Chapter 31 - On Edge

747 93 0
                                    

Sudah hampir tiga hari ini, Liv tidak melihat batang hidung Sergio. Sejak perdebatannya dengan pria itu di sebuah restoran Italia yang terjadi tempo hari, Liv belum bertemu atau bahkan mendengar kabar dari pria itu lagi.

Saat ini, Liv tampak tengah melayangkan lamunannya jauh ke luar jendela. Sudah hampir empat jam lebih wanita itu disibukkan dengan pekerjaannya yang menumpuk dan Liv merasa begitu lelah. Kedua mata wanita itu pun terasa begitu perih karena terlalu lama menatap layar laptop.

"Nona Miles?" ujar Jonah.

Ucapan Jonah membuyarkan lamunan Liv. Wanita itu pun segera menoleh ke arah Jonah dan memperbaiki posisi duduknya. Pria itu terlihat sedang berdiri di ambang pintu sambil menatap Liv dengan lekat.

"Kau sedang ditunggu dalam pertemuan di lantai empat puluh, Nona Miles." ujar Jonah.

Lantai empat puluh? Ada apa di lantai empat puluh?  Liv belum pernah menghadiri pertemuan di lantai itu. Wanita itu bahkan mengunjungi lantai itu pun belum pernah.

"Baiklah, aku akan segera ke sana." ujar Liv.

Liv tampak merapikan laptop dan seluruh dokumen itu. Wanita itu pun meraih tongkat penyangganya dan berjalan keluar dari dalam ruang kerjanya. Dengan sigap, Jonah membantu Liv untuk membawakan laptop dan beberapa barang milik wanita itu.

Selang beberapa waktu kemudian, Liv dan Jonah tiba di lantai empat puluh. Keduanya pun berjalan masuk ke dalam sebuah ruang pertemuan. Tampak beberapa orang berpakaian rapi sudah duduk di depan meja kayu yang cukup besar itu.

"Selamat siang, Nona Miles." ujar salah seorang pria.  "Perkenalkan, namaku Jason Ramirez. Aku dari bagian finansial manajemen."

"Selamat pagi, Tuan Ramirez." ujar Liv.

"Kami ingin berdiskusi dengan anda mengenai proyek Fort Cape Resort yang terletak di Maldives." ujar Jason.

Liv berjalan mengikuti Jason dan duduk di atas salah satu kursi yang kosong. Wanita itu membuka layar laptopnya lalu mempersiapkan beberapa dokumen yang sekiranya akan dibutuh olehnya dalam pertemuan itu.

Hampir tiga puluh menit Liv berdebat cukup alot dengan ketiga orang lainnya yang berada di meja itu. Jason dan kedua orang lainnya tampak memperdebatkan anggaran proyek prestisius itu. Sedangkan Liv masih berusaha mempertahankan argumennya yang berkaitan dengan desain dan konstruksi bangunan resor itu.

Sesekali, Liv tampak menghela nafasnya dengan panjang. Jason terdengar memaksakan pendapatnya kepada Liv. Padahal wanita itu sudah berusaha  menjelaskan alasannya mengapa ia menentang usulan Jason mentah-mentah.

Tak lama kemudian, pintu ruangan pertemuan itu pun terbuka. Betapa terkejutnya Liv ketika melihat Sergio melangkah dari balik pintu kayu itu. Jujur saja, Liv tidak menyangka jika akan bertemu dengan pria itu di dalam pertemuan ini.

Tampaknya, Sergio itu pun sama terkejutnya dengan Liv, ketika pria itu melihat keberadaan Liv di ruang pertemuan itu. Sergio bahkan sempat mematung beberapa saat sambil menatap Liv dengan intens. Kedua mata Sergio pun tampak tidak melepaskan tatapannya dari Liv.

"Selamat pagi, Tuan Beckford. Silahkan bergabung bersama kami." ujar Jason. "Kami sudah menanti kedatangan anda."

Sergio pun berjalan menuju salah satu kursi kosong yang berada tepat di hadapan Liv. Sejenak, pria itu tampak beradu tatapan dengan Liv lalu mengalihkan tatapannya ke arah Jason.

"Maaf, aku baru saja selesai menghadiri sebuah pertemuan." ujar Sergio.

"Tidak masalah, Tuan Beckford." ujar Jason. "Kami baru saja memulai pertemuan ini."

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang