Hari sudah semakin siang. Matahari sudah berada di puncak langit dan sinarnya menerangi seluruh Kota New York. Namun, hal itu tidak sedikit pun membuat perasaan Liv menjadi lebih baik. Apalagi setelah mendapat kabar yang kurang menyenangkan dari Jonah.
Jonah baru saja memberikan kabar kepada Liv bahwa kehadirannya ditunggu oleh Arthur siang ini. Suasana hati wanita itu tidak cukup baik untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Terutama setelah mengalami malam-malam yang cukup buruk.
Insiden yang terjadi di Ambrosè beberapa hari lalu masih membekas di pikiran Liv. Semua ingatan akan momen-momen itu masih terlintas dengan jelas di benak wanita itu. Namun, apa boleh buat, apa yang terjadi hari ini harus dihadapi olehnya.
Liv segera bergegas menuju lantai lima puluh dengan membawa sejumlah dokumen yang sekiranya akan dibutuhkan. Tidak butuh waktu lama untuk wanita itu hingga akhirnya tiba di lantai lima puluh.
Liv tampak menghentikan langkahnya tepat di depan pintu ruang kerja Arthur. Jujur saja, Liv belum siap untuk menghadapi hari ini. Ingin sekali rasanya ia berdiam diri saja di dalam kamar dan tidak melakukan apapun. Hanya menghabiskan waktunya untuk meringkuk di dalam selimut tebal favoritnya sambil meneguk secangkir teh chamomile panas.
"Apa yang kau lakukan di sini, Nona Miles?" ujar Brie. "Mari, kuantar kau masuk ke dalam. Tuan Beckford sudah menunggu kehadiranmu."
Brie tampak membukakan pintu besar itu dan mempersilahkan Liv untuk masuk ke dalam ruangan itu. Langkah kaki wanita itu terasa begitu berat, apalagi ketika mengetahui Sergio juga tengah berada di dalam ruangan itu.
Tampak Arthur, Richard, dan Eric juga sudah lebih dulu berada di dalam ruangan itu dan duduk di atas sofa. Dengam cepat, Liv berjalan menghampiri keempat pria itu dan menjatuhkan tubuhnya tepat di antara Richard dan Eric.
Sergio? Apa kabar dengan pria itu hari ini?
Sergio tampak tidak menolehkan wajahnya sedikit pun ke arah Liv. Pria itu terlihat tengah menatap layar tabletnya sambil memegang bebrrapa dokumen di tangannya. Entah pria itu memang benar-benar tidak menyadari kehadiran Liv atau sekedar berpura-pura tidak tahu.
Liv memberanikan diri untuk mengarahkan tatapan ke arah Sergio. Pria itu terlihat begitu tampan seperti biasanya. Dengan balutan jas berwarna abu-abu yang melapisi tubuh bidangnya. Mengingatkan Liv bagaimana hangatnya berada di dalam pelukan pria itu.
Liv mengalihkan pandangannya pada bibir mantan kekasihnya itu. Wanita itu sangat merindukkan manisnya bibir Sergio. Kecupannya...ciumannya...Ya, Liv merindukan Sergio...sangat merindukannya.
Tampaknya Sergio benar-benar sudah tidak mempedulikan Liv lagi. Tidak sedikit pun pria itu menolehkan wajahnya kepada wanita itu. Terasa perih hati Liv melihat Sergio menjauh. Namun, itulah yang seharusnya terjadi. Semua demi keselamatan pria itu.
"Apa kau baik-baik saja, Nona Miles?" ujar Arthur.
Tiba-tiba saja, ucapan Arthur membuat lamunan Liv buyar seketika. Wanita itu terlihat begitu kebingungan dan berusaha untuk bersikap normal. Liv menoleh ke arah Arthur yang tengah memandangnya dengan sedikit keheranan. Jangan-jangan pria paruh baya itu menangkap basah dirinya tengah memandangi anak keduanya itu....
"Aku?" ujar Liv. "Aku baik-baik saja, Tuan Beckford."
"Benarkah?" ujar Arthur. "Kau tidak terlihat baik-baik saja bagiku."
Liv semakin terlihat salah tingkat. Apakah ada sesuatu yang salah pada wajahnya? Atau mungkin Liv menatap Sergio dengan terlalu terang-terangan?
"B-benarkah?" ujar Liv.
"Kau terlihat melamun sejak tadi." ujar Arthur. "Dan wajahmu..."
Wajah?
Astaga, lukanya! Liv tampaknya lupa untuk membubuhkan sedikit concealer pada area bibirnya untuk menutupi luka itu. Wanita itu pun tampak berusaha untuk menutupi bekas luka di wajah serta bibirnya yang diakibatkan oleh tamparan pria berpakaian putih di Ambrosè tempo hari dengan rambut panjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly You
RomanceKehidupan seorang Olivia Miles yang dipenuhi dengan drama itu pun berubah drastis ketika wanita itu bertemu dengan Sergio Beckford, seorang milyuner muda yang memiliki kepribadian yang menakjubkan. Pertemuan yang diawali dari sebuah ketidaksengajaa...