Pepatah mengatakan bertemanlah dengan orang baik makan engkau juga akan menjadi orang baik. Namun, tidak banyak orang yang mampu sadar akan hal ini. Sebagian besar orang lebih memilih berteman dengan siapa saja tanpa memperhatikan baik dan buruk, yang penting bisa dugem atau mungkin shopping dan liburan bersama.
Di reuni satu angkatan Ami semasa SMA, mereka ribut membahas masalah liburan di akhir tahun. Ini seperti menjadi sebuah kegiatan rutin sebagian besar orang, bagi orang yang mampu dan berkecukupan. Ada pula yang membangga-banggakan suami, harta, pakaian, barang-barang branded, dan hal-hal lain yang Ami sendiri belum dapatkan selama hidup bersama Rakha.
Secercah perasaan iri pun muncul. Ami hanya mampu tersenyum kecut tatkala teman-temannya menanyai apa pekerjaan suaminya, mau ikut liburan atau tidak, dan sudah punya koleksi barang branded apa saja.
“Minta sama ortu lu lah Mi~ Jaman sekarang masih dengerin kata laki. Hidup kita bisa-bisa pada bulukan ya jeng hehehe.“ celetuk salah satu teman Ami. Ami diam. Teman-temannya memang terlihat bercanda. Namun, sungguh semua itu terdengar seperti sebuah ejekan secara halus.
“Ntar gue kabarin di wa ya~“ ucap Ami beralasan. Ia harus mendiskusikan hal ini dengan Rakha. Bagaimana pun ia memiliki hak untuk menikmati hidup. Ia tidak peduli bagaimana Rakha bisa memenuhi semua yang ia inginkan, asalkan di hadapan teman-temannya ia tidak lagi menjadi bahan ejekan, itu saja sudah cukup.
Di rumah Ami sengaja tidak memasak apa-apa. Ia ingin meminta haknya pada Rakha. Alasan Ami tidak memasak ialah kalau-kalau Rakha mengindahkan semua permintaannya maka inilah yang akan menjadi alasan terbesarnya.
“Assalamu'alaikum sayang.“ ucap Rakha memasuki rumah mungil nan asri keluarga kecilnya. Mau besar-besar pun, selain ia tidak mempunyai banyak biaya, siapa pula yang mau menempati? Toh cuma ada Ami, Rakha, dan Puteri kecilnya, Bella.
Rakha heran. Tidak ada sahutan sama sekali dari Ami. Ia melihat Ami tengah duduk di sofa dengan kedua tangan bersedekap di dada. Tidak biasanya Ami seperti ini, karena biasanya ia selalu antusias menyambut Rakha pulang kerja. Kemana Ami yang biasanya?
Rakha duduk di samping Ami. Menghadapi Ami harus ekstra sabar. Kalau tidak mungkin Ami akan protes dan mengatakan, “Kok kamu ngebentak aku sih mas? Kok kamu giniin aku sih mas? Kamu nggak sayang sama aku lagi ya?“ begitulah ocehan-ocehan Ami ketika Rakha mencoba untuk sedikit menekan dirinya.
Beginilah seorang gadis yang terlahir di keluarga yang kaya raya dan selalu memanjakannya sejak kecil. Teman-teman Rakha bahkan juga banyak yang was-was melihat kehidupan rumah tangga Rakha, dikarenakan sikap Ami yang terkadang masih sangat kekanak-kanakan. Rakha tau itu. Tapi, bukankah cinta itu siap menerima kekurangan pasangannya lahir batin?
“Salamnya dijawab dulu dong sayang~“ tegur Rakha pelan.
“Wa'alaikumussalam.“ sahut Ami sedikit ketus.
“Kamu kenapa Ami? Ada masalah?“ tanya Rakha.
“Aku mau liburan mas.“
“Liburan kemana?“
“Ke Bali.. Sama temen-temen.“
Rakha diam. Ia mengerti maksud dan arah pembicaraan Ami. Kalau sudah begini Ami pasti marah besar. Ke Bali? Untuk liburan kesana pasti memakan biaya yang tidak sedikit. Rakha sudah pasti tidak bisa memenuhi keinginan Ami yang itu.
“Kenapa mas? Nggak bisa?“ cerca Ami menohok. Ia seolah tau keterdiaman Rakha sejak tadi. Rakha pun bahkan dilanda kebingungan harus menjawab pertanyaan Ami bagaimana. Ia tidak ingin Ami bertindak aneh-aneh.
"Maafin mas dek..“ ucap Rakha lirih berharap Ami bisa mengerti. Nyatanya tidak. Ami langsung berdiri dengan raut muka berubah drastis. Inilah Ami ketika sedang emosi.
![](https://img.wattpad.com/cover/278638466-288-k530654.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ares [BL]
Romance[TAMAT] Cerita ini ngambil latar belakang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Seumpama cerita ini nggak sesuai dengan ekspektasi kalian-atau kalian nganggep cerita ini jelek, karna banyak typo, nama tokoh ketuker, dan banyak tokoh di mana-mana. Darip...