ARES 19

1.6K 144 23
                                    

Ia masih tertunduk dalam diam sambil bersender di dapur. Ia memikirkan apa yang baru saja terjadi. Daripada ia semakin pusing lebih baik ia pulang saja ke rumah secepatnya. Ini sudah hampir jam 10 malam.

Belum lagi ia harus mengerjakan tugas sekolah yang kian menumpuk karena mendekati ulangan akhir semester. ”Saya pulang kak, assalamu'alaikum.” ucap Ares. Seberapapun kesalnya kini Ares pada keadaan, tetaplah ia harus menjujung tinggi sopan santun dan tata krama. Tidak pergi begitu saja, melainkan mengucapkan salam terlebih dahulu.

Di dalam kamar Rakha duduk termenung di pinggiran ranjang. Ia tidak menyahut sama sekali ketika Ares mengucapkan salam. Pikiran Rakha kacau. Mungkinkah ini efek dari rasa lelahnya setelah seharian bekerja atau bagaimana? Atau ini hanyalah bentuk pelampiasannya saja karena terlalu merindukan Amin dan Bella?

Dua hati yang kini telah tumbuh benih-benih cinta tanpa mereka sadari itu pun mulai bimbang. Kemana kah rasa bimbang ini akan membawa keduanya? Kebahagian? Luka? Derita? Entahlah, kita lihat saja nanti.

Hari ini adalah hari dimana semua nilai, ranking, dan naik kelas atau tidaknya ditentukan. Sedari tadi Ares gemetaran. Ia gugup. Masih mampu kah ia mempertahankan juara kelas? Semoga saja, batin Ares.

”Maaf, kakak telat,” ucap Rakha tersenyum, lalu duduk di samping Ares. Ares diam tanpa memberikan ekspresi berarti. Hubungan Ares dan Rakha memang sedikit merenggang. Baik Ares ataupun Rakha sama-sama saling menghindar satu sama lain.

Semenjak kejadian waktu itu, tiap kali Ares datang untuk bersih-bersih, Rakha selalu saja tidak ada di rumah. Dia selalu beralasan kalau dia sendiri masih banyak pekerjaan di kantor. Siapa yang masih bekerja di jam-jam seperti itu? Sudah jelas kalau itu hanyalah bualan belaka.

Kedatangan Rakha kemari lantaran ia harus menggantikan Badrun dan Camilla untuk menghadiri acara kenaikan kelas sekaligus pengambilan rapor Ares. Ini dikarenakan saat ini Badrun dan Camilla sedang pulang kampung bersama Bayan dan Icha. Katanya nenek sedang sakit. Begitulah yang Ares dengar dari kedua orang tuanya.

Rakha tetaplah Rakha yang selalu baik hati dan bersahaja. Jangan lupakan sikap lemah lembutnya yang mungkin akan membuat siapa saja meleleh. Rakha tersenyum sambil mengusap pucuk kepala Ares. Ares baru menyadari bahwa Rakha begitu suka sekali mengusap pucuk kepalanya. Memangnya di kepala Ares ada apa?

”Maafin kakak.. Kakak salah..” ucap Rakha menatap Ares dengan tatapan lembut dan penuh kasih sayang. Rakha selalu saja tersenyum ketika berbicara dengan Ares. Mengapa kata-kata maaf dari Rakha terdengar begitu tulus sehingga membuat Ares terenyuh.

”Lain kali kakak bakalan lebih jaga sikap, kakak janji,” ucap Rakha tersenyum penuh arti. Bagi Rakha, Ares itu sudah seperti keluarga. Disini Rakha sendiri. Sedangkan orang tua Rakha nan jauh disana. Rakha tidak ingin kehilangan seorang adik seperti Ares hanya karena keegoisannya sendiri. Jangan sampai itu terjadi. Ingatlah bahwa penyesalan itu selalu datang di akhir.

”Saya juga minta maaf kak,” ucap Ares. Ares dan Rakha pun saling tersenyum satu sama lain. Tanpa mereka sadari ini adalah awal dari perjalanan cinta keduanya. Semoga kebahagiaan selalu berpihak pada keduanya.

Acara pun dimulai dengan meriah. Ares sangat berterima kasih kepada Rakha, karena ia sudah sudi untuk hadir disini. Bahkan, Rakha harus bercuti sehari demi Ares. Selama Rakha bisa membantu apapun pasti akan ia lakukan. Bagi Rakha ini tidak masalah.

Setelah acara selesai, di halaman sekolah, Ares refleks langsung memeluk Rakha. Ares sangat senang dan kegirangan. Ares teramat sangat bersyukur karena ia bisa meraih juara umum untuk pertama kalinya. Mata Ares berkaca-kaca. Rakha juga bangga memiliki adik seperti Ares yang begitu sangat berprestasi.

Ares [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang