Hari libur di hari minggu memang saatnya bagi Ares untuk berlibur jua bersama keluarga. Kedua orang tua Ares melarang Ares bekerja di hari minggu, karena mereka selalu berpesan, supaya Ares membawa kedua adiknya Bayan dan Icha liburan di destinasi wisata terdekat.
Sementara Badrun dan Camilla bekerja. Saat ini Ares dan kedua adiknya tengah berada di Pantai Penghulu Agung. Ingin Ares bisa berlibur satu keluarga penuh. Namun, Badrun dan Camilla selalu saja lebih mengutamakan kebahagiaan anak sendiri dibandingkan diri mereka sendiri.
Bayan dan Icha berlarian tidak tentu arah. “Hati-hati..“ tegur Ares. Ia pun mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Ares hanyalah orang biasa, yang juga ingin bisa berselfie ria layaknya anak muda jaman sekarang. Ia pun mulai menyalakan kamera depan ponselnya. Namun, kedua alisnya seketika mengkerut.
Di dalam kamera sana nampak seorang lelaki tengah berdiri dengan kaos oblong serta kemeja lengan pendek yang sengaja tidak dikancing. Pun celana putih selutut sambil kedua tangan ia masukkan ke dalam saku. Ares memutar badan. Ia menatap lelaki itu tidak suka.
“Cih.“ cibir Ares. Untuk apa Adithama datang kemari? Raut muka sok ganteng dan sok pahlawan? Ugh, ingin Ares balas memukul Adithama sampai babak belur. Tapi, Ares juga tidak ingin berurusan dengan polisi. Hah, andai hukum di Indonesia membolehkan memukuli orang yang dibenci, Ares sudah pasti akan memukuli Adithama sedari tadi.
“Ngeliatinnya jangan gitu amat.. Nanti malah suka lagi..“ ucap Adithama. Ares mendengus. Percaya diri sekali Adithama ini. Memangnya dari mana dia bisa mendapatkan kepercayaan diri seperti itu? Sudah begitu ia juga berandal sekolah yang ditakuti. Lalu, apa yang patut dibanggakan dari seorang Adithama? Wajah? Wajah tampan saja apa gunanya kalau tidak dibarengi dengan perilaku yang baik.
Adithama mendekati Ares perlahan lalu meraih ponsel Ares dari tangan Ares sendiri. Adithama malah berselfie ria sendirian dengan ponsel pemberiannya sendiri. Terlihat raut muka Ares yang amat sangat tidak bersahabat.
“Lu ngapain kesini?“ tanya Ares. Adithama pun melempar ponsel di tangannya pada Ares. Beruntung Ares mampu menangkapnya dengan cepat dan tepat. Salah sedikit saja mungkin ponsel ini akan tercebur ke air.
“Terserah gue lah kaki-kaki gue. Masalah buat lu?“
“Lu bisa nggak sih nggak berulah Ad? Lu udah nyakitin banyak orang tau.“
“Gue gak perlu jadi orang baik supaya orang lain suka sama gue. Buat apa? Biar apa?“
Ares diam. “Gue cuman mau refreshing kesini dan lu masih protes? Lu liat sekarang gue lagi ngapain.. Lagi ngeroyok orang, hah?“
Ares jadi serba salah. “Terserah lu. Gue gak peduli.“ sahut Ares tidak ingin ambil pusing. Ia pun lebih memilih menghampiri adik-adiknya yang tengah bermain pasir dan kerang. Ares tidak ingin memperdulikan kehadiran Adithama. Anggap saja dia tidak ada disini. Beres, kan?
Saat Ares tengah asyik bermain pasir bersama Bayan dan Icha. Sejenak ia merasa heran, mengapa Adithama tidak bersuara sama sekali? Ares pun menoleh ke belakang. Ia melihat Adithama berdiri menghadap pantai. Dari sorot matanya seperti Adithama tengah menyimpan beban berat. Sorot mata yang menggambarkan sebuah kehampaan tanpa rasa. Mikir apa sih gue?, batin Ares. Ia pun berusaha untuk tidak peduli.
Setelah mengunjungi Pantai Penghulu Agung. Selanjutnya Ares menuju Pantai Loang Baloq. Selain bisa menikmati keindahan pantai disini, Ares dan kedua adiknya juga bisa sekalian berziarah ke makam salah seorang imam besar.
Ugh, Ares tidak menyangka kalau di Mataram banyak sekali tempat-tempat indah seperti ini. Meskipun ia tidak bisa banyak berbelanja seperti pengunjung lainnya. Setidaknya dengan membawa kedua adiknya ke beberapa tempat wisata mampu membuat hati mereka senang. “Bosen di rumah mulu~“ begitulah protes Icha, adik Ares yang paling kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ares [BL]
Romance[TAMAT] Cerita ini ngambil latar belakang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Seumpama cerita ini nggak sesuai dengan ekspektasi kalian-atau kalian nganggep cerita ini jelek, karna banyak typo, nama tokoh ketuker, dan banyak tokoh di mana-mana. Darip...