Chapter 50 - What is Wrong With You?

561 74 1
                                    

Sergio tampak menggenggam tangan Liv dan menarik wanita itu melewati ratusan orang yang tengah memadati ruangan besar itu. Liv tidak dapat menebak kemana pria itu hendak membawanya pergi. Bibir wanita cantik itu terkunci dengan rapat dan hanya mengikuti langkah Sergio dengan pasrah.

"Liv?"

Tiba-tiba, di dalam kerumunan itu, seorang pria tampak memegang lengan Liv dan menahan pergerakan wanita itu. Liv dan Sergio pun tampak menghentikan langkahnya dan menoleh secara bersamaan ke arah sumber suara. Tampak seorang pria berambut pirang tengah berdiri tak jauh dari Liv. 

Pria berambut pirang itu tampak tersenyum sambil menatap kedua mata Liv dengan lekat. Namun di sisi lain, Liv tampak menyipitkan kedua matanya. Sepertinya wanita itu tengah berusaha keras untuk mengingat siapa pria berambut pirang itu.

"Will?" ujar Liv sedikit ragu.

"Olivia Miles, huh?" ujar Will. "Wow, kau terlihat begitu...menakjubkan."

Will menatap Liv dari atas hingga ke bawah. Tanpa berbasa-basi lagi, Will tampak bergerak mendekati Liv dan mendaratkan sebuah kecupan di kedua pipi wanita itu. Pria itu bahkan merangkul tubuh Liv dan menyentuh tubuh Liv dengan eratnya.

"Sudah lama tidak berjumpa denganmu, Will." ujar Liv.

"Kau terlihat semakin cantik, Liv." ujar Will. "Apa kau kini menetap di New York?"

"Ya, sudah hampir dua tahun ini aku menetap di New York." ujar Liv.

Senyum manis Liv terlihat begitu merekah di wajah cantiknya. Liv merasa sedikit terhibur ketika mengetahui ada seseorang yang ia kenal di pesta amal tahunan ini. Walaupun Will adalah teman yang sudah lama tidak ditemui oleh Liv, namun setidaknya ia tidak merasa asing lagi di tempat ini.

"Benarkah? Aku pun kini menetap di New York." ujar Will. "Bagaimana kalau kita mengatur waktu dan makan malam bersama? Sudah lama kita tidak mengobrol seperti dulu."

Liv dan Will nampak begitu akrab. Sudah terlalu lama bagi keduanya untuk tidak bertemu. Mungkin, terakhir keduanya bertemu adalah ketika semasa kuliah. Wajah Will terlihat begitu berseri-seri ketika memandang Liv. Kedua mata pria itu tak henti-hentinya menatap wajah Liv yang terlihat begitu cantik malam ini.

Ehem!

Raut wajah Sergio terlihat begitu dingin. Apalagi setelah merasa keberadaannya tidak dianggap oleh Liv dan Will. Kedua teman baik itu terlihat memiliki dunianya sendiri, sampai-sampai melupakan bahwa Sergio tengah berada di antara keduanya.

Will tampak menoleh ke arah Sergio dan menatap pria itu dengan senyum yang masih melebar di wajahnya. Tidak ada sedikit pun rasa bersalah di wajah Will. Tampaknya Will baru saja menyadari jika Sergio tengah berdiri di sana sejak tadi. Pria berambut pirang itu terlihat merasa terganggu dengan interupsi yang dilakukan oleh Sergio.

"Ada yang bisa kami bantu, Tuan?" ujar Will.

Apa?!

Apa telinga Sergio tidak salah mendengar??

Ada yang bisa kami bantu katanya?

Kami?

Seketika, emosi Sergio tampak memuncak. Pria itu membalas tatapan kedua mata Will dengan tajam tanpa senyuman sedikit pun. Apa pria berambut pirang itu tidak tahu jika Sergio adalah tuan rumah dari pesta amal tahunan yang dihadirinya ini? Sergio bisa dengan mudahnya menendang Will dari mansion megahnya itu sekarang juga, jika ia berkehendak.

Liv yang menyadari perubahan raut wajah Sergio itu pun langsung berusaha mencari cara untuk mencairkan suasana. Wanita itu terlihat sedikit gugup, apalagi ketika melihat Sergio sudah mulai mengeraskan rahangnya.

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang