ARES 45

1K 72 11
                                    

Edgar mendapat laporan dari seseorang yang merupakan orang kepercayaannya, bahwa Deon diikuti oleh seorang pria tidak dikenal. Edgar geram. Ia pun langsung memerintahkan orang tersebut untuk siap-siap menjaga Deon. Jangan sampai terjadi sesuatu kepada Deon. Entah kenapa perasaan Edgar mendadak tidak enak.

Saat ini Edgar berada di Amerika, dan untuk mengawasi Deon, sudah pasti Edgar tidak bisa mengawasinya secara langsung sehingga ia pun harus menyewa dua orang mata-mata sekaligus dan bertugas secara bergantian selama per 12 jam. Itu artinya Deon dijaga ketat selama 24 jam. “Ed, kamu masuk ke ruangan saya,“ ucap Darren. Edgar pun masuk ke dalam.

“Kasih semua informasi yang kamu punya. Jangan ada yang dilewatin sedikit pun. Saya nggak suka kalo kamu nutup-nutupin sesuatu dari saya Ed.“ ucap Darren dingin. Hah, Edgar memang tidak bisa menyimpan semua ini sendiri. Darren itu instingnya sangat kuat. Terkadang Edgar saja dibuat tidak bisa berkutik.

“Saya tertarik dengan seorang pria, tuan.“ ucap Edgar. Kedua alis Darren langsung berkerut. Edgar tertarik dengan seorang pria? Tapi, siapa? Darren masing menunggu penjelasan lebih dari Edgar. “Dia Deon, tuan.“ sahut Edgar. “Dan setelah saya selidiki.. Ternyata Deon itu anak tiri Yudi, ayah Ami. Yudi menikah lagi tanpa sepengetahuan istri pertama—juga Ami, tuan.“ ucap Edgar menjelaskan panjang lebar.

“Trus?“ seru Darren. Sungguh ini adalah sebuah fakta yang amat sangat mencengangkan. “Dilihat dari kepribadian Ami, entah kenapa perasaan saya mendadak tidak enak, tuan. Jadi, saya sengaja kirim dua orang mata-mata buat ngawasin Deon.“ ucap Edgar lagi. Benar, apa yang Edgar katakan barusan mengenai Ami memang benar, batin Darren.

“Ed,“ seru Darren. “Iya tuan?“ sahut Edgar. “Tolong kamu informasikan lagi ke saya kalo udah dapat kabar baru.“ ucap Darren. “Baik tuan, kalau begitu saya permisi dulu.“ ucap Edgar segera keluar dari ruangan Darren. “Ami..“ gumam Darren sambil menghela nafas berat.

EDGAR:
“Tanggal 22 saya ke Indonesia.“

Isi sms dari Edgar baru saja masuk. Layar hp Deon pun menyala. Lalu, Deon buka isi sms tersebut. “Edgar?“ gumam Deon. Uh, apa gue jemput di bandara ato gimana ya?, batin Deon. Sudahlah Deon masih belum ingin memikirkannya. Deon masih sibuk dan banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan.

“Mas,“ seru Ares. Ia baru saja pulang dari reuni alumni murid-murid semasa SMP di Gubug Makan Mang Engking. Ini sudah hampir jam 7 malam. “Udah makan?“ tanya Ares sembako melepas sepatu dan kaos kaki. Lalu, ia letakkan di rak sandal. Disana Rakha duduk di lantai keramik sambil berkutat dengan laptop. Mungkin itu sisa-sisa dari pekerjaan Rakha di kantor—atau untuk keperluan besok hari. Hm, entahlah, batin Ares.

“Udah,“ sahut Rakha tanpa menoleh. Setelah kurang lebih 2-3 jam makan-makan dan jalan-jalan, Ares memang agak kelelahan, namun ia tidak pantas langsung duduk untuk beristirahat barang sebentar. Ares ke dapur untuk mencuci pakaian kotor sekaligus membersihkan diri. “Ini orang udah dikasih tau berkali-kali nggak ngerti apa gimana sih?“ gumam Ares kesal sambil berkacak pinggang, saat ia melihat baju dan dalam dicampur jadi satu. Ini sudah pasti ulah Rakha. Tapi, bukankah Ares sudah memperingatkan untuk memisahkannya di dua tempat berbeda. Bahkan, Ares jelas-jelas sudah meletakkan dua wadah itu di dekat mesin cuci.

“Mas!“ seru Ares sedikit ketus.

“Hm?“ sahut Rakha dengan deheman saja.

“Baju ama daleman kenapa malah kamu campur?“

“Hah? Apaan?“

“Itu baju kamu sama daleman kenapa malah dicampur, sih????“

“Ya nggak papa, emang sengaja mas campur gitu. Kenapa emang?“

Ares [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang