Part 72 - What Do You Want?

367 54 0
                                    

Liv tampak merapikan riasannya dan memulas kembali lipstick merah marun itu di bibirnya. Begitu bersemangatmya wanita itu ketika mengetahui bahwa Sergio telah berada dalam perjalanan menuju Masa Adresè.

Sudah terbayangkan di dalam benak Liv bagaimana malam itu akan menjadi malam yang romantis bagi mereka berdua. Dengan ditemani champagne dan pemandangan kota New York di malam hari yang begitu indahnya...Ah! Liv semakin tidak sabar untuk cepat-cepat bertemu dengan kekasih hatinya itu.

Rrrr~~~~

Tak lama kemudian, terdengar suara dering telepon genggam Liv yang di letakkan di atas meja kaca itu. Apakah itu Sergio yang kembali menghubunginya? Entahlah. Dengan sigap, wanita itu meraih telepon genggamnya.

Tampak di layar telepon genggam terpampang nama Ashley, tengah melakukan panggilan kepada Liv. Sudah lama kedua teman baik itu tidak bertemu dan  hanya mengobrol melalui pesan singkat atau sekedar telepon. Tampaknya ini adalah waktu yang tepat untuk Ashley menghubungi Liv, karena wanita itu sangat bersemangat untuk menceritakan apa yang terjadi kepadanya saat ini.

"Hai, Ash!" ujar Liv. "Tebaklah di mana aku sedang berada saat ini?"

"Liv..." ujar Ashley.

Suara Ashley terdengar parau, sehingga membuat Liv sedikit terkejut. Bukan ini yang Liv harapkan saat mengetahui teman baiknya itu menghubunginya. Apakah terjadi sesuatu yang buruk kepada Ashley?

"Ada apa, Ash?" ujar Liv. "Mengapa suaramu seperti itu? Apa sesuatu telah terjadi kepadamu?"

Raut wajah Liv berubah menjadi lebih serius. Wanita itu pun mendekatkan telepon genggam itu ke telinganya agar dapat mendengar suara Ashley dengan lebih jelas. Liv pun tampak membiarkan Ashley terus berbicara hingga di satu titik ekspresi wajahnya kembali berubah menjadi terkejut.

Rahang Liv mulai terbuka lebar. Kedua mata wanita itu pun membulat dan tampak air mata mulai menggenang pelupuk matanya. Tubuh Liv tampak mematung ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Ashley. Tampaknya ini adalah sesuatu yang buruk...bahkan mungkin sangat-sangat buruk.

Belum-belum Ashley menyelesaikan perkataannya, seketika Liv langsung meraih clutch bag dan mantelnya yang tergantung di belakang kursi. Wanita itu pun segera beranjak dari kursinya lalu berjalan menuruni beberapa anak tangga dan melangkah menuju elevator.

"Nona, ini pesanan anda." ujar pramusaji. "Nona, ke mana anda akan pergi? Nona!"

Liv tidak menghiraukan ucapan pramusaji itu. Wanita itu pun melangkah dengan cukup lebar, bahkan hampir setengah berlari. Liv pun segera melangkah masuk ke dalam elevator dan menekan tombol elevator berkali-kali agar kotak besi itu meluncur ke lantai dasar lebih cepat.

Butuh beberapa detik saja bagi Liv untuk menuruni gedung tiga puluh dua lantai itu. Dan ketika wanita itu tiba di lantai dasar, ia pun segera berlari menuju lobby dan mengangkat tangannya untuk memberhentikan taksi.

"Taksi! Taksi!" teriak Liv.

Tak lama kemudian, sebuah taksi berhenti tepat di depan lobby Manhattan Tower. Dengan sigap, Liv melangkah masuk ke dalam taksi itu dan membanting pintu mobil itu.

"Ke mana tujuanmu, Nona?" ujar supir taksi itu.

"Rumah sakit Mount Columbia." ujar Liv. "Segera!"

Supir taksi itu segera memacu kendaraannya dengan cepat. Melihat wajah penumpangnya itu yang tampak begitu panik, sontak saja supir taksi itu pun mengetahui ada sesuatu yang tidak beres.

Sayangnya, jalanan di sepanjang kota New york terlihat begitu padat. Deretan kendaraan bermotor pun memenuhi jalanan itu dan membuat kemacetan yang cukup parah.

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang