Chapter 44 - Is It True?

555 78 0
                                    

Pintu apartemen itu tampak terbuka namun ruangan di dalamnya terlihat begitu gelap. Liv terlihat berjalan memasuki ruang apartemen itu tanpa menyalakan penerangan di dalam ruangan itu terlebih dahulu. Wanita itu tampak kesulitan berjalan hingga harus meraba-raba dinding dan furnitur di dalam apartemen itu.

Sesampainya di area dapur, Liv meletakkan tas nya di atas meja bar namun sayangnya meleset. Tas itu jatuh ke atas lantai dan isinya pun berserakan di atas lantai. 

"Sial." ujar Liv.

Tampaknya, Liv terlalu banyak menenggak wine di Clarkey's tadi. Suasana di tempat itu sangat mendukung dan berbincang bersama Ashley memang selalu membuat Liv lupa diri dan waktu. Keduanya terlalu asyik berbincang dan saling bertukar cerita setelah beberapa minggu mereka tidak bertemu.

"Hah, sial! Kepalaku pusing sekali." ujar Liv. "Ash, aku akan membunuhmu."

Liv berusaha untuk mencapai kamar tidurnya dengan susah payah dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang tanpa berganti pakaian terlebih dahulu. Tak lama kemudian, suara yang begitu keras terdengar dari dalam perut Liv. Tampaknya sepiring Penne with Truffle Cream tidak membuat perut wanita itu kenyang.

"Sial. Perutku lapar." ujar Liv.

Liv meraih telepon genggam dari dalam saku celananya dan segera memesan semangkuk Niku Ramen dari sebuah restoran jepang yang berada di lantai dasar apartemennya, sebagai menu makan malamnya. Ini bukanlah pertama kalinya Liv memesan makan malam di restoran itu. Dan sebagai penghuni apartemen, Liv mendapat keistimewaan, yakni pesanannya itu akan diantarkan hingga ke depan pintu apartemennya. Sungguh sebuah hal kecil namun sangat membantu bagi Liv. 

Selang beberapa waktu kemudian, bel apartemen itu berbunyi. Tampaknya pesanan Liv datang lebih cepat dari biasanya.

"Tumben sekali. Cepat juga pesananku tiba." ujar Liv.

Dengan susah payah, Liv beranjak dari atas ranjang. Kepala Liv rasanya pusing sekali, seperti akan pecah dan rasa mual diperutnya pun semakin menjadi-jadi. Bel apartemen itu pun kembali berbunyi bahkan berkali-kali. Tampaknya pengantar makanan itu sudah tidak sabar untuk menunggu Liv di balik pintu itu.

"Seben...tar." ujar Liv. "Aku akan segera...datang!"

Tubuh Liv terlihat begitu gontai. Wanita itu bahkan berjalan terhuyung-huyung sambil menyeret salah satu kakinya menuju pintu apartemen. Setibanya di depan pintu, Liv segera membuka pintu apartemen itu, tanpa memeriksa terlebih dahulu siapa yang berada di baliknya. 

Liv pun menatap sosok di balik pintu lalu mengernyitkan kedua alisnya. Wanita itu terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya lalu menggosok kedua matanya dengan kasar. Tampaknya Liv benar-benar kelebihan asupan alkohol sehingga pandangannya pun terganggu.

"Ser...gio?" ujar Liv. "Apa aku sedang bermimpi? Ini pasti mimpi. Wine sialan."

"Apa kau sedang mabuk?" ujar Sergio.

"A-apa?" ujar Liv. "Tidak. A-ku hanya...sedikit...pusing."

Sergio hanya terdiam sambil berdiri di ambang pintu apartemen itu. Liv terlihat menyandarkan tubuhnya pada dinding sambil memegangi kepalanya yang terasa begitu berat. Sesekali, Sergio terlihat memegangi lengan Liv untuk mencegah wanita itu terjatuh.

"Apa yang kau lakukan di sini?" ujar Liv. "Apa kau yang mengantarkan makan malamku? Dimana ramen pesananku?"

Liv mendorong tubuh Sergio lalu menoleh ke arah lorong apartemen itu. Tampaknya wanita itu sedang mencari pengantar makanan yang membawakan Niku Ramen pesanannya. Namun, Liv tidak menemukan siapapun di lorong apartemennya itu.

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang