Chapter 29 - Healing

738 94 0
                                    

Liv membuka kedua matanya dengan berat. Tubuh wanita itu terasa begitu lelah. Liv mencoba untuk mengingat apa yang terjadi semalam kepadanya.

Tiba-tiba, sekelebat memori mengenai insiden semalam kembali terlintas di pikiran Liv. Joshua, Sergio, dan kekisruhan yang terjadi di lobby Gedung Beckford Corp. terlintas kembali di benak Liv. Bahkan, Sergio mengikuti Liv hingga apartemennya dan sempat beradu argumen dengan wanita itu.

Seingat Liv, kemarin malam Sergio berada di dalam kamar itu bersama dengannya dan setelah itu, Liv tidak dapat mengingat apapun. Tampaknya, wanita itu terlelap dalam tidurnya tak lama setelah keduanya beradu argumen.

Liv tampak memejamkan kedua matanya dan berusaha mengingat kembali seluruh insiden itu lebih detail. Potongan demi potongan adegan semalam mulai bermunculan di dalam ingatan Liv. Tunggu...Bukankah Sergio dan Liv berada di atas ranjang ini bersama semalam?

Liv menepuk dahinya dengan keras dan seketika, tubuh wanita itu terasa semakin lemas ketika berhasil  mengingat seluruh kejadian itu. Wanita itu pun segera memeriksa seluruh pakaian yang kini dikenakan olehnya.

Tampaknya Liv bisa bernafas lega karena tidak ada satu lembar pun yang kurang. Tubuhnya masih terbalut dengan lapisan pakaian yang sama sejak semalam.

Liv menghela nafasnya dengan panjang. Apa yang dikhawatirkannya tidak terjadi sama sekali. Namun mengingat kejadian semalam, membuat kerongkongan Liv terasa begitu kering. Wanita itu pun segera menuruni ranjangnya dan berjalan menuju lemari pakaiannya. Liv segera melepas seluruh pakaiannya dan menggantinya dengan selembar oversized t-shirt yang sangat nyaman.

Liv menoleh ke arah luar kamarnya. Tidak ada seorang pun di dalam ruangan apartemen itu. Tampaknya Sergio sudah pulang semalam. Lagipula, untuk apa pria itu berada di apartemennya semalaman? Pastilah, Sergio sudah pulang sesaat setelah Liv tertidur pulas.

Dengan cepat, Liv tampak berjalan menuju area dapur dan meraih segelas air mineral dingin. Wanita itu benar-benar meneguk air itu hingga habis tak bersisa dan membiarkan air dingin itu membasahi kerongkongannya. Liv pun berniat untuk segera membasuh wajah dan tubuhnya agar merasa lebih segar. Namun, tiba-tiba...

"Hah!" teriak Liv.

Hampir saja Liv melempar gelas kaca itu ke atas lantai. Jantung wanita itu rasanya hampir lepas ketika mendapati Sergio tengah tertidur pulas di atas sofanya. Pria itu terlihat sangat tenang dan terlelap sangat dalam.

Liv tampak mengusap kedua matanya. Wanita itu ingin meyakinkan dirinya sendiri jika ia tidak sedang bermimpi. Sudah berulang kali Liv mengusap kedua matanya, namun pengelihatan wanita itu tidak berubah. Sergio memang sedang tertidur di atas sofa  apartemennya.

Liv tampak menepuk dahinya lagi dengan keras. Susah payah Liv berusaha untuk menjaga hubungannya dengan Sergio agar tetap profesional namun kenyataannya berkata lain. Pria itu selalu hadir di dalam kehidupan Liv.

Tanpa berpikir lebih panjang lagi, Liv pun segera berjalan ke kamarnya dan mengganti pakaiannya. Wanita itu tidak dapat membiarkan Sergio melihatnya dalam pakaian seperti ini. Liv pun meraih selembar celana pendek dan segera memakainya.

Begitu banyak pertanyaan yang kini sedang berkecamuk di benak Liv. Mengapa Sergio menginap di apartemennya? Apakah ada sesuatu yang terjadi semalam? Liv hanya dapat menggigit jarinya. Tampaknya ada sesuatu yang terlewatkan olehnya. Namun Liv tidak dapat mengingatnya sama sekali.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Liv tampak meraih telepon genggamnya dan memesan makanan dari restoran yang terletak tak jauh dari apartemennya. Dan tak sampai tiga puluh menit, seseorang tampak mengantarkan beberapa bungkus makanan ke apartemen Liv.

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang