"Sergio!" teriak Liv.
Teriakan Liv menggema di seluruh penjuru ruangan gudang tua itu. Kedua mata wanita itu tampak membulat dan rahangnya terbuka dengan lebar.
Tanpa disadari, air mata wanita itu menetes di pipinya dan mulai membasahi wajahnya. Liv tampaknya tidak peduli betapa perihnya air mata itu ketika membasahi luka-luka di wajahnya. Satu hal yang ada di dalam pikiran Liv saat ini adalah Sergio.
Melihat tubuh Sergio terkapar di atas lantai beton yang begitu dingin itu dan bersimbah dengan darah, membuat dada Liv terasa begitu sesak. Jika sesuatu terjadi kepada pria itu, maka ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.
Semua ini adalah kesalahan Liv dan karena ego nya yang begitu besar. Memaksakan dirinya untuk menarik Sergio ke dalam jurang tidak berdasar ini.
Ingin rasanya Liv mengulang semuanya kembali. Mengulang semua momen yang terjadi di Ambrosè, dimana pertemuan pertamanya dengan Sergio itu terjadi. Jika Liv tahu semua ini akan berakhir seperti ini, wanita itu tidak akan melakukan tantangan yang diberikan oleh teman-temannya. Namun, semua sudah terjadi. Tidak ada yang bisa Liv lakukan selain menyesali semua.
"Apa kau sedang menangisinya, huh?" ujar Joshua.
Liv tidak menjawab pertanyaan Joshua. Wanita itu hanya tertunduk lesu sambil meneteskan air matanya. Joshua pun meraih wajah Liv dan mengangkat wajah wanita itu agar dapat menatap kedua matanya.
"Kau akan menerima pembalasan atas semua yang kau lakukan ini, Josh." ujar Liv.
"Jangan bermimpi, Olivia." ujar Joshua. "Kau tidak akan pernah menang melawanku."
Di sisi lain, Adrian tampak menatap Joshua dengan intens. Pria itu terlihat tengah mewaspadai gerak-gerik Joshua karena pria itu tidak dapat diprediksi. Entah apa yang akan terjadi ke depannya, namun Adrian harus bersiaga kalau-kalau Joshua akan menghantamnya lagi.
Tak lama kemudian, Adrian menoleh ke arah Sergio dan pria itu menangkap sesuatu yang janggal. Adrian tampak mengerutkan kedua alisnya lalu menoleh ke arah kanan dan kirinya. Pria itu pun mencoba untuk menggapai pisau cutter milik Liv yang terjatuh di atas lantai dengan susah payah. Dengan cepat, Sergio meraih pisau cutter itu secara diam-diam untuk membuka ikatan yang ada di tangannya.
Braaaaaak!
Tiba-tiba, tubuh salah satu pria bertopeng ski itu pun ambruk di atas lantai beton. Pria itu tampak tidak sadarkan diri. Joshua segera menghampiri pria bertopeng ski itu dan mendapati jika sebuah peluru telah bersarang di kepala pria itu.
Joshua pun segera mempererat tongkat besi itu di dalam genggamannya. Pria itu terlihat begitu terkejut tatkala melihat salah satu anak buahnya tumbang.
"Siapa di sana? Siapa yang melakukan hal ini, huh?!" teriak Joshua.
Joshua melihat ke sekelilingnya namun tidak mendapati seseorang pun di sana. Penerangan yang minim pun memperpendek jarak pandang Joshua sehingga pria itu tidak dapat melihat siapa yang membunuh anak buahnya.
Tampaknya, bukan hanya kehadiran Sergio yang menjadi kejutan bagi Joshua di malam ini. Ada seseorang lain yang hadir bersama dengan mereka namun Joshua tidak tahu siapa.
"Bukankah sudah aku katakan sebelumnya untuk tidak memberitahu dan membawa orang lain ke tempat ini, Olivia?" ujar Joshua.
"Aku tidak mengatakannya kepada siapapun!" ujar Liv.
Joshua menghampiri Adrian dan mengarahkan tongkat besi itu ke kepala Adrian. Pria itu terlihat bersiap untuk menghantam kepala Adrian dengan tongkat besi miliknya.
"Jangan berbohong!" ujar Joshua. "Aku akan memecahkan kepala kedua pria Beckford ini jika kau membohongiku!"
"Aku tidak mengatakannya kepada siapapun, Josh!" teriak Liv.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly You
RomanceKehidupan seorang Olivia Miles yang dipenuhi dengan drama itu pun berubah drastis ketika wanita itu bertemu dengan Sergio Beckford, seorang milyuner muda yang memiliki kepribadian yang menakjubkan. Pertemuan yang diawali dari sebuah ketidaksengajaa...