDEN TENTANG "PERMATA MERAH". JAYDEN U*K*E. BAYAN S*E*M*E.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Tengah berkobar anala dalam dirinya membakar. Tak sadar olehnya separuh dama pun hangus terbakar. Dinding-dinding penyangga nan kokoh runtuh tak tersisa; meninggalkan puing-puing arang yang hitam tak terasa. Tunggulnya pun melangkah tuk menyeberang jalanan aspal setelah dirasa cukup lengang. Tatapannya garang. Dihampirinya pria berjaket kulit coklat—yang bersembunyi di balik tiang listrik—yang tak sepenuhnya dapat menyembunyikan tubuhnya dari auman harimau. Dia menengadahkan tangan kanannya; meminta pria itu agar bersedia memberikan kamera yang ada di tangannya pada Ares.
Pria berkulit eksotis itu pun menatapnya penuh tanda tanya. “Tolong kasihin kamera mas ke saya sekarang.“ ucap Ares. Pria itu pun bertanya, mengapa dirinya harus memberikan kamera miliknya kepada Ares tanpa alasan pang jelas? “Barusan anda motoin saya diem-diem, kan? Tolong kasihin ke saya sebelum saya laporin ke polisi.“ ucapnya bernada dingin serta mengancam. Pria yang belum diketahui namanya itu pun mau tak mau memberikan kameranya kepada Ares. Sungguh di luar dugaan jika tindakannya itu dapat diketahui oleh remaja ingusan seperti Ares. Padahal ia sudah berusaha sebisa mungkin agar tak tertangkap oleh jangkauan ekor matanya.
“Lain kali saya nggak bakalan mentolerir sikap nggak sopan anda ini, mas. Saya emang nggak tau menau anda ini siapa dan dari mana. Sepertinya anda juga orang yang berpendidikan, tapi sayang sikap nggak sopan anda yang motoin saya diem-diem ini sama sekali nggak mencerminkan kalo anda itu orang yang berpendidikan.“ ucapnya sarkasme.
Ares pun berlenggang. Pria itu pun tersenyum samar setelah kepergiannya. Dia merasa jikalau remaja tadi cukup unik dan menarik. Bibirnya yang melengkung pertanda jikalau Ares cukup menarik perhatiannya. Entah kapan ia dapat bersua lagi dengannya. “Huft, semua foto-fotonya ilang, deh,“ gumamnya sambil menghela nafas.
Barra termenung. Bulir embun di pelupuk mata yang ia tahan sedari tadi membuat kedua matanya memanas. Iring-iringan lebah yang sengatannya bak ditusuk duri pun menyengat sebagian dari hatinya yang gamang. Keanu pun menggenggam tangannya sembari mengusap buku-buku jarinya dengan pelan dan lembut. Cincin pernikahan yang tersemat di jari manis keduanya pun menjadi bukti betapa dalam dan kuatnya cinta mereka. Tepat setelah acara resepsi usai. Keanu berpesan kepada Barra dan berkata, “Dan apa pun yang terjadi dalam pernikahan kita nanti. Tolong, jangan pernah lepasin cincin ini, Bar,“. Pesan yang cukup singkat, namun memiliki makna yang sangat dalam.
“Gue.. Gu-gue minta maaf, Ke. Ka-kalo gu-gue masih belum bisa jadi istri yang baik buat lu,“ gumam Barra.