“Mas,“ seru Ares yang tengah duduk manis di meja dapur. “Hm?“ sahut Rakha sambil minum air putih tanpa mengenakan baju sama sekali. Rakha cuma mengenakan celana training panjang saja. “Aku masih boleh jualan, kan? Abis nikah nanti?“ tanya Ares. “Boleh,“ sahut Rakha. “Tapi..“ ucap Rakha sengaja menggantungkan kalimatnya lalu duduk berhadapan dengan Ares.
“Tapi? Kok tapi?“ tanya Ares dengan alis berkerut. “Mas mau kamu jualannya nggak usah keliling lagi. Tapi, jualan di ruko gitu.“ sahut Rakha.
“Tapi, sewa ruko kan mahal mas?“
“Ya emang segitu dek. Tapi, pendapatan kamu bakalan berkali-kali lipat lebih gede kalo di ruko. Kenapa? Karna kamu bisa jualan disitu dari pagi ampe malem. Beda kek kamu biasanya yang jualan dari sore ampe pas mau maghrib doang.“
“Gitu ya mas?“
“Iya~ Trus nanti mas mau kamu suruh orang lain aja kerja di ruko jagain jualan kamu. Nah, kamu abis dari sekolah langsung pulang aja.“
“Kok gitu sih?“
Rakha menghela nafas. “Dek, di mana-mana suami itu pengen pas dia pulang kerja ada istri di rumah. Disambut, dicium, dibikinin teh, ditemenin tidur. Kalo kamu mau ke ruko ya silahkan buat pantau jualan kamu disitu. Tapi, kalo kamu yang stay disitu mas nggak izinin.“
“Ih dasar,“
Rakha terkekeh. Ares pun meminum air putih yang diambilkan oleh Rakha tadi. Uh, lubang itu masih terasa sangat perih, Ares mengernyitkan alis menahan rasa perih itu. “Kenapa dek?“ tanya Rakha saat melihat perubahan raut muka Ares. “Mas.. Kamu ada salep nggak?“ tanya Ares sedikit malu-malu. “Buat apa?“ Rakha malah bertanya balik.
“Errr.. Itu.. Itu aku masih perih banget mas.. Hehe,“ sahut Ares mengalihkan pandangannya dari Rakha. Uh, Ares malu sekali kalau ia harus jujur seperti ini. “Pfft,“ Rakha menahan tawa. “Mas kecepetan goyangin pinggulnya ya, Res? Hahaha, mau lagi? Mas sih hayuk aja wkwkwk,“
Ares mendengus kesal. Huh, dasar Rakha, batin Ares. Wajah Ares memerah dan hal itu semakin membuat Rakha tertawa terbahak-bahak. Oh tuhan, mengapa ada manusia sejenis Rakha ini? Hm, tapi bagaimanapun Rakha, Ares tetaplah sayang dan cinta. Uh, wajah Ares semakin memerah. “Mas mau mandi dulu, baru beliin kamu salep bentar di depan sana,“ ucap Rakha.
Saat Noah berkonsentrasi membaca sekaligus menandatangani beberapa berkas. Tiba-tiba ponselnya berdering. Sebuah sms pun masuk. Ini pemberitahuan dari operator untuk tagihan dari kartu kredit tanpa batas limit yang Adithama miliki. Kedua alis Noah langsung berkerut saat ia melihat nominal yang dikeluarkan oleh Adithama mencapai ratusan juta rupiah.
Noah sampai geleng-geleng kepala. Ini bukan masalah hitung-hitungan atau apapun, karna Noah memang memberikan kartu itu khusus untuk Adithama. Namun, yang membuatnya heran ialah, apa yang Adithama beli sampai-sampai menghabiskan uang ratusan juta?
Tiba di rumah sore hari. Noah langsung berjalan menuju kamar menaiki anak tangga terlebih dahulu. Di atas kasur sudah ada Adithama asyik bermain game sambil tengkurap. Barbar sekali Adithama ini, batin Noah—pun ia lihat di samping Adithama ada beberapa paperbag besar. “Abis ngerampok?“ seru Noah.
“Hm,“ sahut Adithama tanpa menoleh. Begitulah kalau Adithama sudah asyik bermain game. Noah saja akan ia abaikan. “Beli apa aja sih kok ampe abis ratusan juta gitu? Perasaan nggak ada makanan disini?“ ucap Noah. Adithama mencebikkan bibir kesal. “Lu punya mata, kan? Tuh, gue beli itu tuh,“ sahut Adithama menunjuk belanjaan yang ia beli tadi dari sepatu sampai jaket dengan dagunya.
Hah, Noah menghela nafas. Pantas saja Adithama menghabiskan uang sampai ratusan juta, ternyata merk branded seperti swarovski filafx2, salvatore ferragamo, louis vuitton, dan lain-lain lah yang telah ia beli. “Bangun Ad, salim dulu sama kakak, kakaknya pulang malah dicuekin? Gimana sih kamu?“ ucap Noah protes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ares [BL]
Romance[TAMAT] Cerita ini ngambil latar belakang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Seumpama cerita ini nggak sesuai dengan ekspektasi kalian-atau kalian nganggep cerita ini jelek, karna banyak typo, nama tokoh ketuker, dan banyak tokoh di mana-mana. Darip...