Chapter 41 - Magnet

580 83 1
                                    

Liv terlihat tengah tertidur dengan pulas. Wanita itu tampak meringkuk di atas sofa sambil membungkus tubuhnya dengan selembar selimut tipis. Entah pukul berapa Liv tertidur, namun tampaknya semalaman, kedua mata wanita itu terus terjaga.

Pasalnya, sejak semalam, Sergio kembali gelisah dalam tidurnya. Suhu tubuh pria itu sempat kembali tinggi sehingga Liv pun harus mengompres tubuh Sergio dengan handuk.

Ada perrasaan bersalah yang Liv rasakan ketika melihat Sergio terbaring lemah seperti ini. Liv berpikir jika Sergio jatuh sakit karena kelelahan menyetir dalam jarak yang sangat jauh hanya untuk  mengantar Liv hingga ke Boston dan ditambah lagi, keduanya mengalami beberapa kejadian yang tidak mengenakan. Jika pria itu sampai jatuh sakit, maka Liv merasa dirinyalah penyebab utamanya.

Kini, matahari tampak sudah mulai bergerak meninggi. Sinarnya mulai masuk menembus ke  celah-celah tirai jendela tinggi itu dan menerangi sebagian ruangan kamar tidur itu.

Sergio terlihat baru saja selesai membersihkan wajah dan tubuhnya. Pria itu tampak jauh lebih segar dari sebelumnya. Setelah beristirahat semalaman, Sergio merasa tubuhnya jauh lebih ringan dan sehat. Pria itu terlihat berjalan keluar dari dalam kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan selembar handuk.

Tak lama kemudian, Sergio tampak menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang sambil menatap wajah Liv dengan intens. Pria itu pun lantas mengulurkan tangannya lalu menyelipkan rambut wanita itu yang terjatuh menutupi wajahnya.

Liv terlihat begitu cantik, bahkan ketika wanita itu tengah tertidur pulas. Suatu pemandangan yang tidak bisa dihindari oleh Sergio. Jari jemari pria itu pun bergerak turun dan menyentuh bibir Liv yang tampak begitu merah.

Teringat kembali di dalam benak Sergio, momen disaat keduanya pertama kali bertemu di Ambrosè. Hari itu adalah hari pertama Sergio menginjakkan kakinya kembali ke New York, setelah beberapa tahun menghabiskan waktunya di Inggris. Tentu saja, hal ini merupakan inisiatif dari Nick dan Casey untuk menghabiskan waktu bersama Sergio, setelah berpisah selama beberapa tahun.

Malam itu, Ambrosè dipadati dengan ratusan orang dan dentuman musik menggema begitu kencang di dalam ruangan itu. Ketika Sergio tengah menghabiskan waktunya untuk menikmati musik serta sebotol bir, tiba-tiba saja semuanya berubah menjadi senyap, tatkala Sergio menoleh ke arah Liv untuk pertama kalinya.

Kedua mata pria itu terpaku saat melihat Liv kala itu. Wanita itu terlihat begitu cantik dan mempesona, bahkan dalam balutan blouse dan celana panjang berwarna hitam. Rambut brunette Liv yang terurai dengan indah dan membingkai wajah cantiknya, membuat wanita itu semakin menawan.

Sergio dapat mengingat betul setiap detik dan momennya di malam itu. Pertama kali dalam sejarah  hidupnya, pria itu menerima ajakan menari dari seorang wanita yang belum pernah dikenalnya sama sekali. Bahkan, Sergio tidak ada intensi untuk menolak sedikit pun ajakan itu.

Dimulai dari pertemuan pada pandangan pertama di antara keduanya di klub malam itu, hingga akhirnya Liv dan Sergio pun memutuskan untuk bermalam bersama. Sergio tidak akan pernah melupakan malam yang hebat dan indah itu.

Malam itu benar-benar menakjubkan bagi Sergio. Masih terbayangkan oleh pria itu, bagaimana manis dan lembutnya bibir Liv. Dan bagaimana Sergio tidak henti-hentinya mencium bibir wanita itu. Belum pernah pria itu merasakan sebuah ciuman yang begitu adiktif dari wanita manapun yang pernah dikencaninya. Dan sesungguhnya, Sergio ingin sekali merasakan kembali manisnya bibir merah Liv lagi.

Tiba-tiba, Sergio tersadar dari lamunannya dan menarik telapak tangannya, menjauh dari wajah Liv. Pria itu tidak ingin menyentuh Liv lebih jauh, apalagi ketika wanita itu tengah tertidur dengan pulas. Rasanya seperti...memanfaatkan situasi dan Sergio merasa bersalah akan itu.

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang