Chapter 37 - Knock, Knock

595 76 2
                                    

Baru lima menit lamanya Sergio meninggalkan Liv seorang diri di dalam ruang kamar penginapan itu. Namun, rasanya seperti satu jam. Liv sudah beberapa kali melirik jam tangannya hanya untuk memperkirakan berapa lama Sergio telah pergi untuk menelepon.

Berulang kali Liv mengutak-atik telepon genggamnya untuk berusaha mengembalikan sinyalnya agar kembali menyala, namun tampaknya usaha sia-sia. Liv pun menoleh ke sekeliling kamarnya. Ruangan itu terlihat cukup tua. Interiornya terlihat begitu ketinggalan zaman, namun tetap besih dan terawat.

Tidak banyak perabotan yang terdapat di dalam kamar berukuran empat kali lima meter itu. Hanya terlihat sebuah ranjang, televisi, meja kecil, sebuah sofa kecil, dan sebuah lampu lantai yang diletakkan di pojok ruangan. Secara garis besar, ruangan itu terasa begitu...kosong sehingga semakin membuat kamar itu menjadi lebih senyap.

Liv pun memutuskan untuk menyalakan televisi tua yang terletak di tengah ruangan kamar, hanya untuk sekedar menghilangkan keheningan di dalam ini. Tidak banyak pilihan acara di televisi itu, namun setidaknya suasana kamar itu tidak terlalu hening.

Tok tok!

'Akhirnya Sergio kembali!' batin Liv.

Terdengar suara ketukan dari arah pintu kayu itu. Liv pun segera berjalan menuju pintu itu dan berniat untuk membukakannya. Hati wanita itu begitu lega rasanya ketika mendengar suara ketukan pintu itu.

Liv sempat menoleh ke arah jam tangannya. Belum sampai lima belas menit Sergio pergi untuk menelepon, namun kini pria itu sudah kembali lagi ke kamar penginapannya. Aneh namun Liv berusaha berusaha berpikir positif bahwa segala urusan yang dimiliki pria itu sudah selesai.

Liv tidak ingin membuat Sergio menunggu lebih lama. Wanita itu mengulurkan tangannya untuk membuka kunci pintu itu. Namun tiba-tiba saja, wanita itu menghentikan pergerakannya. Tubuh Liv tiba-tiba saja membeku dan bahkan tidak dapat digerakkan.

Samar-samar, Liv dapat mendengar suara dari balik pintu itu. Wanita itu dapat mendengar suara pria sedang berbicara. Tidak hanya satu, tampaknya ada beberapa pria di balik pintu itu.

"Apa kau yakin kamar yang ini?" ujar pria bersuara berat.

"Aku yakin." ujar pria bersuara tinggi. "Aku melihat wanita itu masuk ke dalam kamar ini."

Deg!

Itu bukan Sergio! Suaranya berbeda. Jantung Liv rasanya berhenti berdetak. Liv mencoba melihat dari lubang intip yang ada di pintu itu. Tampak dua orang pria memakai jaket kulit sedang berdiri di depan pintu kamar. Itu adalah kedua pria asing yang ditemuinya di lobby penginapan dan berusaha menggoda Liv. Dengan berani, kedua pria asing itu bahkan menghampiri Liv dan kini tengah menunggu wanita itu tepat di depan pintu kamar. 

"Apakah kau benar-benar yakin telah melihat pria yang bersamanya keluar dari kamar ini?" ujar pria bersuara berat.

"Se-seratus persen." ujar pria bersuara tinggi. "Aku melihat pria itu keluar dari kamar ini dan pergi entah kemana. Kurasa pria itu akan pergi dalam waktu yang cukup lama."

Sontak saja, Liv bergerak mundur perlahan-lahan. Tubuh wanita itu tampak gemetar namun berusaha untuk tetap tenang. Liv berjalan dengan sangat perlahan menuju ranjang besar itu dan bersembunyi di balik ranjang itu.

Tok tok!

Suara ketukan itu pun kembali terdengar dengan cukup keras, bahkan lebih keras dari sebelumnya. Tampaknya kedua pria asing itu masih berusaha untuk membuka pintu kamar penginapan itu.

Krak, krak, krak!

Tiba-tiba saja, terdengar suara lainnya dari balik pintu. Tampaknya, kini kedua pria asing itu berusaha untuk membuka paksa kunci pintu kamar itu. Dengan sigap, Liv menoleh ke sekelilingnya dan mencari benda yang dapat ia gunakan sebagai senjata untuk membela diri.

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang