Chapter 43 - Clarkey's

550 71 1
                                    

Liv terlihat sedang melamun. Wanita itu tampak memangku laptopnya namun pandangannya menatap jauh ke arah luar jendela kaca besar itu. Banyak sekali hal yang mengganggu pikirannya saat ini. Mulai dari pekerjaannya yang menumpuk hingga Sergio.

Ya, hari ini, Sergio tengah beranjak menuju Maldives untuk berdiskusi dengan pihak otoritas setempat mengenai permasalahan proyek Fort Cape Resort itu. Masih terpikirkan oleh Liv, bagaimana dinginnya sikap Sergio kepadanya tempo hari. Wanita itu terlihat mempertanyakan mengapa sikap pria itu tiba-tiba saja berubah terhadapnya? Apa yang telah Chace katakan kepada Sergio hari itu? Atau apakah Liv melakukan sebuah kesalahan kepada pria itu?

Secara impulsif, Liv meraih telepon genggamnya dan membuka pesannya. Wanita itu tampak mengetik sesuatu dan berencana untuk mengirimkan sebuah pesan singkat kepada Sergio. Namun...tiba-tiba, jari Liv menekan tombol 'hapus' dan menghilangkan semua kata-kata yang telah diketik olehnya.

Tidak nyaman rasanya ketika mengetahui seseorang memiliki perubahan sikap yang begitu drastis. Apalagi, Liv benar-benar yakin jika ia tidak melakukan suatu kesalahan apapun kepada Sergio. Entah mengapa wanita itu merasa terganggu dengan perubahan sikap Sergio yang begitu tiba-tiba, bahkan seakan-akan pria itu terkesan menghindari Liv.

"Nona Miles?" ujar Jonah. "Apa...kau baik-baik saja?"

"Jeez! Kau mengagetkanku, Jonah." ujar Liv.

Liv tampak terkejut lalu mengusap dadanya dengan perlahan. Wanita itu tidak mendengar Jonah melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya sedikit pun. Tampaknya pikiran Liv benar-benar sedang tidak fokus pada apapun.

"Maafkan aku, Nona Miles, aku telah mengagetkanmu." ujar Jonah. "Aku sudah mengetuk pintu kaca itu berulang kali, namun kau tidak menggubrisnya."

"Tidak apa-apa, Jonah." ujar Liv. "Aku hanya sedang...banyak pikiran. Ada apa kau masuk ke ruanganku?"

"Ini." ujar Jonah. "Aku ingin mengantarkan dokumen-dokumen yang kau minta tempo hari."

Seketika, Liv langsung meletakkan laptop itu di atas sofa. Wanita itu pun segera menghampiri Jonah dan meraih dokumen-dokumen itu. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Liv segera membuka dokumen itu dan membacanya satu per satu.

Tanpa terasa, sudah hampir satu jam lamanya, Liv membuka dan membaca seluruh dokumen yang dibawakan oleh Jonah. Lembar demi lembar, kalimat demi kalimat, dibaca oleh Liv dengan teliti. Wanita itu bahkan menandai beberapa paragraf atau halaman penting yang terdapat di setiap dokumen.

Tak lama kemudian, pintu kaca itu pun kembali terbuka. Tampak Jonah tengah berjalan masuk sambil membaca telepon genggamnya.

"Permisi, Nona Miles." ujar Jonah. "Kehadiran anda ditunggu di lantai lima puluh."

Liv tampak mengerutkan dahinya. Bukankah Sergio tengah berada di Maldives? Apakah Sergio menunda keberangkatannya ke Maldives? Wanita itu pun segera mengalihkan pandangannya dari tumpukkan dokumen-dokumen itu dan menoleh ke arah Jonah.

"Siapa yang menungguku di lantai lima puluh?" ujar Liv.

"Tuan Beckford, Nona." ujar Jonah.

"Sergio?" ujar Liv.

"Hmm...Bukan. Arthur Beckford." ujar Jonah.

Deg!

Apalagi yang diinginkan oleh Arthur? Setiap kali mendengar nama pria paruh baya itu, bulu kuduk Liv pun seketika merinding. Arthur bukanlah sosok yang mengerikan, namun pembawaannya serta aura pria paruh baya itu membuat orang merasa begitu segan ketika berhadapan dengannya.

"Ada...apa?" ujar Liv. "Mengapa Arthur memanggilku?"

"Entahlah." ujar Jonah. "Brie tidak mengatakan secara detail kepadaku."

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang