Part 67 - You Turn My Whole Life Around

394 67 0
                                    

Sudah hampir dua minggu Liv berada di apartemen mewah milik Sergio itu. Hampir dua minggu pula wanita itu hanya berdiam diri di dalam apartemen, tanpa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya

Bukan karena Liv menutup diri dari dunia luar, namun wanita itu masih trauma dan takut jika saja teror Joshua masih mengintai dirinya. Liv terlihat tengah menatap dirinya di pantulan cermin. Luka-luka di tubuh wanita itu pun terlihat berangsur-angsur membaik.

Liv pun menyentuh luka yang ada di wajahnya. Seketika, memori mengenai insiden malam itu pun kembali muncul di pikirannya. Bagaimana rasanya saat pertama kali bogem Joshua itu menghantam wajah cantiknya. Rasanya begitu panas seperti terbakar namun perih di saat yang bersamaan.

'Apa kau merindukanku, Liv?'

Kata-kata Joshua itu kembali terngiang di kepala Liv dan membuat tubuh wanita itu bergidik. Haruskah Liv pergi dari New York dan yinggal di pinggir kota? Mungkin, ia bisa memulai bisnis kecilnya sebagai perangkai bunga, seperti yang pernah ditekuninya satu tahun silam.

Tampaknya itu sebuah ide yang menarik dan patut dicoba. Setidaknya, Liv bisa hidup dengan leluasa tanpa ada gangguan dari siapapun.

Siapapun...

Liv tampak menatap ke seluruh penjuru ruangan. Tidak pernah ia bermimpi untuk memiliki seorang kekasih macam Sergio Beckford. Tidak pernah terbersit sedikitpun. Liv hanya mendambakan seorang pria yang bisa membuatnya menjadi wanita paling bahagia di muka bumi ini. Namun sayangnya, sosok pria itu adalah Sergio.

Ada ketidaknyamanan yang dirasakan oleh Liv selama ia menetap di apartemen milik kekasihnya itu. Wanita itu merasa jika ia telah memanfaatkan kekayaan yang dimiliki Sergio dan Liv merasa itu adalah sebuah kesalahan. Lagipula, dengan kondisinya yang sudah mulai membaik ini, tampaknya tidak ada alasan lagi bagi Liv untuk tetap tinggal di sini.

Liv pun segera mengemas barang-barangnya ke dalam tas. Wanita itu terlihat melipat seluruh pakaiannya dan meletakkannya di atas ranjang.

"Apa yang sedang kau lakukan?" ujar Sergio.

Lagi-lagi, pria itu muncul entah darimana, yang Liv sendiri pun tidak mendengarnya masuk ke dalam kamar itu. Wanita itu cukup terkejut ketika mendengar suara berat itu, seolah-olah ia tertangkap basah melakukan sesuatu yang ilegal.

"Aku akan kembali ke apartemenku, Sergio." ujar Liv. "Tampaknya luka-luka ini sudah jauh lebih baik."

Sergio tampak terdiam mendengar penuturan Liv. Pria itu hanya berdiri terdiam mematung sambil menatap kekasihnya yang tengah merapikan barang-barangnya. Mulut pria itu tampaknya terkunci dengan rapat, mungkin karena terkejut dengan keputusan Liv yang begitu mendadak.

Sergio tidak mengerti hal apa yang membuat Liv berpikiran untuk meninggalkan apartemennya. Mengapa kekasihnya itu begitu keras kepala? Apa yang ada dipikirannya sehingga dapst berasumsi bahwa luka-luka itu sudah sembuh total? Dan Sergio pun tidak habis pikir, mengapa Liv mengesampingkan keselamatannya, padahal wanita itu tahu betul jika Joshua masih berkeliaran di luar sana.

"Apa kau sedamg bercanda?" ujar Sergio.

"Apa aku terlihat sedang bercanda, Tuan Beckford?" ujar Liv. "Terima kasih karena kau sudah memberikanku tempat untuk tinggal beberapa minggu ini. Kurasa sudah waktunya aku kembali ke apartemenku."

Sergio kembali menatap Liv dengan begitu tajam. Apa kepala Liv terbentur cukup keras, sehingga pikiran wanita itu menjadi kacau? Atau mungkin saja efek obat yang Will berikan terlalu keras?

"Ada apa denganmu?" ujar Sergio. "Apa aku melakukan sebuah kesalahan kepadamu?"

"Kesalahan?" ujar Liv. "Tidak ada yang salah denganmu, Sergio."

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang