Part 57 - This Is It

514 75 5
                                    

Matahari tampak sudah mulai beranjak naik ke puncak langit. Sinarnya begitu cerah menerangi Kota New York. Hal itulah yang membuat hari ini tampak berbeda dari biasanya. Cuaca terlihat begitu cerah dan tampaknya alam semesta sedang bersahabat.

Dari kejauhan tampak sebuah gedung apartemen tinggi berwarna abu-abu menjulang di antara gedung-gedung lainnya. Hampir semua tirai jendela apartemen itu dibiarkan terbuka agar sinar matahari dapat masuk dengan sempurna ke dalam ruangan. Namun tidak dengan apartemen Liv.

Jendela besar itu masih ditutupi oleh tirai besar berwarna putih gading dan menghalangi sinar matahari pagi itu untuk menembus masuk ke dalam ruangan. Namun tampaknya sinar matahari berusaha memaksa masuk di antara celah-celah tirai kain itu sehingga secercah cahaya menerangi sedikit bagian ruangan.

Ruangan kamar tidur itu terlihat begitu berantakan. Tampak beberapa helai pakaian dan bantal berserakan di atas lantai itu. Ruangan itu terlihat sedikit gelap walaupun tampak sedikit sinar matahari yang menembus dari celah tirai.

Tampak Liv tengah terlelap di atas ranjang besar itu. Wanita itu tengah meringkuk di dalam balutan selimut tebal yang berwarna senada dengan tirai jendela kamar. Rambutnya tampak sedikit berantakan dengan riasan yang masih melekat di permukaan kulit wajah Liv.

Tak lama kemudian, kedua mata Liv tampak mengerjap. Wanita itu berusaha untuk membuka kedua mata indahnya namun rasanya begitu berat. Entah mengapa rasanya kepala Liv begitu pusing dan tubuhnya pun terasa begitu lelah.

Lalu perlahan-lahan, Liv memaksakan dirinya untuk membuka kedua kelopak matanya. Tampaknya matahari memang senang menggoda wanita cantik itu. Sinarnya yang masuk melalui celah-celah tirai berwarna putih gading itu mulai menyinari wajahnya, sehingga wanita itu harus terpaksa terbangun dari tidur pulasnya.

Pandangan Liv mengarah ke seluruh penjuru ruangan. Melihat ke arah jendela, tampaknya waktu sudah mulai beranjak siang. Wanita itu pun berusaha untuk mencari telepon genggamnya untuk melihat jam, namun tiba-tiba...

"Sial!" gumam Liv.

Hampir saja tubuh Liv terjatuh dari atas ranjang karena terlalu terkejut dengan pemandangannya yang ada di hadapannya saat ini. Wanita itu tampak mengusap kedua matanya dengan cukup keras, namun pengelihatannya tidak juga berubah. Ya, tampaknya tidak ada yang salah dengan pengelihatannya saat ini.

Liv tampak menampar pipinya namun pemandangan itu tidak juga kunjung berubah. Wanita itu pun tidak kehabisan akal untuk membuat pikirannya tersadar. Liv mencubit kulit lengannya dengan sangat keras hingga membuatnya sedikit berteriak. Dengan sigap, wanita itu pun menutup mulut dengan kedua tangannya.

Ini bukanlah sebuah mimpi. Bukan...Ini juga bukan halusinasi. Kedua mata Liv tampak tidak berkedip sedikit pun dan berusaha memastikan bahwa apa yang tengah dilihatnya saat ini bukanlah fatamorgana belaka.

Betapa terkejutnya Liv ketika mendapati Sergio tengah berbaring di sampingnya dalam keadaan setengah telanjang. Tentu saja wanita itu tidak ingin memeriksa hal lainnya yang ada di balik selimut.

Dengan sangat perlahan, Liv mengulurkan tangannya  keluar dari balik selimut. Wanita itu tampak dipenuhi dengan rasa ragu, namun rasa keingintahuannya lebih besar daripada itu.

'Ini nyata. Sergio memang sedang berbaring di hadapanku.' batin Liv.

Liv mendaratkan jari jemarinya yang begitu lentik di atas wajah Sergio dengan perlahan. Wanita itu tampak mengusapkan jarinya dan menyentuh wajah tampan pria itu dengan penuh keraguan. Begitu dekat jarak antara dirinya dengan Sergio, hingga Liv dapat merasakan hangatnya tubuh pria itu.

'Tunggu...' batin Liv.

Kedua mata Liv tampak membulat. Tiba-tiba, wanita itu menyadari sesuatu. Liv pun segera menyingkap selimut yang tengah membungkus tubuhnya. Betapa terkejutnya wanita itu ketika melihat tidak ada satu helai benang pun yang melapisi tubuhnya.

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang