Chapter 24 - It's Harvey

845 99 0
                                    

Sudah hampir tiga puluh menit lebih, Sergio duduk di atas sofa sambil menatap Liv yang tengah berbaring di atas ranjang. Pria itu terlihat sedang bepikir dengan keras sambil sesekali mengusap wajah tampannya. Isi kepala Sergio tampak begitu penuh dengan masalah yang sedang berkecamuk di kepalanya saat ini.

Sergio berusaha untuk menelaah mengapa insiden mengerikan ini bisa terjadi kepada wanita yang sedang terbaring di hadapannya itu. Sudah sejak lama, Sergio menyadari jika Harvey memang sudah berubah. Perilakunya sudah tidak seperti dulu lagi. Namun, memperlakukan wanita hingga seperti ini, rasanya tidak wajar. Tampaknya ada yang salah dengan teman kecil Sergio itu.

Ting tong~

Tiba-tiba, suara bel terdengar menggema ke seluruh ruangan. Mendengar suara bel kamar hotel itu berbunyi, Sergio pun segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu masuk. Pria itu pun segera membukakan pintu kamarnya.

"Akhirnya, kalian datang juga." ujar Sergio.

Tampak Ashley dan Nick sedang berdiri di depan ambang pintu dengan wajah yang begitu cemas. Keduanya datang ke hotel itu setelah Sergio berhasil menghubungi nomor telepon Nick tadi pagi.

Sergio tidak menjelaskan keseluruhan ceritanya kepada Nick di telepon. Pria itu hanya mengungkapkan jika sesuatu telah terjadi kepada Liv dan kini wanita itu berada di kamar hotelnya. Sergio pun meminta Nick dan Ashley untuk segera datang ke hotelnya.

Sergio menutup pintu kamarnya dan menuntun Ashley serta Nick untuk masuk ke dalam kamar hotelnya. Tak lama kemudian, tibalah ketiganya di depan ranjang besar itu. Tampak Liv sedang berbaring dengan lemah di atas ranjang, dengan wajah yang dipenuhi dengan luka lebam. Wanita itu tampaknya masih tertidur dengan pulas.

"Jeez..." ucap Nick terkejut. "Apakah itu Liv?"

Ashley bahkan tidak bisa berkata-kata. Wanita itu hanya menutup mulut dengan kedua tangannya ketika melihat kondisi Liv yang begitu memprihatinkan. Entah apa yang terjadi kepada Liv sehingga wajahnya dipenuhi dengan luka lebam seperti itu.

Dengan cepat, Ashley meletakkan tasnya di atas lantai karpet itu dan berjalan menghampiri Liv. Wanita itu tampak berlutut di samping ranjang. Ashley pun mengusap kepala Liv dengan lembut dan memeriksa seluruh luka yang ada di wajah sahabatnya itu dengan perlahan agar tidak membangunkan Liv.

"Apa yang sebenarnya terjadi kepada Liv?" ujar Ashley. "Mengapa semua ini bisa terjadi kepadanya?"

Sergio tampak menyandarkan tubuhnya pada dinding  kamar itu. Pria itu tampak menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan berpikir dengan keras. Entah darimana Sergio harus memulai ceritanya.

"Liv...terkena musibah." ujar Sergio.

Ashley dan Nick tampak menyimak dengan penuturan Sergio. Pria itu berusaha untuk memilah ceritanya agar Ashley tidak terlalu terkejut. Apalagi saat ini, Sergio dapat melihat jika air mata Ashley mulai membasahi wajahnya. Tampaknya wanita itu merasa bersalah telah meninggalkan Liv sendirian.

"Aku menemukannya dalam kondisi seperti itu dan membawanya ke tempat ini karena Liv menghilangkan kunci kamarnya." ujar Sergio.

"Mengapa kau tidak membawa Liv ke rumah sakit, Serg?" ujar Nick.

"Tidak, tidak! Jangan bawa Liv ke rumah sakit." ujar Ashley. "Dia bisa gila jika dibawa ke tempat itu."

Sergio tampak mengerutkan dahinya ketika mendengar ucapan Ashley. Bisa gila? Sebesar itukah kebencian Liv terhadap rumah sakit? Apa yang sebenarnya terjadi sehingga Liv begitu membenci tempat itu? Sergio terlihat penasaran dan ingin sekali menanyakan hal itu kepada Ashley, namun pria itu pun mengurungkan niatnya. Tampak, ini bukanlah saat yang tepat untuk menanyakan hal itu.

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang