"Sialan! Di mana aku meletakan anting mutiaraku itu?" ujar Liv.
Liv terlihat tengah membongkar laci-laci meja yang ada di kamar tidurnya itu. Wanita itu hampir saja memporak-porandakan isi kamar tidurnya, hanya untuk mencari anting mutiara kesayangannya.
"Ah, ketemu!" teriak Liv.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Liv segera mengenakan anting mutiara itu di kedua telinganya lalu kembali bercermin untuk memastikan semuanya sudah sempurna.
Malam ini adalah sebuah malam yang dinanti-nanti oleh Liv. Setelah hampir dua hari wanita itu menghindari Sergio, jujur saja Liv benar-benar merindukan kekasihnya itu. Dan hari ini, adalah hari di mana keduanya akan bertemu kembali setelah saling melempar argumen satu sama lain.
Liv menoleh ke atas ranjang dan menatap sebuah kotak putih yang diikat dengan sebuah pita cantik berwarna hitam. Wanita itu pun membuka kotak besar berwarna putih itu. Tidak ada secarik kertas maupun surat di dalam kotak itu, namun Liv tahu betul jika kotak itu adalah pemberian dari Sergio.
Terlihat sebuah gaun berwarna hitam yang sangat cantik, terlipat dengan begitu apik di dalam kotak putih itu. Liv mengangkat gaun itu dan menatapnya dengan begitu lekat. Kedua mata wanita itu terlihat berbinar-binar ketika memandangi gaun cantik itu. Sungguh sesuai dengan selera Liv, sederhana namun tetap elegan.
Tanpa berpikir panjang, Liv segera mengenakan gaun hitam itu di tubuhnya. Lalu wanita itu pun menarik resleting panjang sehingga membuat gaun itu melekat dengan sempurna di tubuh langsingnya.
Liv menatap pantulan dirinya di depan cermin. Potongan gaun panjang itu terlihat sederhana namun mampu membuat Liv terlihat sangat anggun. Selera Sergio memang bagus.
"Astaga, sudah hampir jam tujuh!" ujar Liv.
Tanpa disadari jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit, namun Liv masih saja asyik mempersiapkan dirinya.
Liv segera menyemprotkan parfum favoritnya ke seluruh bagian tubuhnya. Tanpa berlama-lama lagi wanita itu pun meraih clutch bag dan mantel hitam senada dengan gaun malamnya itu.
Liv bergegas melangkah keluar dari ruang apartemennya dan beranjak menuju lobby apartemen. Tak lama kemudian, tampak sebuah taksi berhenti tepat di area drop off apartemen itu. Liv pun segera berjalan masuk ke dalam taksi, yang dibantu oleh penjaga yang tengah bertugas.
Perjalanan dari Park Avenue menuju ke Masa Adresè membutuhkan waktu kurang lebih tiga puluh menit. Semua ini karena jalanan di kota New York yang begitu padat dan memang tidak ada jalan lain selain melewati jalan utama kota itu.
Beberapa kali Liv memeriksa jam yang ada di ponselnya. Sudah sepuluh menit taksi yang ditumpangi wanita itu berada di tempat yang sama. Liv terlihat semakin gelisah dan wanita itu pun tampak menggerak-gerakkan kedua kakinya.
"Apakah kau akan menghadiri sebuah pesta, Nona?" ujar supir taksi itu.
"Tidak." ujar Liv. "Aku akan menemui kekasihku."
"Benarkah?" ujar supir taksi. "Beruntung sekali kekasihmu itu, memiliki wanita secantik dirimu."
Liv tampak tersipu malu mendengar pujian yang dilontarkan oleh si supir taksi. Setidaknya sedikit pujian kecil mampu membuat wanita itu melupakan sedikit kegelisahannya.
Selang beberapa waktu kemudian, taksi yang ditumpangi oleh Liv itu pun tiba di Manhattan Tower, di mana restoran Masa Adresè berada di lantai rooftop-nya.
Masa Adresè adalah sebuah restoran bintang lima yang terletak di puncak salah satu gedung tertinggi di New York. Restoran itu tidak hanya menyajikan makanan yang enak dan mewah, namun juga memanjakan para pengunjung dengan pemandangan kota New York yang begitu indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly You
RomanceKehidupan seorang Olivia Miles yang dipenuhi dengan drama itu pun berubah drastis ketika wanita itu bertemu dengan Sergio Beckford, seorang milyuner muda yang memiliki kepribadian yang menakjubkan. Pertemuan yang diawali dari sebuah ketidaksengajaa...