Part 79 - Why Is Everthing So Heavy?

334 49 0
                                    

Malam semakin larut, namun suasana di Ambrosè tampak semakin seru. Liv terlihat semakin terhanyut ke dalam atmosfer yang melapisi seluruh ruangan di dalam klub malam itu. Entah sudah berapa gelas alkohol yang wanita itu tenggak, namun sudah cukup membuat kepalanya terasa pusing.

Akhirnya, Liv pun memutuskan untuk pergi ke toilet wanita. Tampaknya wanita itu harus memuntahkan sedikit isi perutnya karena minuman itu membuat Liv merasa begitu mual.

Cukup keras usaha Liv untuk mengeluarkan seluruh isi perutnya dengan maksud agar menghilangkan rasa mualnya itu. Namun, tampaknya usaha wanita itu sia-sia. Tidak ada sedikitpun cairan yang keluar dari dalam mulutnya. Liv pun bergegas keluar dari dalam toilet dan menyandarkan tubuhnya pada dinding lorong toilet. Tak lama kemudian, seseorang tampak menghampiri Liv.

"Hei, apa kau baik-baik saja?" ujar pria berpakaian putih itu.

"A-aku baik-baik saja." ujar Liv.

Entah darimana pria berpakaian putih itu muncul. Liv pun tidak menggubris keberadaan pria itu. Wanita itu  tampak terhuyung-huyung sambil berpegangan pada dinding. Liv terlihat berusaha keras untuk tetap berdiri tegak walaupun kepalanya terasa sakit bukan main.

"Apa kau tahu jika bibirmu sangat manis. Ciumanmu membuatku menginginkannya lagi dan lagi." ujar pria berpakaian putih itu.

Pria berpakaian itu pun menyentuh wajah Liv dengan lembut. Namun, dengan sigap, wanita itu menghindar. Ini bukan waktu yang tepat untuk bermesraan bagi Liv.

Liv pun berusaha untuk beranjak dari tempat itu dan meninggalkan pria berpakaian putih itu. Namun, tiba-tiba, pria itu merengkuh tubuh Liv dengan erat...bahkan terlalu erat. Tampaknya pria itu berusaha untuk mencium bibir Liv lagi.

"Le...lepaskan aku." ujar Liv. "Tolong lepaskan aku."

"Sedikit saja, Cantik." ujar pria berpakaian putih itu.

Pria itu bersikeras untuk mencium bibir Liv sekali lagi. Wanita itu berusaha keras untuk menolaknya namun sepertinya usaha Liv hanyalah sia-sia belaka. Dengan kondisinya seperti ini, Liv tampaknya tidak mampu untuk melawan. 

Tiba-tiba, Liv mengerahkan seluruh tenaganya dan mendorong tubuh pria itu dengan kuat, sehingga membuat pria itu bergerak menjauh.

"Kau tidak bisa menolakku begitu saja, Nona." ujar pria berpakaian putih itu.

"Sebaiknya kau menjauh dariku, Berengsek." ujar Liv.

Pria berpakaian putih itu pun kembali mendekati Liv dan memaksa wanita itu untuk menerima ciumannya. Dengan segenap sisa kekuatan yang dimiliki oleh Liv, ia pun kembali mendorong tubuh pria itu dengan kasar. Namun....

Plak!

Tiba-tiba saja, pria itu mendaratkan tamparannya yang cukup keras di pipi Liv. Tamparan itu pun berhasil membuat wanita itu terdiam. Perih sekali rasanya wajah dan bibir Liv saat ini. Dengan perlahan  Liv mengusap bibirnya dan tampak darah di tangan wanita itu.

"Bukankah kau yang tadi lebih dahulu mendekatiku, huh?" ujar peia berpakaian putih. "Dasar jalang!"

Pria berpakaian putih itu mengangkat kembali tangannya tinggi-tinggi dan bersiap untuk melancarkan sebuah pukulan lagi kepada Liv. Namun, tiba-tiba...

Bugggg!

Sebuah pukulan mendarat tepat di wajah pria berpakaian putih itu dan membuat pria itu terjengkang ke atas lantai. Sontak saja, pria itu tampak begitu terkejut.

"Kurang ajar!" teriak pria berpakaian putih itu. "Siapa kau? Berani-beraninya memukulku?"

Pria berpakaian putih itu pun menyentuh wajahnya yang mulai membiru akibat sebuah bogem mentah yang mendarat di wajahnya dan berusaha untuk mencari siapa sosok yang memukul wajahnya.

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang