Chapter 36 - Trip to Boston

639 75 2
                                    

Liv terlihat tengah berjalan keluar dari dalam elevator. Wanita itu tampak melebarkan langkah kakinya, sehingga dapat berjalan lebih cepat. Suara sepatu hak tingginya ya g beradu dengan lantai marmer terdengar sedikit menggema di ruang lobby itu. Tampaknya Liv sedang terburu-buru.

Tak lama kemudian, Liv pun tiba di teras lobby apartemennya. Tampak sebuah Ford Mustang Shelby GT500 berwarna merah telah terparkir sempurna, tepat di depan teras lobby Apartemen Park Avenue itu.

Beberapa orang yang sedang berada di teras lobby apartemen itu terlihat memperhatikan mobil mewah yang cukup mencolok itu. Selain warnanya yang merah menyala, mobil sport itu pun dibandrol dengan harga yang sangat fantastis, hampir seratus ribu US dollar. Jendela kaca mobil sport itu bergerak turun dan menunjukkan siapa yang sedang berada di dalam kemudinya.

"Masuklah." ujar Sergio.

Liv segera berjalan menuruni beberapa anak tangga lalu berjalan masuk ke dalam mobil sport itu. Wanita itu pun membuka pintu mobil dan segera menjatuhkan tubuhnya di atas kursi penumpang yang berlapis kulit.

"Maaf, sudah membuatmu menunggu." ujar Liv.

Liv terlihat memasangkan sabuk pengaman di tubuhnya. Wanita itu pun tampak sibuk merapikan rambutnya yang tertahan oleh sabuk pengaman karena dibiarkan terurai begitu saja.

Tak lama kemudian, Liv merasakan ada yang janggal. Mobil itu tidak bergerak dan Sergio pun tidak mengucapkan sepatah katapun. Sontak saja, Liv menoleh ke arah Sergio dan mendapati pria itu sedang menatapnya dari atas hingga ke bawah.

"Ada apa? Apa ada sesuatu di pakaianku?" ujar Liv.

"Apa kau hendak pergi berkencan, huh?" ujar Sergio.

"Berkencan? Apa maksudmu?" ujar Liv.

Liv terlihat kebingungan. Wanita itu pun menatap seluruh pakaiannya. Mulai dari mantel semi wol berwarna coklat polos, yang dipadukan dengan kamisol sutra satin berwarna putih gading, dan celana jeans serta sepatu hak tinggi berwarna hitam. Rasanya tidak ada yang aneh dari setelan pakaian Liv hari ini.

"Kau terlihat begitu...." ujar Sergio sedikit ragu. "Rapi."

"Benarkah?" ujar Liv. "Apa aku perlu menggantinya?"

Sergio hanya menatap kedua mata Liv dengan lekat. Jujur saja, wanita yang berada di sisinya itu terlihat sangat cantik malam ini. Entah mengapa apa yang dipakai oleh Liv malam ini, membuat wanita itu terlihat semakin cantik. Pakaian wanita itu juga terlihat santai, namun Liv membuatnya menjadi sangat berbeda. Riasan Liv tampak sederhana namun membuat wanita itu semakin terlihat memukau.

"Tidak perlu." ujar Sergio singkat.

Entah mengapa Liv terlihat begitu 'rapi' sore ini. Apa karena akan bertemnu dengan Chace? Apa Liv ingin membuat Chace terkesan? Ah, entahlah. Sergio segera mengalihkan perhatian dan konsentrasi pada kemudinya. Pria itu pun segera memacu kendaraannya dan bergerak meninggalkan lobby apartemen itu.

Selang beberapa lama kemudian, Sergio menekan nomor telepon genggam Chace pada layar telepon genggamnya lalu memasang mode speaker agar Liv dapat mendengarnya.

"Chace? Apa kau sedang berada di kantormu?" ujar Sergio. "Aku dan Liv sedang menuju ke sana sekarang."

"Apq? Kalian sedang menuju ke kantorku?" ujar Chace. "Astaga! Aku lupa mengabarimu. Aku sedang berada di Boston saat ini."

Sergio tampak terdiam, lalu pria itu dan Liv saling melempar pandangan. Boston? Kota itu cukup jauh dari New York. Sedang apa Chace di sana?

"Kapan kau akan kembali ke New York?" ujar Sergio.

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang