Chapter 32 - You Are Mine

800 97 1
                                    

Pertemuan Liv dengan Chace beberapa hari yang lalu tampaknya membuahkan sebuah hasil. Chace mengajarkan Liv cara untuk mengontrol emosi serta perasaannya. Dan tampaknya cara itu berhasil diterapkan oleh Liv. Cukup menyenangkan rasanya bagi wanita itu ketika ia bisa menenangkan diri.

Liv mulai dapat mengontrol diri, perasaan, bahkan emosinya. Sebuah pencapaian yang hebat bagi wanita itu, setelah selama ini Liv berjuang menghadapi dirinya sendiri. Walaupun masih cukup sulit bagi Liv, namun wanita itu perlahan-lahan berusaha melatihnya.

"Nona Miles?" ujar Jonah. "Jangan lupa, siang ini ada rapat besar pukul sebelas."

Rapat besar? Liv segera membuka surelnya dan ternyata wanita itu melewatkan pemberitahuan tentang adanya rapat besar ini. Liv tampak menepuk dahinya dengan keras. Bagaimana bisa ia melewatkan agenda penting seperti ini? Jika Jonah tidak mengingatkannya, tentu Liv tidak akan hadir di pertemuan itu.

"Ada apa, Nona Miles?" ujar Jonah.

"Sial, aku tidak membaca pemberitahuan mengenai rapat besat itu." ujar Liv. "Untung saja kau mengingatkanku, Jonah."

Liv melirik jam tangannya. Wanita itu hanya memiliki waktu satu jam lagi untuk menyelesaikan laporan pekerjaannya. Liv pun segera memfokuskan dirinya untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat lima puluh. Liv hanya memiliki sepuluh menit tersisa untuk merapikan laptopnya dan beranjak menuju ruang pertemuan itu.

Untung saja, wanita itu sudah tidak menggunakan tongkat penyangga lagi. Sejak semalam, dokter sudah menyatakan jika pergelangan kaki Liv sudah membaik dan ia tidak memerlukan bantuan tongkat penyangga untuk berjalan lagi.

Liv pun segera meraih laptopnya lalu berjalan menuju ruang pertemuan itu. Begitu wanita itu berjalan masuk, ruang pertemuan itu terlihat sudah cukup ramai dipenuhi dengan peserta rapat.

Dari sekian banyak pria yang berada di ruangan itu, kedua mata Liv tampak tertuju kepada sosok tampan yang sedang berbicara dengan beberapa pria lainnya. Tampak Sergio sudah duduk di ruangan itu. Pria itu terlihat begitu tampan seperti biasanya, dengan setelan jas berwarna abu-abu yang melekat dengan sempurna di tubuh bidangnya.

Liv tampak berjalan menuju sebuah bangku yang terletak tak jauh dari tempat Sergio berada. Wanita itu memilih salah satu kursi yang masih kosong dan meletakkan laptop serta dokumennya di atas meja.

"Hai, Liv." ujar Richard. "Sudah lama kita bertemu."

"Oh, hai, Rich!" ujar Liv. "Apakah pertemuan ini sudah dimulai?"

"Belum. Kau datang tepat pada waktunya." ujar Richard.

Sejenak, pandangan Liv kembali terpaku pada wajah tampan Sergio. Wanita itu pun segera membuka layar laptopnya agar pandangannya sedikit tertutup di balik layar itu. Tak lama kemudian, pintu ruang pertemuan itu pun terbuka. Tampak Joshua, Benjamin, dan seorang pria lainnya berjalan masuk ke dalam ruang pertemuan itu. Sontak saja, pandangan Liv tertuju kepada Joshua. Keduanya terlihat saling melempar tatapan.

Tidak terpikirkan oleh Liv jika Joshua akan hadir di dalam pertemuan ini juga. Tiba- tiba saja, dada wanita itu terasa sesak kembali. Dengan sigap, Liv mengaplikasikan saran yang diberikan oleh Chace untuk mengontrol emosi serta nafasnya. Liv tampak memejamkan kedua matanya sejenak. Wanita itu pun terlihat berusaha keras untuk mengatur nafasnya.

"Liv? Apakah kau baik-baik saja?" ujar Richard.

"A-aku...hanya sedikit pusing." ujar Liv.

Richard tampak menyodorkan sebotol air mineral kepada Liv agar wanita itu merasa lebih baik. Wanita itu pun segera membuka botol air mineral itu dan meneguk setengah dari isinya. Tak lama kemudian, rapat itu pun dimulai. Arthur tampak membuka pertemuan dan meminta Jason untuk memulai rapat itu.

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang