Part 60 - Anxious Night

597 73 2
                                    

Setelah perjalanan bisnis Liv dan Sergio ke Maldives, keduanya pun kembali ke New York dengan membawa berita baik. Akhirnya, pihak otoritas Maldives memberikan lampu hijau dan memyetujui pembangunan Fort Cape Resort, walaupun dibarengi dengan sejumlah persyaratan.

Apapun itu, Sergio kini dapat bernafas dengan lega. Kedua kubu pun telah sama-sama menyetujui persyaratan yang diajukan oleh masing-masing pihak dan semua itu berkat Liv. Wanita itu lah yang membuat Sergio dan Ibrahim sama-sama meredam egonya dan memutuskan untuk mengambil jalan tengah.

Mendengar berita baik ini, Arthur pun tak segan-segan untuk segera merayakannya. Sehubungan dengan ulang tahun Beckford Corp. yang akan dirayakan malam ini, pria paruh baya itu pun berniat untuk merayakan berita baik ini di acara yang sama.

Malam ini adalah saatnya acara besar itu diselenggarakan. Hampir separuh warga New York diundang ke acara megah itu dan tentu saja, seluruh karyawan Beckford Corp. tentunya. Tak lupa, kerabat serta pengusaha-pengusaha ternama pun turut diu
undang ke pesta ulang tahun Beckford Corp. ini. Tak terkecuali Liv.

Di dalam kamar tidurnya, Liv terlihat sedang duduk sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin. Wanita itu tampak meraih lipstick mauve-nya dan memulas benda itu tepat di atas bibirnya.

Selesai. Ya, akhirnya riasan Liv pun selesai. Wajah wanita itu terlihat sangat cantik bahkan dengan riasan yang sederhana. Namun, raut wajah Liv tampak begitu resah. Terlalu banyak pikiran liar yang berputar-putar di dalam kepalanya sejak tadi.

Ini adalah kali pertama Liv akan tampil di depan khalayak ramai bersama Sergio sebagai sepasang kekasih. Walaupun belum ada yang mengetahui tentang hubungan di antara keduanya dan Liv memang tidak berniat untuk menujukkannya kepada publik, namun wanita itu merasa begitu khawatir jika keduanya tidak sengaja melakukan sesuatu yang memancing pertanyaan dari pihak lain.

"Astaga, sudah pukul tujuh." ujar Liv.

Tiba-tiba, lamunan Liv pun buyar dan dengan sigap, wanita itu menyingkap gaunnya. Liv pun berjalan keluar dari dalam kamar sambil merapikan gaun yang tengah dikenakan olehnya. Di atas sofa besar itu, tampak Sergio tengah duduk dengan santai sambil menatap layar telepon genggamnya. Pria itu terlihat begitu sibuk dengan telepon genggamnya sambil menunggu Liv bersiap.

"Aku sudah siap." ujar Liv.

Sergio mengangkat pandangannya dan menatap Liv dengan lekat. Pria itu bahkan tampak mematung dan tidak mengucapkan sepatah katapun.

"Ada apa? Apa ada sesuatu yang salah dengan riasan atau gaunku?" ujar Liv.

"Betapa beruntungnya aku memiliki seorang kekasih yang begitu cantik." ujar Sergio.

Seketika, wajah Liv terlihat begitu merah padam. Ucapan Sergio selalu saja berhasil membuat hati Liv meleleh. Ini bukan kali pertama pria itu memuji Liv, namun wanita itu tetap saja merasa tersanjung setiap kekasihnya itu melontarkan pujian kepadanya.

Sergio tampak beranjak dari atas sofa dan berjalan menghampiri Liv yang tengah berdiri tepat di depan pintu kamar tidur itu. Pria itu pun merengkuh tubuh Liv dengan lengannya dan mendekatkan wajahnya ke arah wajah Liv.

"Apakah sebaiknya kita batalkan rencana ini untuk menghadiri pesta itu dan menghabiskan malam di kamarmu saja?" bisik Sergio.

Glek!

Tampaknya Liv belum juga terbiasa dengan suara berat yang sangat menggairahkan itu. Tubuh wanita itu pun tampak bergidik mendengar ucapan Sergio yang begitu menggoda. Cepat-cepat, Liv pun menyadarkan dirinya dan kembali ke dunia nyata, sebelum wanita itu terhanyut dan mengiyakan ajakan Sergio.

"A-apa?" ujar Liv. "Apa kau sudah gila? Bagaimana jika seluruh orang mencarimu keberadaanmu nanti? Bagaimana jika..."

"Ssst." bisik Sergio.

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang