ARES 82

915 72 19
                                    

NOTE: GUE NULIS BUAT HIBURAN DOANG. JADI, MISAL LU NGERASA TULISAN GUE JELEK, MAKIN JELEK, ATO NGGAK SESUAI EKSPEKTASI GUE BISA APA?

----- 🌟 ----- 🌟 ----- 🌟 ----- 🌟 ----- 🌟 -----

Beberapa hari lagi raja dari segala raja akan segera tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari lagi raja dari segala raja akan segera tiba. Si raja ber-mata biru nan tajam se-tajam silet. Seolah ingin tampil beda agar terlihat lebih cantik, anggun, dan elegan. Dzafina, ia rela merubah tatanan rambut serta gaya ber-busana. Seharian ini; ia menata rambut di salon, serta melakukan beberapa treatment juga di salon kecantikan. Dzafina ingin terlihat lebih dewasa di mata orang lain terutama di mata Darren. Dari half curl menjadi layer pendek lurus ber-poni. Dari hitam menjadi bronze.

Sepasang anting berlian pun tergantung indah pada dua telinga ia. Bagai berlian itu sendiri; ia begitu bersinar-sinar. Sungguh sinar itu mampu membuat silau tiap pasang mata para lelapi. Seorang pria ber-peci biru tua tidak sengaja menabrak Dzafina saat Dzafina keluar dari salah satu pusat perbelanjaan hingga membuat tas se-nilai puluhan juta itu terjatuh. Dzafina marah. Betapa ia menatap pria itu sengit hingga membuat dua alis ia menukik tajam. Pria ber-kemeja putih itu tertegun. Sungguh ia tiada menduga jikalau ia bisa bertemu Dzafina di sini untuk ke-dua kalinya. Pertemuan pertama kala itu ialah saat ia ber-papasan dengan Dzafina di pintu keluar masuk SCOTT Group.

“Hati-hati, mba,“ ucap pria itu ber-nada halus.

Didengar dari nada bicara saja sudah pasti pria itu sangat lah ramah tamah pada orang lain. Dzafina berang, tetapi pria itu tetap ber-sikap lemah-lembut. “Tau ini tas harga berapa?! Kalo lecet gimana, hah?! Bisa jatoh nilainya tau, nggak?!“ ucap Dzafina. Dzafina ber-bicara seolah-olah pria—yang ada di hadapan ia saat ini tidak mampu untuk sekedar membeli tas branded tersebut. Orang kantoran ber-peci? Orang macam apa itu?, batin Dzafina. Dzafina tidak ber-maksud menghina agama sendiri melainkan menurut ia, pria itu sama sekali tidak mengerti etika ber-pakaian di dunia kerja.

“Lagian cuma jatoh aja kan—“

“Emang kamu bisa ganti, hah?“

“Bisa,“

“Bisa? Heh! Bisa?! Bisa dari mana? Gaji UMR kek kamu mana bisa beli tas ginian. Udah, ah, minggir,“

Belum sempat bibir ini terucap kata maaf; Dzafina telah berlalu begitu saja. Pria itu menelan ludah. Ia termangu melihat Dzafina bisa se-marah itu. “Huft,“ ia pun menghela nafas, lalu masuk ke dalam mall. Tanpa Dzafina tau fakta jikalau pria tadi merupakan General Manager di mall ini. Jujur ia sudah sejak lama menaruh rasa penasaran pada Dzafina, tetapi tidak tau harus bertanya pada siapa. Dia tinggal di mana? Siapa orang tua ia? Lalu, bekerja di mana? Pria itu mana tau. Semua informasi tentang Dzafina sangat minim.

Ber-tepatan pada tanggal 23 Desember hari ini adalah hari ulang tahun sang suami, Rakha. Rakha tepat ber-usia tiga puluh satu tahun. Hiasan balon serta bunga-bunga memenuhi kamar tidur. Ares menghias ranjang bak menghias ranjang pengantin saja. Hm, sekalian flashback pas hari pertama nikah, batin Ares ber-bunga-bunga. Ares juga sengaja mengenakan kemeja putih oversize agar ia terlihat lebih menggoda di mata sang suami. Tirai jendela sengaja ia tutup agar lampu-lampu temaram ber-sinar dengan jelas.

Ares [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang