Cuaca di kota Ibiza hari ini terasa sangat panas. Matahari tampak bersinar dengan terik dan panasnya terasa begitu menyengat.
Akhirnya, siang ini Liv akan kembali ke New York bersama dengan Sergio. Sepulangnya dari rumah sakit kemarin malam, pria itu terlihat begitu sibuk menelepon seseorang untuk mengatur kembali keberangkatan mereka berdua dari Ibiza ke New York.
Jadwal penerbangan Liv hari ini adalah pukul dua siang. Namun, saat ini, Liv terlihat sudah duduk dengan manis di atas sebuah sofa besar yang terletak di dalam lounge VIP bandara itu.
Liv cukup takjub dengan fasilitas di dalam lounge ini. Dilengkapi dengan sederet menu prasmanan yang beraneka ragam, berbagai macam minuman, serta kursi pijat di setiap pojoknya. Sofa-sofa di ruangan besar itu pun tampak di tata dengan rapi yang juga dilengkapi dengan ruang permainan mini.
Jika bukan karena Sergio, tentu saja Liv tidak akan mampu, bahkan tidak bisa masuk ke dalam lounge VIP ini. Tidak sembarangan orang dapat mengakses lounge VIP ini dan Sergio adalah salah satu orang yang dapat mengakses loung ini dengan sangat mudah.
Sergio benar-benar diperlakukan bak raja di dalam lounge ini. Pria itu bahkan mendapat sambutan hangat dari beberapa pramusaji ketika masuk ke dalam lounge itu. Tampaknya, para pekerja di tempat ini sudah cukup familiar dengan wajah serta nama belakang Sergio.
Liv tampak menoleh ke arah Sergio yang sedang berdiri di depan resepsionis. Saat ini, pria itu terlihat sedang berbicara dengan beberapa orang pegawai dengan setelan jas. Tampaknya pembicaraan diantsra ketiga pria itu terlihat cukup serius. Namun, hanya berselang beberapa menit kemudian, Sergio pun tampak meninggalkan meja resepsionis dan berjalan ke arah Liv.
“Huft...akhirnya selesai juga.” ujar Sergio.
Sergio tampak menjatuhkan tubuhnya di atas kursi sambil merapikan isi dompetnya lalu meletakkan benda itu di atas meja. Tak lama kemudian, dua orang pramusaji wanita berjalan menghampiri meja Liv dan Sergio, sambil membawa sebuah kereta makanan.
"Selamat siang, Tuan Beckford." ujar seorang pramusaji. "Aku akan menghidangkan makan siang pesananmu."
Pramusaji itu tampak meletakkan dua porsi Japanese Wagyu Ribeye, dua mangkuk sup asparagus, dan dua gelas jus. Tak lupa, dua mangkuk cremè brùlèe sebagai pencuci mulut pun turut disajikan oleh pramusaji itu. Kedua mata Liv terlihat begitu berbinar ketika melihat sederet makanan lezat yang telah disajikan di atas meja.
"Terima kasih." ujar Sergio.
"Dengan senang hati, Tuan Beckford." ujar pramusaji itu. "Jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa memanggilku kapan saja."
Liv tampak mengerutkan kedua alisnya ketika melihat dan mendengar pramusaji itu berbicara kepada Sergio. Pramusaji itu terlihat sedang berusaha untuk menggoda Sergio. Pramusaji itu bahkan tersenyum dengan manis sebelum meninggalkan meja itu. Ya, pramusaji itu jelas-jelas sedang berusaha untuk merayu pria yang sedang duduk di hadapannya.
"Tampaknya kau memiliki seorangpenggemar." ujar Liv.
"Apa kau cemburu, Nona Miles?" ujar Sergio.
Liv pun memutar kedua bola matanya ketika mendengar ucapan balasan dari Sergio. Bukan itu yang dimaksud oleh Liv. Namun, wanita itu merasa begitu malas untuk mengklarifikasi ucapannya sendiri.
Liv lebih memilih untuk segera menyantap satu set menu makan siang yang telah disajikan. Makanan itu terasa sangat lezat dan nikmat. Liv pun tidak lupa untuk menyantap semangkuk cremè brulèe untuk menutup makan siang ini.
Tak lama kemudian, Sergio tampak merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah plastik berwarna putih. Pria itu pun menyodorkan sebuah plastik ke arah Liv.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly You
RomanceKehidupan seorang Olivia Miles yang dipenuhi dengan drama itu pun berubah drastis ketika wanita itu bertemu dengan Sergio Beckford, seorang milyuner muda yang memiliki kepribadian yang menakjubkan. Pertemuan yang diawali dari sebuah ketidaksengajaa...