Chapter 25 - Hospital

886 101 1
                                    

Liv terlihat sedang duduk di atas ranjang besar itu. Wanita itu tampak termenung sambil menatap luka memar di kedua tangannya. Rasa sakitnya belum juga hilang sejak semalam. Padahal Liv sudah mengompresnya dengan air.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lebih tiga puluh menit di pagi hari. Sebentar lagi, Ashley akan menjemput Liv di hotel tempat Sergio menginap ini dan membawa wanita itu ke bandara bersamanya. Ya, hari ini adalah hari terakhir Liv berada di Ibiza. Wanita itu akan kembali ke New York siang ini juga.

Liv pun menatap pakaian bersih yang terlipat dengan rapi di atas nakas. Pakaian itu diantarkan oleh Ashley kemarin malam ke hotel tempat Sergio menginap itu. Liv tidak bisa berlama-lama lagi. Wanita itu harus segera bersiap sebelum Ashley menjemputnya satu jam lagi.

"Ah, sial." gumam Liv.

Liv mencoba untuk berdiri namun tiba-tiba saja kakinya terasa begitu sakit. Wanita itu segera menoleh ke arah kedua kakinya dan memeriksanya. Tampaknya Liv baru saja menyadari jika terdapat memar lainnya di area pergelangan kakinya. Padahal, kemarin malam, memar itu belum terlihat dengan jelas. Pantas saja, sejak insiden itu terjadi, Liv kesulitan untuk berjalan dan pergerakan wanita itu pun menjadi sangat terbatas.

"Ada apa?" ujar Sergio.

Hampir saja, tubuh Liv terlonjak karena terkejut mendengar suara Sergio. Wanita itu pun segera menutupi memar di kedua kakinya dengan selimut agar pria itu tidak bisa melihatnya.

Liv tidak mendengar suara langkah kaki Sergio ketika berjalan menghampirinya. Padahal sudah beberapa menit yang lalu, pria itu sedang pergi ke luar dari kamarnya.

"Tidak ada. Semua baik-baik saja." ujar Liv.

Sergio tampak menatap Liv dengan intens. Lalu, pria itu pun menatap ke arah kaki Liv yang terbungkus dengan selimut tebal itu. Sergio tampak menaruh sedikit curiga kepada Liv yang tiba-tiba membalut tubuhnya dengan selimut.

"Jangan berbohong lagi, Liv." ujar Sergio. "Aku tahu kau sedang merasa kesakitan."

Liv menoleh ke arah Sergio dan menatap pria itu dengan intens. Wanita itu memang tidak pandai berbohong. Ekspresi wajahnya bahkan terlihat gelisah ketika berbicara dengan Sergio.

"Aku baik-baik saja, Sergio." ujar Liv.

"Kau harus ke rumah sakit." ujar Sergio. "Luka-lukamu itu tidak akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu cepat."

"Aku hanya butuh beristirahat. Itu saja." ujar Liv.

Tiba-tiba, Sergio merogoh kantong celananya dan mengeluarkan telepon genggam miliknya. Pria itu pun tampak melihat layar telepon genggamnya lalu melakukan sebuah panggilan.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Liv kepada Sergio.

Liv terlihat cemas ketika melihat pria itu menelpon seseorang. Jangan-jangan, Sergio sedang menelepon seorang dokter untuk datang ke hotel ini dan mengobati lukanya...Atau malah menelepon rumah sakit untuk meminta ambulans menjemput Liv sekarang juga.

"Nick? Apa kau sedang bersama dengan Ashley saat ini?" ujar Sergio. "Bisakah aku berbicara dengannya sebentar saja?"

Nick? Ashley? Untuk apa Sergio menelepon Nick dan Ashley? Liv tampak mengerutkan dahinya. Apa yang sebenarnya direncakan oleh Sergio saat ini?

"Liv tampaknya harus ke rumah sakit sekarang juga." ujar Sergio. "Tunggu sebentar. Liv akan berbicara langsung denganmu."

Kedua mata Liv tampak terbelalak ketika mendengar ucapan Sergio. Apa? Rumah sakit? Apa maksud Sergio? Bukankah Liv sudah mengatakan jika dirinya baik-baik saja?

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang