Liv terlihat terengah-engah. Wanita itu telah berlari sejauh empat blok dan bergegas untuk mencapai apartemennya sesegera mungkin. Sambil membawa sebuah tas koper kecil di tangannya, Liv terlihat tergopoh-gopoh.
Tak lama kemudian, Liv tiba di dalam ruang apartemennya. Wanita itu terlihat sangat kelelahan. Namun, rasa panik dan kecemasan tampaknya lebih besar dari rasa lelah yang dirasakan olehnya.
Di samping itu, Liv terlihat begitu gelisah karena hingga detik ini, nomor tak dikenal itu pun tidak mengirimkan alamat dimana mereka menyekap Sergio. Mereka bahkan tidak merespon pesan singkat yang telah Liv kirim sejak tadi siang.
Entah sudah berapa kali Liv berjalan ke sana dan kemari, menunggu nomor asing itu mengirimkan peaan singkat. Namun, telepon genggamnya itu tak kunjung berdering.
"Berengsek!" teriak Liv.
Liv menarik rambut brunette-nya dengan kasar. Wanita itu terlihat begitu frustasi. Ingin sekali rasanya Liv meminta bantuan kepada Ashley, Nick, atau siapa pun di dunia ini. Namun, Liv tidak dapat melakukannya. Jika saja ia mengatakan hal ini ini kepada siapapun, nyawa Sergio-lah taruhannya.
Semakin lama Liv menunggu, semakin gelisah pula wanita itu rasanya. Khayalan liarnya semakin menjadi-jadi dan Liv tidak dapat membendungnya lagi. Di dalam pikiran wanita itu, terus menerus terbayang bagaimana jika sesuatu yang mengerikan terjadi kepada Sergio. Bagaimana jika Joshua melakukan sesuatu yang mengerikan kepada pria yang begitu disayanginya itu?
Ah! Sialan! Mengapa semua ini harus terjadi? Bukankah Liv sudah menjauhi dan menghindari Sergio belakangan ini? Mengapa Joshua tetap mengganggu kehidupannya?
Ting!
Liv segera berlari meraih telepon genggamnya tatkala mendengar suara dering itu. Wanita itu pun memeriksa telepon genggamnya. Benar saja dugaan Liv. Nomor tak dikenal itu akhirnya merespon pesan singkat wanita itu dan mengirimkan sebuah balasan berupa sebuah alamat.
Gudang Blok Lima Bagian Selatan
5 West 64th Street
ManhattanJantung Liv berdebar dengan begitu cepat bahkan rasanya hampir mau meledak. 64th Street? Liv tidak pernah mengunjungi area tersebut sebelumnya. Tempat macam apa itu?
Liv tampak meremas pakaiannya dengan kuat. Wanita itu pun melirik ke arah jam tangannya yang sudah menunjukkan hampir jam sebelas malam. Ini sudah terlalu larut baginya untuk mengunjungi sebuah tempat asing yang berada di antah berantah.
Bagaimana jika pesan singkat ini adalah sebuah jebakan atau hanya sekedar penipuan? Tapi, bagaimana jika pesan ini memang benar adanya? Liv terlihat begitu bimbang. Namun, ia tidak dapat mengambil resiko lebih besar lagi. Keselamatan Sergio adalah sebuah prioritas.
"Aku harus ke sana sekarang juga." ujar Liv. "Kau berani, Liv! Kau pasti bisa!"
Liv segera beranjak ke dalam kamar tidurnya. Wanita itu pun mengganti pakaiannya dengan sebuah sweater hitam dan celana jeans. Tak lupa, Liv pun mengenakan sepasang sneakers di kedua kakinya untuk memudahkannya untuk bergerak.
Setelah itu, Liv membongkar seluruh isi lacinya. Wanita itu terlihat tengah mencari sesuatu di antara tumpukkan pakaiannya. Liv tampak mengeluarkan seluruh isi laci itu dan akhirnya...
'Ketemu!' batin Liv.
Tampak sebuah senjata kejut listrik tengah digenggam oleh Liv. Sudah lama wanita itu memiliki senjata itu untuk berjaga-jaga. Ya, Liv membeli alat itu sesaat ia menjejakkan kakinya di New York. Tentu saja untuk melindungi dirinya jika saja ada bahaya datang atau jika saja Joshua mengancam nyawanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly You
RomanceKehidupan seorang Olivia Miles yang dipenuhi dengan drama itu pun berubah drastis ketika wanita itu bertemu dengan Sergio Beckford, seorang milyuner muda yang memiliki kepribadian yang menakjubkan. Pertemuan yang diawali dari sebuah ketidaksengajaa...