Sebuah ambulance tampak mendekat dari kejauhan. Kendaraan itu melaju dengan cukup cepat dan akhirnya tiba di depan Rumah Sakit St. Capital Hill. Tak lama kemudian, pintu ambulance itu pun terbuka. Beberapa perawat tampak segera membantu menurunkan sebuah ranjang rumah sakit dan membawanya masuk ke dalam ruang gawat darurat.
Liv terlihat tengah berbaring di atas ranjang itu. Tampak begitu banyak darah yang melumuri tubuh wanita itu dan begitu banyak peralatan medis yang terpasang pada tubuhnya. Beberapa orang perawat tampak mendorong ranjang rumah sakit di sepanjang lorong dengan cepat agar dapat segera menuju ruang tindakan.
Di sisi lain, Sergio terlihat berjalan di samping ranjang itu. Pria itu tampak mendampingi Liv hingga akhirnya wanita itu dibawa masuk ke dalam ruang operasi dan seorang perawat menahan tubuh Sergio.
"Maaf, Tuan. Anda tidak diperkenankan masuk ke dalam ruang operasi." ujar perawat itu.
Sergio hanya dapat terdiam sambil memandangi Liv dari kejauhan. Tak lama kemudian, pintu ruang operasi itu pun tertutup dengan rapat.
Situasi di lorong rumah sakit itu seketika menjadi senyap. Sergio terlihat masih tertegun di depan pintu ruang operasi itu dengan tatapan kosong. Pria itu tampak terdiam dan tubuhnya pun terasa membeku. Entah mengapa semuanya berakhir dengan kacau seperti ini. Tidak seharusnya insiden seperti ini terjadi.
Braaaak!
"Argh! Keparat!" teriak Sergio.
Sergio tampak menghantam dinding rumah sakit itu dengan kepalan tangannya sehingga membuat tangannya terluka. Namun, pria itu tidak peduli akan itu. Luka di hatinya terasa lebih sakit dari ini.
Sergio pun menjatuhkan tubuhnya di atas sebuah kursi tunggu. Pria itu tampak mengusap wajah dan kepala menggunakan kedua tangannya dengan kasar. Mengapa semua ini bisa terjadi? Rencananya itu hancur berantakan dan Sergio terlihat begitu frustasi.
Rencananya adalah mengamankan Liv dan menangkap Joshua. Itu saja. Namun, kini rencana itu telah berubah. Entah bagaimana bisa Joshua memiliki pisau itu. Padahal, Ace dan beberapa anggota polisi sudah memastikan bahwa Joshua dalam keadaan 'bersih' dan aman.
'Seharusnya aku membunuh Bajingan itu selagi bisa.' batin Sergio. 'Seharusnya...'
Seharusnya...seharusnya...dan seharusnya....
Andai saja Sergio dapat memutar kembali waktu, tentu saja pria itu tidak akan membiarkan Joshua selamat. Atau mungkin Sergio bahkan tidak akan membiarkan Liv pergi ke gudang tua itu sebelumnya.
Namun, semuanya sudah terlambat.
Seorang perawat mengatakan kepada Sergio jika Liv kehilangan begitu banyak darah dan wanita itu sudah dalam kondisi yang lemah. Kemungkinan Liv untuk selamat adalah tiga puluh berbanding tujuh puluh.
Memikirkan hal itu saja sudah membuat kepala Sergio terasa begitu sakit. Belum lagi, luka-luka di tubuh pria itu yang belum diobati dengan baik. Sergio berusaha untuk mengabaikan rasa sakit di sekujur tubuhnya karena kegelisahan yang tengah dirasakan olehnya jauh lebih menguasai dirinya saat ini.
Sergio pun mengepalkan kedua tangannya. Pria itu benar-benar sangat marah dengan Joshua dan dengan semua yang terjadi saat ini.
"Serg?"
Sergio menoleh ke arah sumber suara dan mendapati jika Adrian tengah berjalan ke arahnya. Kepala pria itu terlihat dibebat dengan kain perban dan luka-luka di wajahnya terlihat sudah mendapatkan pengobatan. Selang beberapa lama kemudian, Adrian pun menjatuhkan tubuhnya di atas kursi tunggu itu.
"Bagaimana kondisi Liv?" ujar Adrian.
"Entahlah." ujar Sergio. "Entah sudah berapa lama aku menunggu di sini, namun tidak ada kabar sama sekali mengenai kondisi Liv."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly You
RomanceKehidupan seorang Olivia Miles yang dipenuhi dengan drama itu pun berubah drastis ketika wanita itu bertemu dengan Sergio Beckford, seorang milyuner muda yang memiliki kepribadian yang menakjubkan. Pertemuan yang diawali dari sebuah ketidaksengajaa...