ARES 15

2K 169 4
                                    

Setelah satu minggu berlalu. Yudi, ayah mertua Rakha, meminta untuk bertemu di rumah Rakha sendiri. Entah mengapa perasaan Rakha mendadak tidak enak. Ia merasa kedatangan Yudi tidak hanya sekedar pertemuan biasa.

Selama satu minggu itu pula Rakha tidak bersua dengan sang istri dan anaknya. Sebagai seorang ayah sekaligus suami, tentu Rakha sangat merindukan dia mutiara hidupnya itu. Ingin Rakha memeluk mereka. Tertawa bersama seperti biasa. Tapi, apalah daya, mungkin ada alasan tersendiri mengapa Rakha dilarang untuk bertemu.

Yudi datang bersama dengan seorang pengacara. Ada apa ini? Rakha pun mempersilahkan masuk ayah mertuanya. Kebetulan Rakha sudah membuatkan teh di teko sebelum kedatangan Yudi kemari. Tidak ada jamuan apapun, karena memang Rakha tidak memiliki makanan apa-apa di rumah. Selama ini Rakha lebih sering makan di luar.

“Kabar kamu gimana nak?“ tanya Yudi berusaha tenang. Sungguh berat hati Yudi untuk datang kemari. Namun, Yudi tidak mempunyai pilihan lain.

“Biak pak,“ sahut Rakha.

“Ami sama Bella baik-baik aja.. Kamu jangan terlalu khawatir.“ ucap Yudi seolah mengerti kekhawatiran Rakha selama ini. Jelas karena Ami adalah istrinya dan Bella adalah puterinya.

“Pak Mahmud, tolong kasih berkasnya ke Rakha.“ ucap Yudi.

“Baik pak.“ sahut Mahmud, si pengacara. Beliau pun memberikan sebuah map berwarna coklat pada Rakha.

“Ini.. Apa pak?“ tanya Rakha.

“Buka aja,“ jawab Yudi.

Rakha pun membuka map berwarna coklat itu. Disana terdapat selembar kertas putih. Rakha baca sampai habis selebaran itu. Dada Rakha mencelos seketika. Ia menatap Yudi sebentar. Lalu, kembali membaca selebaran itu untuk memastikan isinya. Berulang-ulang Rakha membaca, tetap saja isinya sama, tidak berubah.

“Bapak mau kamu tandatangani sekarang nak.“ ucap Yudi. Sungguh tidak tega hati ini mengatakan hal ini pada menantu sendiri. Rakha itu menantu idaman. Yudi sangat menyayangi Rakha sama seperti rasa sayangnya pada Ami.

“Pak..“ seru Rakha. Suaranya sedikit bergetar. “Bisa kasih tau saya kenapa Ami menggugat cerai saya?“

“Bukan Ami.. Tapi bapak yang mau kamu sama Ami cerai..“

Rakha meletakkan kertas itu di atas meja. Ia mencoba mencerna perkataan ayah mertuanya barusan. Sudut mata Rakha mulai memerah. Ia berusaha menahan dirimu untuk tidak menangis. “Tolong jelasin ke saya alesannya bapak mau saya cerai sama Ami.“

“Nggak Rakha.. Bapak nggak sanggup.. Bapak nggak mau kamu sakit hati.“

“Insyaa allah saya terima semua alesan yang bapak kasih. Seenggaknya saya tau alesan bapak minta saya cerai.“

Yudi melepas kacamatanya. Yudi tidak kuasa lagi menahan air mata. Ini sungguh berat baik bagi Yudi sendiri ataupun Ami. Yudi tidak kuasa atas ini semua. Ini terlalu menyakitkan untuk Rakha.

“Pak..“ seru Rakha.

“Pertama bapak mau minta maaf atas nama Ami.. Tolong maafin semua kesalahan anak bapak nak Rakha..“ ucap Yudi mengusap sudut matanya yang basah. “Kamu tau, kan? Ami kemaren liburan ke bali?“ ucap Yudi. Rakha mengangguk pelan. “Ami mabuk dan tidur sama temennya tanpa dia sadari.“

“Maksud bapak?“

“Ami tidur sama cowok lain nak Rakha..“

Duar. Lagi dan lagi dada Rakha serasa di bom dan hancur Berkeping-keping. Inikah alasan mengapa Yudi melarangnya menemui Ami dan Bella? Cobaan apa lagi ini ya allah, batin Rakha. “Saya.. Saya tau Ami pasti nggak sengaja.. Ami cuma lagi ceroboh aja pak, makanya dia bikin kesalahan. Saya mohon biarin saya sama Ami hidup sebagai sepasang suami istri, pak. Saya bakalan terima Ami apa adanya.“

Ares [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang