Chapter 17 - Day Off

964 126 2
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Liv tampak sudah duduk dengan manis di dalam ruang tunggu Bandar Udara John F. Kennedy. Wanita itu pun tampak menyesap segelas Earl Grey Mint Tea sambil membaca sebuah buku.

Sesekali, Liv melirik ke arah jam tangannya. Sudah hampir tiga puluh menit wanita itu duduk di ruang tunggu itu untuk menunggu Ashley yang tak kunjung datang. Walaupun jadwal keberangkatan pesawatnya masih sekitar dua jam lagi, tapi Liv lebih memilih untuk menunggu Ashley di bandar udara. Lagipula, di dalam bandar udara, banyak restoran, coffee shop, bahkan pertokoan yang dapat dikunjungi oleh Liv untuk menghilangkan rasa bosan.

Tak lama kemudian, dari kejauhan, Liv dapat melihat Ashley berlari sambil menarik koper besarnya. Wanita itu tampak tergopoh-gopoh dan sesekali memegangi floppy hat di kepalanya yang terbilang cukup lebar itu.

"Astaga! Maafkan aku, Liv!" ujar Ashley. "Taksiku terlambat datang dan perjalanan ke bandar udara pun sangat padat."

"Untung saja penerbangan kita masih sembilan puluh menit lagi." ujar Liv. "Jika kau terlambat, aku akan pergi meninggalkanmu."

Ashley pun segera mendaratkan sebuah kecupan kecil di pipi merah Liv agar wanita itu tidak mengomelinya lagi. Ashley pun segera menjatuhkan tubuhnya tepat di depan Liv sambil memeriksa seluruh dokumen yang akan dibutuhkannya untuk melakukan perjalanannya ini. Sedangkan Liv tampak membuka tas dan mengeluarkan laptopnya.

"Apa yang sedang kau lakukan?" ujar Ashley.

"Apa maksudmu?" ujar Liv.

Tiba-tiba, wajah Ashley berubah menjadi masam. Wanita itu terlihat kesal ketika melihat Liv membuka layar laptopnya. Ini artinya Liv akan membawa pekerjaannya ke Ibiza dan rencana liburan ini akan berantakan.

"Liv?" ujar Ashley. "Bukankah kita akan berlibur?"

"Ya. Lalu?" ujar Liv.

"Mengapa kau membawa serta laptopmu dalam perjalanan liburan kita?" ujar Ashley. "Aku tidak mau benda itu ikut berlibur bersama kita."

Liv menatap Ashley sejenak lalu melempar tatapannya ke arah layar laptop. Wanita itu tampak tidak peduli dengan omelan sahabatnya itu. Liv memang sedang menikmati waktu libur yang diberikan oleh kantornya. Namun, meninggalkan sejumlah pekerjaan yang menumpuk itu kepada Jonah, membuat Liv merasa bersalah.

Tak lama kemudian, jadwal penerbangan Liv dan Ashley akhirnya pun tiba. Kedua wanita itu segera mwninggalkan ruang tunggu itu dan berjalan menuju gerbang keberangkatan.

Perjalanan dari New York menuju Ibiza memakan waktu belasan jam lamanya. Setelah keduanya duduk di dalam pesawat, Ashley langsung menyumbat kedua telinganya dengan headset dan memilih untuk menonton beberapa hiburan yang disediakan oleh maskapai penerbangan.

Sedang Liv, sebagian waktunya di dalam pesawat itu dimanfaatkan oleh Liv untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Wanita itu benar-benar  tidak dapat meninggalkan Jonah sendirian.

Selang beberapa jam kemudian, akhirnya Liv dan Ashley pun tiba di Bandar Udara Ibiza. Kedua tampak berjalan menyusuri bandara dan melangkah menuju pintu keluar.

"Sebaiknya kita segera mencari taksi, Ash." ujar Liv.

"Tidak perlu." ujar Ashley. "Nick akan menjemput kita di sini."

"Siapa itu Nick?" ujar Liv.

"Hah? Apa aku belum memberitahumu?" ujar Ashley.

Kali ini, wajah Liv yang berubah menjadi masam. Liv pikir ini adalah liburan yang hanya akan dihabiskan berdua antara dirinya dan Ashley. Namun, tiba-tiba, Ashley membawa seorang lelaki masuk ke dalam liburan ini. Rasanya seperti dikhianati. Tentu saja Liv tidak mau menjadi penonton dua sejoli yang sedang dimabuk asmara.

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang