ARES 71

1.2K 75 14
                                    

Drrt drrt drrt. Hp itu terus saja berdering tanpa henti. Beruntung hp itu dalam mode getar saja. Andaikan dia dalam mode tanpa getar, bisa-bisa membuat telinga seisi rumah menuli karnanya. Ia baru saja selesai mandi sambil mengusap kepalanya yang basah dengan handuk. Dari pintu kamar mandi, ia mampu melihat layar hp nya yang terus menyala. Lalu, ia pun duduk di tepi ranjang. “Hm? Nomor nggak dikenal?“ gumamnya heran. Jangan bilang kalau dia penipu—yang ingin mencari nasabah alias mangsa? Lebih parah lagi, kalau si penipu ini bisa menghipnotis orang lain lewat telepon.

Tunggu sebentar. Terdapat beberapa sms masuk dari nomor tidak dikenal itu. “Selamat pagi Mr. Ares? Mohon maaf, apabila kami telah mengganggu. Kami dari Second Lombok Tour ingin mengajak anda bergabung di agen travel kami sebagai tour guide sekaligus penerjemah bahasa asing. Mohon untuk ketersediaannya bergabung di kantor kami. Terima kasih,“ tulis pihak first lombok tour di sms itu. Seriusan? Ini nggak boongan kan, ya?, batin Ares. Uh, rasanya seperti Ares telah mendapatkan bongkahan emas saja. Satu per satu jalan menuju kesuksesan terbuka lebar.

Ares pun menelepon agen travel tersebut, untuk memastikannya sekali lagi, dan hari ini ia diminta untuk langsung datang ke kantor saja—yang berlokasi di Dasan Agung Baru, Kec. Selaparang, Mataram. Tentu saja Ares senang bukan main. Ia pun jingkrak-jingkrak sambil berkata 'yes' berkali-kali. “Go cari cuan buat kuliah!!!“ ucap Ares bersemangat. Karna ini adalah pertemuan pertama dengan kantor tersebut. Ares ingin memberi kesan yang baik pula. Ia pun mengenakan kemeja biru langit, dan celana kain hitam. Ia juga menyemprotkan cat rambut kontemporer berwarna dark brown.

“Bismillaah,“ gumam Ares membaca basmalah terlebih dahulu. Semoga urusannya dilancarkan aamiin. Ia pun mengendarai motor selama kurang lebih 11 menit dari Tanjung Karang. Tiba di kantor tour agent, ia disambut dengan ramah oleh staff di sana. “Permisi? Mohon maaf, saya Ares, tadi dapet sms dari Second Lombok Tour untuk dateng ke sini secara langsung,“ ucap Ares kepada salah satu staff sambil menunjukkan sms tersebut. “Silahkan ikuti saya, mas. Biar saya anterin ke ruangan direkturnya langsung,“ ucap staff itu—pun mengantarkan Ares ke ruang atasan mereka.

Ares pun duduk di kursi depan meja kerja, setelah ia dipersilahkan untuk duduk oleh pria bernama Handoko—yang tidak lain ialah direktur di kantor ini. “Jadi, begini.. Kebetulan saya iseng nemuin akun instagram kamu, sama artikel blog yang kamu tulis sendiri. Jujur saya tertarik sama apa yang kamu posting di sana; berkaitan dengan budaya Lombok. Maka dari itu, saya coba hubungi kamu, dan minta kamu dateng langsung ke sini, buat bahas masalah kerjaan,“ ucap Handoko panjang lebar. Jujur Ares sangat gugup.

“Maaf, sebelumnya, pak? Kira-kira saya kerja apa, ya? Di sini?“

“Tour guide,“

“Tour guide?“

“Pertama saya mau kamu kerja di kantor saya secara freelance, artinya bukan full-time satu minggu. Tapi, per minggu jadwal kamu saya batesin untuk tiga kali masuk aja. Kenapa? Karna kamu masih pelajar, dan saya nggak mau ngerusak konsentrasi belajar kamu di sekolah. Meskipun kamu bilang sanggup sekali pun, tapi kamu juga harus ngebagi waktu kamu buat belajar, buat diri sendiri, keluarga, dan pasangan tentunya,“

“Siap, pak. Saya mengerti,“

“Satu lagi Mr. Ares, saya mau kamu ikut kursus untuk memperdalam wawasan kamu tentang budaya Indonesia terutama budaya dari daerah kita sendiri, Lombok. Kamu juga bisa jadi pegawai tetap di sini, dengan syarat kamu harus tetep kerja di sini. Gini aja deh, kamu coba dulu kerja di sini satu ampe dua bulan. Baru kamu putusin mau netep di sini ato nggak,“

Ares pun menghembuskan nafas lega. Sesaat setelah ia keluar dari kantor tersebut. Uh, seneng banget asli seneng banget, batin Ares. Drrt drrt drrt. Hp Ares pun berdering, dan kali ini dari suami tercinta. “Halo mas?“ sapa Ares. “Kamu lagi di mana sayang? Kok kayak ada suara orang lagi ngobrol?“ tanya Rakha dari seberang sana. Ares tersenyum sumringah. “Ini aku lagi ada di kantor travel agent—“ ucap Ares. “Travel agent? Ngapain?“ tanya Rakha sambil mengerutkan alis. “Itu aku ditawarin kerja sistem freelance aja di sini, trus—“ belum sempat Ares menyelesaikan perkataannya, Rakha pun langsung memotongnya begitu saja. “Nanti kita bicarain lagi kalo mas udah di rumah. Mas mau lanjut kerja dulu,“ ucap Rakha dingin. Lalu, sambungan telepon pun terputus.

Ares [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang