Chapter 42 - Disturbed

600 72 2
                                    

New York - 10.45 am

Hari itu, langit di kota New York tampak begitu mendung. Hujan tidak henti-hentinya mengguyur kota itu dengan derasnya. Walaupun begitu, jalanan tetap terlihat dipadati dengan deretan kendaraan bermotor dan lalu lalang pejalan kaki di atas pedestrian, bahkan tepat di depan Gedung Beckford Corp.

Di dalam ruangan kerja yang cukup luas itu, Sergio terlihat tengah melamun. Pria itu sedang menghadiri sebuah pertemuan kecil yang hanya dihadiri oleh Brie, Jason, Eric, dan Taylor. Kelimanya terlihat sedang membahas permasalahan proyek Fort Cape Resort dan berusaha untuk mencari solusi untuk permasalahan itu.

Raga Sergio memang berada di dalam ruangan itu, namun pikiran pria itu melayang jauh entah kemana. Sejak pertemuannya dengan Chace dua hari lalu, pria itu tidak bisa berpikir dengan jernih. Apalagi, sebuah kalimat yang keluar dari mulut Chace terpatri tepat di benak Sergio.

"Apakah Liv pernah bercerita kepadamu, jika ia pernah dikurung dan disiksa selama berhari-hari oleh pria gila itu?"

Berulang kali kata-kata itu terngiang di dalam pikiran  Sergio. Berulang kali pula pria itu berusaha untuk mengabaikan ucapan Chace, namun selalu saja gagal. Pertanyaan itu begitu mengganggu pikiran Sergio, sehingga pria itu tidak bisa fokus bekerja.

Sergio berusaha untuk mengusir rasa penasarannya namun hal itu tetap saja mengganggu pikirannya. Keingintahuannya akan kebenaran insiden itu tampaknya lebih besar ketimbang ketidakpeduliannya kepada Liv. Padahal sudah hampir dua hari sejak terakhir Sergio bertemu dengan Chace di Avery, Boston. Namun Sergio tampaknya masih belum dapat melupakan kata-kata Chace itu.

Sergio mencoba untuk mengingat-ingat kembali apa yang pernah diucapkan oleh Liv sebelumnya. Tapi pria itu benar-benar yakin bahwa Liv belum pernah menceritakan hal itu kepadanya. Sergio pernah mendengar jika Joshua memukuli dan mendorongnya dari tangga. Namun, perihal penyekapan dan penyiksaan? Rasanya Sergio belum pernah mendengarnya.

Sebenarnya, segila apakah Joshua Renner? Apa yang sebenarnya terjadi, sehingga mantan suaminya itu menyekap dan menyiksa Liv selama berhari-hari? Apa yang sesungguhnya terjadi di antara Joshua dan Liv. Entah mengapa begitu banyak pertanyaan di benak Sergio. Namun, pria itu tidak tahu bagaimana caranya untuk mempertanyakan hal itu kepada Liv.

Jika mengingat kembali insiden di kantor waktu itu, Sergio yakin bahwa ucapan Chace adalah benar adanya. Joshua jelas-jelas dengan berani mencekik leher Liv dan mendorong tubuh wanita itu dengan keras ke arah dinding. Dan di saat yang bersamaan, Liv terlihat begitu ketakutan. Sergio bahkan dapat melihat jika tubuh wanita bergemetar dengan hebat.

Di sepanjang perjalanan dari Boston menuju ke New York kemarin malam, mulut Sergio begitu gatal ingin menanyakan hal itu kepada Liv. Namun, pria itu berusaha keras untuk menahannya dan mengunci mulutnya rapat-rapat. Sampai-sampai, pria itu harus mencengkram kemudinya dengan erat untuk menahan emosinya.

Di satu sisi, Sergio merasa tidak memiliki hak untuk mencampuri urusan Liv dan mantan suaminya. Siapalah pria itu, hanya seorang atasan dan rekan kerja dari Liv. Namun di sisi lain, Sergio merasa ingin dan harus melindungi Liv dari Joshua. Entah mengapa emosi pria itu selalu berapi-api ketika mendengar atau melihat nama Joshua Renner.

Dan satu hal lagi yang membuat Sergio emosi. Mengapa Liv tidak ada inisiatif sedikit pun untuk melaporkan mantan suaminya yang psikopat itu ke polisi? Apa wanita itu terlalu takut kepada Joshua, sehingga ia lebih memilih untuk menghindarinya?

Sergio tidak habis pikir dengan keputusan Liv untuk tetap berdiam diri dan tidak mengadukan hal ini kepada siapapun. Jika saja, wanita itu tidak dalam pengaruh alkohol, mungkin Sergio tidak akan pernah tahu mengenai kejadian naas yang pernah menimpa Liv itu.

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang