Part 74 - What Should I Do?

373 49 1
                                    

Ini adalah hari ketujuh Sergio telah sadar dari komanya. Luka-luka di tubuh pria itu tampak berangsur-angsur membaik. Akhirnya, beberapa alat medis yang terpasang di tubuh Sergio pun mulai dilepas satu per satu, namun dokter memutuskan bahwa pria itu harus dirawat beberapa hari lagi untuk diobservasi. Tentu saja Sergio menolak ide itu mentah-mentah.

Sergio segera meminta semua perawatannya dilanjutkan di apartmennya. Berada di rumah sakit selaam berhari-hari sudah cukup membuatnya muak, terutama aroma disinfektan yang begitu menyengat di seluruh penjuru ruangan. Mengingatkannya akan kenangan buruk di masa lalu yang sulit ia lupakan.

Dengan segala kekuasaan yang dimiliki oleh Keluarga Beckford, tentu saja Sergio mampu melakukan itu. Malam itu juga, pria itu dipulangkan dari rumah sakit dan kembali ke apartemen mewahnya, beserta seluruh peralatan medis yang masih dibutuhkan untuk menyokong kesembuhannya.

Kamar tidur Sergio pun tampak disulap menjadi sebuah kamar perawatan. Dua orang perawat dan seorang dokter terlihat membantu memasangkan selang infus di tangan kiri Sergio dan beberapa alat medis lainnya.

Sedangkan di luar kamar tidur, Mary dan Jeff tampak cukup sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh atasannya itu. Mulai dari asupan makanan, pakaian, hingga seluruh barang yang dibawa dari rumah sakit.

"Apa kau sudah merasa cukup nyaman, Tuan?" ujar dokter itu.

"Ya, semuanya sudah cukup baik." ujar Sergio.

Salah satu perawat tampak memastikan semua peralatan medis itu sudah sesuai dan segala sesuatunya terpasang dengan sempurna. Tak lama kemudian, Liv membuka pintu kamar Sergio dan berjalan memasuki ruangan itu. Wanita itu tampak membawa sebuah tas berisi makanan dan minuman yang disukai oleh kekasihnya itu.

Liv terlihat cukup takjub dengan apa yang dilihat olehnya saat ini. Kamar tidur itu benar-benar berubah menjadi sebuah kamar perawat hanya dalam waktu sekejap. Terbukti pengaruh Keluarga Beckford begitu besar hingga dapat melakukan semua ini.

"Bagaimana kondisimu sekarang?" ujar Liv.

"Lebih baik." ujar Sergio.

Tak lama kemudian, dokter dan perawat-perawat itu pun merapikan seluruh sisa peralatan yang mereka bawa dan beranjak keluar dari dalam kamar tidur itu. Tinggallah, Liv berdua dengan Sergio di dalam ruangan itu.

Liv tampak mengeluarkan seluruh isi tas itu dan meletakkan setumpuk kotak-kotak makanan di atas meja kayu. Wanita itu pun segera menyuapi Sergio seporsi fish and chips favorit kekasihnya itu. Tentu saja, pria itu melahapnya hingga habis tak bersisa.

"Apa kau ingin makan sesuatu yang lain?" ujar Liv.

"Terima kasih. Tapi kau sudah memasukkan semua makanan itu ke dalam mulutku." ujar Sergio. "Apa kau ingin membuat kekasihmu ini mati kekenyangan?"

"Aku hanya ingin kau cepat pulih, kau tahu itu bukan?" ujar Liv.

Sergio hanya menyunggingkan senyum manisnya. Perhatian kecil yang Liv berikan kepadanya sudah cukup menjadi obat bagi penyembuh semua luka-lukanya itu. Perhatian itulah yang membuat Sergio menyukai Liv. Wanita itu sangat memperhatikannya, bahkan hingga hal-hal yang kecil.

Sergio tampak memandang Liv yang tengah merapikan kotak-kotak makanan itu dengan begitu intens. Wanita itu terlihat begitu lelah dan wajahnya pun tampak sedikit pucat. Kantung mata wanita itu terlihat cukup hitam dan sedikit melebar karena kelelahan.

Sergio tahu, Liv selalu berada di sampingnya selama ia dirawat di rumah sakit. Wanita itu terus menerus menjaganya siang dan malam, tanpa memperhatikan kondisi tubuhnya sendiri. Tentu saja Sergio mengetahui hal ini dari Nick. Teman baiknya itu menceritakan kepada Sergio apa terjadi selama ia berada dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang