Chapter 38 - Spark

582 75 0
                                    

Liv tampak merebahkan tubuhnya di atas ranjang namun kedua mata wanita itu masih terjaga. Sudah hampir sepuluh menit Liv menatap pintu kamar itu. Ya, wanita itu hanya meringkuk di atas ranjang sambil menatap pintu berwarna merah tua itu. Hujan yang kunjung reda itu pun membuat udara di dalam kamar semakin terasa dingin.

Sergio yang tengah duduk di atas sofa pun tampak memperhatikan Liv lalu mengarahkan tatapannya ke arah pintu. Sejak tadi, wanita itu tampak melamun memandangi pintu kamar itu.

"Mengapa kau tidak tidur?" ujar Sergio. "Apa yang sedang kau pikirkan?"

"Tidak ada." ujar Liv. "Hanya menatap pintu itu dan..."

Liv tampak berhenti bicara dan memutus kata-katanya begitu saja. Wanita itu lantas menatap Sergio dengan intens. Sebenarnya, Liv sudah berusaha untuk mengabaikan insiden mengerikan barusan. Namun, hatinya masih merasa tidak tenang.

"Dan apa?" ujar Sergio.

"Ummm....dan berjaga-jaga. Jika saja nanti terjadi...uhm...sesuatu yang tidak menyenangkan." ujar Liv.

Sergio tampak menatap Liv dengan lekat. Tampaknya wanita itu masih merasa cemas dengan kedua pria asing yamg berusaha untuk menerobos masuk ke dalam kamar. Sergio pun segera melangkah menuju pintu dan memastikan jika pintu itu sudah terkunci degan rapat.

"Tenanglah. Pintu dan jendelanya sudah terkunci dengan rapat." ujar Sergio.

Sergio melangkah ke arah ranjang lalu pria itu pun mendudukkan tubuhnya di atas ranjang, tepat di sebelah Liv. Wanita itu tampak menatap Sergio dan mengikuti pergerakkan pria itu. Sergio terlihat menyandarkan tubuhnya ke sandaran ranjang dambil meluruskan kedua kakinya.

"Tidurlah. Aku akan berjaga di sini." ujar Sergio.

Liv menatap Sergio dengan intens. Pria itu tampaknya memahami maksud Liv. Sejujurnya, wanita itu merasa ketakutan sejak tadi. Kedua pria itu bisa saja kembali dan berusaha lagi untuk membobol pintu kamar penginapan itu. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi nantinya.

Namun, melihat saat ini Sergio berada di sampingnya, membuat perasaan Liv lebih tenang dari sebelumnya. Tanpa disadari, kedua mata Liv pun semakin lama terasa semakin berat dan akhirnya terpejam hingga wanita itu pun masuk ke dalam dunia mimpi.

**********

Liv membuka kedua matanya yang rasanya begitu berat. Wanita itu menoleh ke sekelilingnya dan menatap ke arah jendela. Tampak sinar matahari sudah mulai menerobos masuk melalui celah-celah tirai. Ternyata Liv telah tertidur dengan pulas.

Liv menoleh ke sampingnya. Tampak Sergio tengah tertidur sambil duduk di atas ranjang. Pria itu tampak begitu kelelahan hingga tertidur dalam keadaan duduk. Liv menoleh ke arah tangannya. Tampaknya Sergio tengah menggenggam tangan Liv dengan erat dalam tidurnya. Wanita itu pun memeriksa jam tangannya yang ternyata telah menunjukkan pukul delapan pagi.

Dengan perlahan, Liv melepaskan genggaman tangan Sergio agar pria itu tidak terbangun. Tampaknya pria itu benar-benar terjaga semalaman dan Sergio terlihat sangat kelelahan.

Liv beranjak dari ranjang itu perlahan-lahan dan berjalan menuju kamar mandi. Wanita itu tampak melepaskan mantel yang masih melekat di tubuhnya sejak semalam lalu membasuh wajahnya dengan air. Tubuh Liv terasa sakit dan kepala wanita itu pun terasa sedikit pusing. Mungkin karena Liv hanya tidur beberapa jam saja. 

"Liv?" ujar Sergio. "Liv! Di mana kau berada?"

"Aku berada di kamar mandi. Ada apa?" ujar Liv.

"Sial. Kupikir kau menghilang." ujar Sergio.

Liv hanya menunjukkan senyumnya lalu berjalan keluar dari dalam kamar mandi. Wanita itu tampak baru saja selesai membersihkan wajah dan sebagian tubuhnya. Lalu, Liv pun tampak mengeringkan wajahnya dengan beberapa lembar tisu.

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang